Matahari telah terbenam sepenuhnya. Lampu-lampu yang berjejeran di taman mulai menyala dan menerangi tempat sekitar dengan cahaya oranye, bersama bulan yang mulai tampak di langit.
Rozen melihat kotak yang tadi penuh diisi donat, sekarang kosong tanpa ada yang tersisa, dan kemudian menoleh ke samping untuk melihat Ophis yang sudah memakan habis donat terakhirnya.
Rozen tersenyum ketika melihat tingkah laku Ophis yang imut saat dia memenuhi mulutnya dengan donat. Meskipun dia memiliki masalah dengan anak-anak, dia tidak membenci gadis kecil seperti Ophis yang bisa diam dengan tenang dan tidak merengek terus-terusan hanya karena masalah kecil.
Ophis terus mengunyah dan menelan donat terakhir yang tersisa di mulutnya dengan tenang. Setelah menjilat remah-remah yang tersisa di sudut-sudut mulutnya menggunakan lidah kecil yang dia miliki, dia kemudian menoleh ke kotak donat yang sudah kosong di tangan Rozen, lalu mendongak dan menatap wajah Rozen dengan mata hitamnya yang kosong.
Awalnya Rozen berpikir tatapan Ophis padanya itu karena ingin meminta donat lagi dan ingin menjawab tetapi sebelum dia bisa mengeluarkan kata-katanya, Ophis membuka mulutnya terlebih dahulu.
"Gluttony." (Ophis)
"Eh?" (Rozen)
Senyum Rozen membeku. Dia bergetar dan hampir menjatuhkan kotak kosong yang ada di tangannya.
"K—Kenapa kau bisa tau?" (Rozen)
"Aku bisa menciumnya." (Ophis)
Mendengar jawaban Ophis, Rozen tanpa sadar mencium tubuhnya sendiri tapi hanya bisa mencium bau donat yang tampaknya menempel padanya.
Ophis tampaknya tidak peduli dengan tingkah laku Rozen dan melanjutkan kata-katanya.
"Apakah kedatanganmu ke sini adalah untuk mencoba memakanku?" (Ophis)
"Tidak—! Bukan, maksudku—" (Rozen)
Rozen panik dan tidak bisa mengeluarkan kata-kata dengan benar. Tapi, ketika melihat mata kosong Ophis yang terus menatapnya dengan tanpa ekspresi, entah kenapa dia merasakan rasa bersalah yang kuat di dalam hatinya dan terdiam.
Rasanya dia seperti sedang mencoba menipu anak kecil yang polos dan itu membuatnya tidak nyaman—walaupun kenyataannya tidak begitu. Lagipula, dari awal dia juga tidak berniat untuk menipu Ophis dan mendapatkan dagingnya dengan cara tak bermoral.
Jadi, akhirnya Rozen menyerah dan memutuskan untuk jujur.
"Benar. Aku datang ke sini untuk memakanmu. Lebih tepatnya, aku membutuhkan sedikit daging dari bagian tubuhmu untuk mengambil sepuluh persen dari kekuatanmu." (Rozen)
"Menyerah lah." (Ophis)
Ophis berkata dengan cepat. Dia kemudian menarik pandangannya dari Rozen seolah-olah dia sudah tidak tertarik lagi padanya dan mengangkat kepalanya, lalu menatap ke atas dengan tatapan yang seperti bisa menembus langit.
"Kau tidak akan bisa melakukannya. —Sebelum aku menyingkirkan Great Red yang mengambil "rumahku"." (Ophis)
Ophis mengangkat tangannya dan membuat pose menembak ke langit.
"...." (Rozen)
Rozen tidak bisa berkata-kata. Tapi, dia juga sudah mengharapkan ini sejak awal. Dari anime, dia tahu tujuan Ophis untuk kembali ke "Dimensi Gap" dan mengambil kembali "rumahnya" yang ditempati Great Red—salah satu Great Dragon terkuat di alam semesta HighSchool DxD, yang kekuatannya bahkan melebihi Ophis.
Jadi tentu saja, Ophis tidak akan membiarkan orang lain mengurangi kekuatannya ketika dia sendiri tidak bisa mengalahkan Great Red.
Rozen menghela nafas. Untungnya, dia sudah memikirkan rencana untuk mendapat persetujuan Ophis untuk memakan daging tubuhnya. Tapi, itu membutuhkan konfirmasi dari Tuannya dulu. Sekarang, dia hanya bisa melakukan ini dulu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Gluttony in Multiverse
FanfictionSummary: Rozen, seorang remaja pecandu game gacha, tiba-tiba mati ketika sedang bermain game di kamarnya. Namun, bukannya dijemput oleh Malaikat Maut dan dibawa ke dunia bawah, jiwa Rozen malah diambil oleh seorang wanita yang menyebut dirinya sebag...