[Jangan terburu-buru, Vali. Sudah kubilang, bukan? Meskipun dia manusia biasa, dia masih memiliki kekuatan Gluttony—kekuatan yang bisa memakan apapun dan menjadikannya kekuatannya sendiri] (???)
Sebuah suara tiba-tiba berbicara, memperingatkan Vali. Tapi, di sekeliling Vali dan Rozen tidak ada seorang pun selain mereka.
Rozen waspada. Meskipun tak ada seorang pun selain mereka, dia sudah tahu sumber suara itu dari mana. Dia menatap Vali, tidak, lebih tepatnya badan Vali, sumber dari suara yang muncul itu.
Vali masih memasang seringai dan menatap Rozen dari sudut matanya. Dia kemudian menutup kedua matanya untuk fokus menjawab, suara yang memperingatkannya tadi.
"Jangan khawatir, Albion. Aku tahu kekhawatiranmu, tapi tenang saja. Aku tidak datang ke sini untuk bertarung dengannya. Aku tidak tertarik menindas orang." (Vali)
"Aku hanya datang ke sini untuk melihat seperti apa sosok dari seorang manusia yang bisa mengajak salah satu naga terkuat untuk berjalan-jalan ke taman. Singkatnya, seperti menyapa." (Vali)
Pose yang dilakukannya itu membuatnya tampak tidak memperdulikan Rozen yang akan melakukan sesuatu kepadanya sementara dia tidak bisa melihat.
Tentu saja, Rozen sadar diri akan posisinya saat ini dan tidak akan berani macam-macam dengan Vali. Tapi, itu bukan berarti dia ingin berdiam diri sementara terintimidasi oleh iblis-setengah-manusia pemegang Sacred Gear yang berisi salah satu dari dua Naga Langit.
Jadi, memanfaatkan kesempatan ini, Rozen perlahan memundurkan langkahnya satu-persatu ...
"Maaf, aku tidak ingin terlambat untuk bersekolah hari ini, jadi ... Selamat tinggal!" (Rozen)
Kemudian dia berlari ke belakang dengan cepat. Mengerahkan seluruh tenaganya ke kaki, dia terus berlari. Berlari ke satu-satunya tempat aman yang ada di dalam pikirannya, yaitu Akademi Kuoh.
"...." (Vali)
[Tampaknya orang yang ingin kau sapa tidak ingin bertemu denganmu, Vali. Kau tidak mengejarnya?] (Albion)
Sacred Gear yang disebut sebagai Albion oleh Vali, berbicara setelah melihat punggung Rozen yang semakin menjauh dari keduanya.
Salah satu mata Vali berkedut. Dia berusaha untuk mempertahankan seringainya.
"Hmph. Itu tidak dibutuhkan. Tujuanku ke sini hanya untuk melihatnya, dan itu sudah selesai. Mau dia kabur atau tidak bukan masalah. Selain itu, aku tidak tertarik dengan orang yang lemah." (Vali)
"Lebih baik menunggunya lebih kuat dan biarkan dia menghiburku dengan baik—bersama si Kaisar Naga Merah." (Vali)
Vali mendengus. Kemudian, membalikkan punggungnya, dia menciptakan rune teleportasi dengan buru-buru seolah ingin pergi dari situasi canggung ini dan menghilang tanpa ada seorang pun yang menyadarinya.
Sementara itu, Rozen yang terus berlari akhirnya sampai di tujuannya. Dia berhenti di halaman Akademi Kuoh dan terengah-engah. Dia menyeka keringatnya.
"Sial, di sini seharusnya sudah aman, kan ...?" (Rozen)
Rozen mengatur pernafasannya sambil melihat sekeliling dengan waspada, hanya untuk melihat siswa perempuan dengan seragam seperti yang dia pakai, tanpa adanya pria berambut putih asing di sini. Dia menghela nafas lega.
"Aku selamat ... Untung saja, jarak rumahku dan sekolah ini tidak terlalu jauh ..." (Rozen)
Rozen memilih Akademi Kuoh sebagai tempat pelarian bukan tanpa alasan. Di sini adalah wilayah dari keluarga besar iblis yang ada di "Underworld" dan tidak sembarang orang bisa membuat kekacauan dengan sesuka hati di sini. Itu termasuk Vali. Meskipun di buku dia tampak seperti maniak pertarungan yang akan melakukan apapun demi mendapat pertarungan yang lebih baik, kepalanya seharusnya masih bisa dipakai untuk berpikir bahwa memprovokasi kedua keluarga iblis besar secara bersamaan itu bukanlah hal yang baik.
"Walaupun aku tidak yakin apakah di sini kepalanya benar-benar dipenuhi dengan pertarungan sampai tidak peduli konsekuensinya ... Setidaknya, aku selamat untuk sekarang." (Rozen)
Rozen merasa berterima kasih untuk keselamatan hidupnya. Tapi, setelah merasa lega dan mendapat kesempatan untuk berpikir seperti ini, dia menjadi penasaran dengan sesuatu.
"Kenapa Vali bisa mengetahui aku memiliki kekuatan Gluttony yang diberikan Tuan?" (Rozen)
Rozen menebak Vali bisa saja diberitahu oleh Albion, Kaisar Naga Putih. Tapi tetap saja, ini membuat Rozen agak bingung. Seharusnya dia belum pernah menggunakan kekuatan ini sejak dia mendapatkannya, tapi kenapa para karakter lain entah bagaimana bisa tahu dia memiliki kekuatan ini sementara dia tidak pernah menunjukkannya.
Jika diingat lagi, pada saat pertama kali dia bertemu Ophis, dia juga langsung mengetahui kekuatan Gluttony Rozen tanpa diberitahu.
Tetapi, Rozen memutuskan untuk mengesampingkan pemikiran itu dulu. Ophis adalah salah satu naga terkuat di alam semesta ini, jadi mungkin wajar jika dia memiliki beberapa kekuatan untuk melihat ke dalam jiwa dan melihat kekuatan Gluttony Rozen. Sedangkan, si Kaisar Naga Putih, meskipun dia sangat kuat karena bisa bertarung dengan Kaisar Naga Merah si rivalnya hingga bisa membuat ketiga fraksi yang berperang di masa lalu melakukan gencatan senjata hanya untuk menghentikan keduanya, kekuatannya masih jauh dibandingkan Ophis.
"Atau apakah ras naga ini memiliki kekuatan khusus untuk mendeteksi Gluttony yang diberikan Tuan padaku ini? Seperti penciumannya?" (Rozen)
Bergumam seperti itu, Rozen menghela nafas dan mulai merasa alam semesta HighSchool DxD sudah menjadi terlalu berbahaya baginya. Tapi dia memutuskan untuk memikirkan ini nanti. Dia tidak ingin paginya dipenuhi dengan terlalu banyak berpikir.
Dengan itu, dia membuka pintu, memasuki kelasnya.
Kemudian, dia mendapat omelan dari guru karena ketahuan bolos sekolah di taman hiburan kemarin secara terang-terangan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Gluttony in Multiverse
FanfictionSummary: Rozen, seorang remaja pecandu game gacha, tiba-tiba mati ketika sedang bermain game di kamarnya. Namun, bukannya dijemput oleh Malaikat Maut dan dibawa ke dunia bawah, jiwa Rozen malah diambil oleh seorang wanita yang menyebut dirinya sebag...