Rozen membuka mata, dan langsung disambut oleh pemandangan dari wajah cantik dari seorang wanita berambut hitam yang duduk di depannya.
Rozen terkejut dan berdiri sambil berseru.
"Tuan!" (Rozen)
"Tenang dan duduklah." (Tuhan)
Tuhan, yang masih memiliki wajah tenang, melambaikan tangannya dan menyuruh Rozen duduk.
"U—Uh." (Rozen)
Rozen menurut dan mengangguk. Dia kembali duduk di kursi yang dia duduki ketika baru bangun tadi, lalu melihat sekeliling. Tapi, apa yang dia lihat hanyalah sebuah kegelapan tanpa batas sejauh mata memandang.
Rozen memandang Tuhan dengan wajah kebingungan.
"Tuan, bukankah ini adalah tempat pertama kita bertemu? Kenapa aku bisa berada di sini?" (Rozen)
"Jangan khawatir, ini hanya karena aku memanggilmu ke sini lewat mimpi. Juga, kau memiliki sesuatu yang ingin kau tanyakan padaku, kan?" (Tuhan)
Mendengar jawaban Tuannya, Rozen terkejut lagi dan hanya bisa menggaruk pipinya dengan sedikit malu.
"Apakah Tuan sudah mengetahuinya?" (Rozen)
"Bagaimanapun, aku adalah Tuhan yang mengetahui segalanya. Jadi, apa yang ingin kau tanyakan padaku?" (Tuhan)
Rozen mengangguk setelah mendengar perkataan Tuhan. Dia kemudian membuka mulutnya dan tanpa ragu bertanya.
"Tuan, apakah aku bisa kembali ke alam semesta yang dulu pernah aku lewati ketika melaksanakan misi?" (Rozen)
"Tentu saja—itu bisa dilakukan. Hanya saja, itu khusus dan kau baru bisa memasukinya ketika kau memasuki masa liburan. Ketika kau sedang dalam masa melakukan misi di alam semesta lain, kau tidak akan bisa melakukannya." (Tuhan)
Rozen memiringkan kepalanya ketika mendengar jawaban Tuhan.
"Liburan? Apakah seseorang yang sudah menjadi budak sepertiku akan mendapatkan masa-masa itu?" (Rozen)
"Itu tergantung dengan tuan mana yang mengasuh." (Tuhan)
Rozen merasa Tuhan menyombongkan diri entah bagaimana, tetapi ketika melihat ekspresi wanita berambut hitam di depannya yang masih tampak bosan, dia menghilangkan pikiran itu dan menganggapnya sebagai ilusi saja.
"Kalau begitu Tuan, kapan waktu liburan untukku itu akan terjadi?" (Rozen)
"Setelah dua atau tiga alam semesta yang kau selesaikan misinya, kau baru bisa mendapat masa liburan—dimana kau bisa kau pergi ke semua alam semesta yang telah kau lewati dan melakukan apapun yang kau suka." (Tuhan)
Setelah mendengar penjelasan Tuannya, Rozen terkejut dan menjadi bersemangat.
"Itu luar biasa, Tuan—! Tapi, kalau begitu apakah itu berarti setelah aku meninggalkan alam semesta yang telah kuselesaikan misinya, alam semesta itu tidak akan terhentikan waktunya?" (Rozen)
"Benar. Jadi, berhati-hatilah saat kau ingin pergi kembali ke alam semesta yang kau pernah injak dulu ketika waktu liburan. Karena mungkin saja alam semesta itu sudah berubah drastis dan melenceng dari jalur utama karena campur tanganmu—seseorang yang seharusnya tidak ada di sana." (Tuhan)
"Campur tanganku ..." (Rozen)
Rozen terdiam. Beruntung, dia belum mencoba melompat sana-sini dan mencampuri urusan karakter utama pada hari pertama tadi. Jika dia tidak bertemu Ophis setelah sepulang sekolah tadi, dia mungkin sudah secara tidak sengaja membuat sebuah Butterfly Effect besar yang bisa membuat alam semesta menyimpang dari jalurnya.
Meskipun alam semesta HighSchool DxD—alam semesta dari anime yang tidak terlalu dia sukai, telah melenceng dari jalur utama—Rozen peduli dengan hal ini. Karena jika melenceng, rencana yang dia buat mungkin akan hancur karena Butterfly Effect yang dia buat sendiri dan akhirnya menyebabkan alam semesta itu keluar dari jalur utama, kemudian entah pergi ke jalur mana.
Tuhan lalu berbicara.
"Baiklah. Apakah hanya itu saja yang ingin kau tanyakan padaku?" (Tuhan)
"Iya. Terima kasih, Tuan. Sekarang setelah semua yang ingin aku tahu terjawab, aku bisa melanjutkan misiku." (Rozen)
Tuhan mengangguk dan kemudian menjentikkan jarinya.
Setelah itu, tiba-tiba Rozen merasakan pandangannya perlahan mulai gelap dan tidak bisa menahan kesadarannya, lalu pingsan. Namun, beberapa menit kemudian ketika dia mencoba untuk mendapatkan kesadarannya lagi, matanya terbuka dan dia melihat langit-langit kamar dari rumah barunya.
"Kekuatan Tuan masih luar biasa seperti biasa. Tampaknya akan susah untuk terbiasa dengan hal ini ..." (Rozen)
Rozen memijat pelipisnya dan bangkit dari kasur. Dia melihat jam yang ada di kamarnya dan itu menunjukkan pukul enam pagi.
Kemarin, setelah pertemuannya dengan Ophis, untuk memenuhi kesepakatan yang dia buat bersama Ophis untuk memuaskannya, Rozen begadang untuk mencari tempat hiburan terbaik yang bisa dia temukan di dekat kota ini.
Rozen memijat bahunya dan duduk dengan malas.
Meskipun saat bertemu Tuhan tadi Rozen merasa sangat sadar, entah kenapa saat dia terbangun dia menjadi sangat lelah dan merasa bisa tidur kembali kapan saja.
"Apakah itu karena Tuhan hanya menarik kesadaranku ketika aku tertidur dan tubuhku masih di sini ...? Mungkin saja itu yang membuat diriku terasa sangat segar saat bertemu Tuhan tadi walaupun tubuhku merasa pegal-pegal." (Rozen)
Bagaimanapun, Rozen tidak mempermasalahkan ini. Lagipula, dia sudah terbiasa bangun dengan keadaan tubuh pegal-pegal karena dulunya dia selalu begadang seperti tadi malam dan telat tidur, mengakibatkan tubuhnya menjadi tidak sehat.
Rozen memaksakan diri untuk berdiri dan mengabaikan rasa lelah yang dialami tubuhnya.
"Minum kopi mungkin akan menyembuhkanku. Bagaimanapun, aku harus menyiapkan diriku agar segar kembali untuk mengajak jalan-jalan Ophis nanti." (Rozen)
---
Author Note: "Jumlah kata bab lebih sedikit dari yang kemarin. Besok Author mungkin juga tidak akan upload bab baru. Kepalaku pusing dan aku butuh istirahat."
KAMU SEDANG MEMBACA
Gluttony in Multiverse
FanfictionSummary: Rozen, seorang remaja pecandu game gacha, tiba-tiba mati ketika sedang bermain game di kamarnya. Namun, bukannya dijemput oleh Malaikat Maut dan dibawa ke dunia bawah, jiwa Rozen malah diambil oleh seorang wanita yang menyebut dirinya sebag...