"Kenapa aku mengkhawatirkanmu ... Kau menanyakan itu" (Rozen)
Rozen menggaruk kepalanya dengan bingung ketika mendengar pertanyaan Ophis. Baru saja, keduanya dilepaskan dari kantor polisi dan habis diceramahi habis-habisan—tapi kenapa, salah satu naga terkuat malah menanyakan hal?
Rozen tidak bisa untuk tidak bingung. Tapi, setelah memikirkannya sejenak, dia merasa memikirkan alasan Ophis menanyakan ini tidak ada gunanya.
Lagipula, Ophis adalah salah satu naga terkuat di dunia ini. Manusia seperti dia tidak bisa menjangkau pikirannya.
Meskipun Rozen tahu di anime Ophis menunjukkan tingkat kecerdasan seperti anak-anak biasa, dia tahu salah satu naga terkuat di dunia tidak hanya itu saja dan memiliki banyak pengalaman.
Jadi, menyingkirkan kebingungannya, Rozen berjongkok untuk menyamakan tingginya dengan Ophis, kemudian tersenyum dan menjelaskan dengan jujur.
"Tentu saja, itu karena kau adalah temanku, Ophis." (Rozen)
"... Teman?" (Ophis)
"Ya, teman. Itu adalah suatu hubungan dari kedua individu untuk saling membantu. Dan aku merasa aku dan dirimu adalah teman. Ingat tadi malam? Sebenarnya, tawaran yang kuberikan padamu untuk memuaskanmu agar aku bisa memakan dagingmu, itu adalah tawaran yang tak seimbang bagaimanapun kau melihatnya. Karena itu, ketika kau menerima tawaran itu, aku merasa sangat senang dan benar-benar terbantu—sampai akibatnya, aku menganggapmu sebagai temanku tanpa kusadari. Wajar jika aku khawatir padamu." (Rozen)
"...." (Ophis)
Ophis tidak mengatakan apapun. Ekspresinya masih tanpa ekspresi setelah mendengar penjelasan Rozen, dan itu membuat Rozen tiba-tiba merasa malu.
Jika dipikirkan lagi, bukankah perkataannya tadi terasa sangat dilebih-lebihkan? Meskipun Ophis adalah salah satu naga terkuat di dunia, dia pasti akan susah untuk menanggapi penjelasan ini. Juga, bukankah terlihat aneh untuk menganggap gadis kecil sebagai teman dari seorang remaja yang memiliki perbedaan besar pada umur!?
Wajah Rozen memerah dengan malu dan merasakan keinginan untuk mencari lubang untuk mengubur dirinya di sana.
Tapi, untungnya dia berhasil menahannya. Rozen merasa ini kesempatan bagus untuk melanjutkan rencananya agar Ophis benar-benar setuju untuk membiarkan dirinya memakan daging tubuhnya. Jadi, dia membuat batuk palsu dan mencoba berdiri dengan rona merah yang mulai disamarkan dengan matahari sore di wajahnya.
"Yah, jadi, kemudian, seperti itu ... Ehem! Meskipun aku menganggap hubungan kita berdua adalah teman, itu hanyalah anggapan sepihak dariku. Aku tidak tahu apakah kau menganggapku sebagai teman juga atau tidak. Tapi ... meskipun begitu, aku masih ingin membalas budi atas bantuan yang kau berikan padaku. Karena itu Ophis, biarkan aku membantumu sekarang. Selama kau membiarkanku untuk memakan daging tubuhmu, maka aku akan berjanji—setelah beberapa waktu aku pergi, aku akan kembali dan membantumu mengalahkan Great Red yang merebut rumahmu." (Rozen)
Rozen mengulurkan tangannya kepada Ophis yang ada di depannya dan menatapnya dengan mata berwarna cokelat keemasan miliknya yang bersinar penuh keyakinan di bawah sinar matahari sore yang terbenam.
"...." (Ophis)
Ophis tidak menjawab—tidak, lebih tepatnya dia tidak bisa menjawab. Itu karena dia baru saja terpesona. Terpesona oleh sorot mata Rozen yang sangat murni hingga membuat sang naga terkuat Ophis—yang tidak tertarik kepada apapun kecuali rumahnya dan Great Red yang mencuri rumahnya, menjadi memiliki rasa keinginan untuk mencongkel kedua bola mata itu untuk melihat keindahannya dengan lebih dekat.
Akhirnya, Ophis memutuskan untuk menjawab—
"Menyerah lah. Kau tidak akan bisa melawan Great Red meskipun kau menyerap kekuatanku, Rozen." (Ophis)
"Eh?" (Rozen)
Tubuh Rozen kaku ketika mendengar jawaban Ophis. Jika bukan karena suara angin sepoi-sepoi yang terdengar di telinganya, dia mungkin mengira pendengarannya baru saja rusak.
Penolakan dari Ophis ini membuat Rozen terkejut. Padahal dia baru saja mengeluarkan kata-kata yang penuh keyakinan tadi, kenapa Ophis tidak menjawab dengan sesuai harapannya?
Ini berbeda dari naskah yang ditulis—!!!
Jika bukan karena hatinya masih tidak bisa menerima kenyataan ditolak oleh Ophis, Rozen mungkin akan meneriakkan kata-kata itu sekarang.
Namun, sebelum Rozen ambruk, dia tiba-tiba merasa ditopang lagi ketika mendengar kata-kata Ophis selanjutnya.
"—Tapi, aku akan memberikan pengecualian saat ini. Meskipun perjalan ke taman hiburan ini kurang memuaskanku, sebagai teman, aku harus membantumu, bukan? Berjanjilah kau akan kembali dan membantuku untuk mengalahkan Great Red, Rozen." (Ophis)
"...!!!" (Rozen)
Terkejut karena persetujuan Ophis, Rozen mengangkat kepalanya dengan cepat dan menatap wajah Ophis. Tapi, kemudian dia dikejutkan lagi. Karena, bukannya melihat wajah tanpa ekspresi Ophis yang biasa, dia sekarang melihat—ada sebuah lengkungan yang membentuk sebuah senyuman di sana.
Itu ... sangat murni bagi Rozen.
---
Tuhan—yang berada dalam kegelapan, mengawasi Rozen dan Ophis melalui sebuah layar, melengkungkan bibirnya juga ketika melihat adegan di depannya.
"Memang, kau sangat cocok untuk menjadi budakku, Rozen." (Tuhan)
---
Author Note: "Setelah ini pergi ke dunia mana? Date A Live atau Fate Stay Night?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Gluttony in Multiverse
FanfictionSummary: Rozen, seorang remaja pecandu game gacha, tiba-tiba mati ketika sedang bermain game di kamarnya. Namun, bukannya dijemput oleh Malaikat Maut dan dibawa ke dunia bawah, jiwa Rozen malah diambil oleh seorang wanita yang menyebut dirinya sebag...