"Pagi"
Sapaan-sapaan khas membaur bersama kerumunan siswa yg berjalan melewati koridor-koridor sekolah. Salah satunya aku, Naomi Clara, seorang siswi SMA biasa dengan gaya hidup yg biasa. Aku duduk di kelas 2 SMA saat ini. Orang-orang bilang sih masa-masaku adalah masa-masa penuh kenangan, tapi sejauh ini aku belum menemukan maksud 'kenangan' yg orang-orang bicarakan.Menurutku tak ada yg istimewa di hidupku. Seperti air mengalir, mungkin begitulah keadaan hidupku sekarang. Tapi ya masa bodohlah. Aku tak mau ambil pusing dengan hal hal aneh yang susah untuk ku pahami.
"Bah, kau pagi pagi udah nyarik masalah ya" Suara gerutuan kasar sontak menghentikan langkahku. Aku menelengkan kepala, melihat ke arah samping dinding koridor yg menuju ke arah toilet.
"Ebuset dah, masih pagi padahal" gumamku saat melihat seorang pria bertubuh gempal sedang menarik kerah baju siswa di depannya.
"Kau tuli ya?"
Pria gempal (oke, sebut saja seperti ini) kembali berteriak gusar. Tapi tetap saja, siswa yang terancam itu tak mengeluarkan sepatah katapun.Aku semakin menyampingkan tubuhku, penasaran dengan ekspresi siswa yg sepertinya tidak merasa bahwa dia sedang terancam.
"Mentang mentang kau ganteng, kaya, pintar, misterius, makanya kau sok sok an?" Seorang siswa berambut keriting yg sedari tadi hanya mengawasi kini ikut menimpali. Matanya melotot garang, menanti jawaban.
Pfff... Alay njirrr. Aku menggelengkan kepala, berusaha menahan tawa yang rasanya ingin meledak sejadi-jadinya. Mungkin siswa-siswa itu kebanyakan nonton sinetron atau baca novel teenlit kali ya. Ini dunia nyata, mana ada manusia yg sesempurna itu.
"Dasar emak emak sinetron" Eluhku pelan, mulai melangkah menjauh. Rasanya menonton pertengkaran lebay seperti ini bukan hobbyku.
"Lalu kenapa?"
Tiba-tiba suara sahutan terdengar, sontak membuat langkahku langsung terhenti. Wow, apa siswa itu akhrnya memutuskan untuk melawan ya?."Wah, berani juga kau ya" bentak si gempal, tangannya sudah teracung, bersiap memberikan tinju yang mengarah ke wajah siswa itu.
Aku semakin beringsut maju, sedikit khawatir pertengkaran sinetron ini bakalan menjadi lebh serius. Aku segera mengambil handphone dari saku rokku. Ya, sebagai jaga-jaga jika ada pertumpahan darah nanti. Aku menekan tombol video dan mengarahkannya ke orang-orang itu.
Bukk..
Pas!. Tinju pria gempal itu tepat mengenai pipi si siswa yang katanya ganteng.
"Gimana? Enak tinjunya?" Tanya si gempal, senyum sinis terbentuk di bibirnya.
Enak apanya? Emangnya dia pikir tinjunya bakso mang Dadang di depan sekolah apa?.
Siswa itu tak bergeming. Tak ada respon apapun dari dirinya. Sedangkan si keriting hanya tertawa terkekeh menyaksikan apa yang terjadi di depan matanya.
Bukk...
Satu pukulan lagi mengenai wajah siswa itu. Aku meringis sedikit. Pasti pukulan itu sakit.
Sebenarnya aku tak tega dan ingin mencoba menghentikan pertengkaran itu. Tapi mau gimana lagi, aku jarang jarang dapat tontonan bagus pagi pagi (maaf, jangan di tiru).Bukk..
Lagi, satu pukulan melayang.
Oke, kali ini aku sudah tidak sabar. Sekalipun tontonan ini cukup menarik bagiku tapi jika ini terus berlangsung siswa itu bisa luka parah.Aku sudah mengambil ancang ancang saat melihat siswa yg terancam itu tiba-tiba melangkah maju, mendekati pria gempal yg masih bersiap dengan tinjunya.
"Ini kalian yg minta" ucap siswa itu dingin yang entah mengapa membuatku sedikit merinding.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Devil and Me
Teen Fiction"lu budeg atau IQ lu jongkok sih?. lo kan gua suruh pajang boneka teddy bear. Kok lo malah majang boneka hiu ama dinosaurus sih? lo pikir ada yang mau masuk toko kalau pajangannya gitu?" "Lo bisa ngeliat gak sih? Yang nyari boneka anak cowok, lha lo...