Bab 7: Kekhawatiran

189 27 1
                                    

Ophis tidak menjawab manusia yang menawarkan permen padanya itu. Tapi, dia menatap permen yang ada di tangan manusia itu dan menggunakan hidungnya untuk mencium baunya.

Hasilnya, itu membuat Ophis tidak tertarik dan kembali untuk mengeluarkan cokelat yang ada di sakunya. Meskipun permen yang ada di tangan manusia di depannya ini memiliki bau manis yang menarik minatnya, dia juga mencium sedikit bau aneh yang menempel pada permen.

Dia tidak tahu bau apa yang menempel pada permen itu, tetapi itu membuat Ophis kehilangan nafsu untuk memakan permen yang ada di tangan manusia di depannya.

"...." (Ophis)

Ophis membuka bungkus cokelat yang baru saja dia keluarkan dan memakannya dengan tenang, mengabaikan manusia yang terdiam di depannya.

"A—Ah, jadi kau sudah punya cokelat ya? Kau tidak tertarik dengan permen ini? Kalau begitu, bagaimana kalau aku mengeluarkan ini? Cokelat warna putih dengan rasa vanilla. Apakah kau sudah pernah merasakan ini? Ini tidak kalah enak dengan cokelat yang ada di tanganmu, lho." (???)

"...." (Ophis)

Ophis berhenti memakan cokelatnya. Matanya kemudian terfokus ke cokelat berwarna putih yang dipegang oleh manusia di depannya. Cokelat itu memiliki bentuk dan bau manis yang hampir sama dengan cokelat yang dia pegang, namun warnanya saja yang berbeda dan entah bagaimana bau manis yang menempel di cokelat berwarna putih itu memiliki daya tarik tersendiri, berbeda dengan bau manis dari cokelat yang dia pegang.

Juga, cokelat berwarna putih itu tampaknya tidak ditempeli oleh bau aneh seperti yang ada di permen tadi dan tidak membuat Ophis kehilangan nafsu untuk memakannya seperti tadi.

Itu membuat Ophis tertarik. Dia kemudian mengulurkan tangannya dan ingin mengambil cokelat berwarna putih yang ada di tangan manusia di depannya.

Tetapi, sebelum dia bisa melakukan itu, tangan Ophis tiba-tiba terhenti ketika mendengar suara teriakan Rozen dari kejauhan.

"Ophis! Jangan ambil itu—!!!" (Rozen)

"...?" (Ophis)

Ophis memiringkan kepalanya dengan bingung, lalu menoleh ke samping dan melihat Rozen berlari ke arahnya dengan cepat, dengan wajah khawatir.

Manusia yang masih mengulurkan cokelat ke Ophis tiba-tiba juga panik ketika melihat Rozen. Dia dengan tergesa-gesa berdiri dan mencoba untuk kabur, tetapi sebelum dia bisa melakukannya, Rozen sudah berada di belakangnya sambil mengangkat kakinya dengan tinggi-tinggi.

"Tendangan— Pedo!!" (Rozen)

"Gah—!?" (???)

Manusia itu tersungkur ke depan ketika tendangan Rozen mengenai punggungnya. Itu tidak terlalu terasa menyakitkan baginya karena dia lebih mementingkan untuk kabur saat ini, tetapi saat dia mencoba untuk bangun, dia sama sekali tidak bisa menggerakkan tubuhnya dan kembali ambruk ke tanah.

Tampaknya, tulang punggungnya telah patah karena tendangan Rozen tadi.

"Ophis—! Apakah pedofil itu telah melakukan sesuatu!? Kau belum menerima apapun darinya kan!?" Apa kau baik-baik saja!? Aku khawatir padamu!" (Rozen)

"... Aku baik-baik saja." (Ophis)

Ophis menjawab tenang ketika melihat wajah Rozen panik yang ada di depannya. Setelah mendengar perkataan Rozen, Ophis secara kasar mengerti apa yang terjadi. Tampaknya, manusia yang baru saja menawarkan cokelat putih padanya itu adalah orang jahat.

Tapi, Ophis tidak peduli dengan itu. Manusia yang baru saja menawarkan cokelat putih padanya itu tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan dirinya, jadi dia tidak terlalu memperhatikan.

Hanya saja, Ophis agak bingung ketika melihat wajah Rozen yang penuh kekhawatiran padanya. Kenapa—Gluttony yang tadi memproklamasikan diri untuk memakan dagingnya, tiba-tiba menjadi khawatir akan dirinya?

Ini membingungkan salah satu naga terkuat—Ophis.

---

Rozen menatap matahari sore yang ada di langit ketika dia keluar dari kantor polisi dan mulai merenungkan kehidupan.

Rozen kemudian melihat ke samping dan melihat Ophis yang sedang memakan cokelatnya dengan tenang seolah tanpa beban.

"Kenapa bisa jadi seperti ini ...?" (Rozen)

"...." (Ophis)

Setelah Rozen menangkap pedofil yang ingin menggoda Ophis, polisi mendatangi mereka untuk membantu meringkus si pedofil itu.

Seharusnya, Rozen akan mendapat penghargaan karena dapat menangkap pedofil, tetapi kenyataan tidak berbicara seperti itu.

Tampaknya, karena Rozen secara tidak sengaja melukai si pedofil sampai mematahkan tulang punggungnya, dia hampir membunuh si pedo dan hampir saja dianggap sebagai tersangka pembunuhan.

Untung saja, si pedofil itu mendapat perawatan dengan cepat dan nyawanya terselamatkan.

Hanya saja, itu tidak cukup. Rozen seharusnya mendapat hukuman penjara selama beberapa bulan karena telah melukai seseorang secara fatal dengan sengaja, tetapi dia diselamatkan oleh para saksi yang melihat kejadian dan semua barang bukti yang menunjukkan bahwa orang yang dia patahkan punggungnya itu adalah pedofil berbahaya beneran. Jadi, tindakan Rozen bisa dijelaskan sebagai tindakan penyelamatan dan dia dibebaskan dari tuduhan.

"Maaf, Ophis. Padahal aku sudah percaya diri untuk membawamu bersenang-senang, tetapi akhirnya malah menjadi seperti ini ..." (Rozen)

"...." (Ophis)

Ophis memakan cokelatnya dan mengunyah itu dengan tenang. Sebenarnya, saat dibawa ke kantor polisi bersama Rozen, dia terus diam dan tidak mengatakan sesuatu. Ini memang seperti dia yang biasanya, tetapi alasan dia diam sekarang berbeda.

Dia sedang memikirkan sesuatu.

Ophis menelan cokelatnya dan mengambil jeda sejenak untuk mencerna, sebelum dia menoleh ke Rozen dan menatap wajahnya.

"Kenapa ... kau mengkhawatirkan diriku?" (Ophis)

".... Huh?" (Rozen)

Sekarang, giliran Rozen yang dibuat bingung.

---

Author Note: "Sorry lama nggak update. Awalnya cuma kena demam biasa dan niat ngambil cuti, tapi malah kebablasan sampai seminggu nggak update. Bener-bener sorry, nanti jadwal update akan kembali kayak biasanya kok—satu bab satu hari."







Gluttony in MultiverseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang