"Selamat datang di Dan Dan shop, yuk mari pilih bonekanya"
Ucapku ramah sambil mencoba memberikan senyum terbaik yang ku punya.Dua orang wanita yang baru masuk itu hanya tersenyum dan berjalan meninggalkanku yang masih memegangi pintu masuk dengan senyum yang masih terkembang. Setelah memastikan kedua wanita itu mulai sibuk memilih aku langsung menutup pintu dan mencoba menyenderkan tubuh ke dinding. Sumpah, ini pekerjaan yang nampaknya ringan tapi benar-benar menguras tenaga. Bayangkan aja, aku harus berdiri selama 5 jam hanya untuk menunggu dan menyapa costumer yang datang. Sebenarnya rada malas sih, apalagi harus full senyum dengan kata kata sambutan yang agak aneh dan memalukan. Tapi mau nggak mau aku harus menjalankannya. Apalagi alasannya kalau bukan karena kak Dani?. Jadi teringat awal-awal dulu aku bekerja disini. Pernah satu kali aku iseng nggak nyapa dan nggak ngebukain pintu costumer. Alhasil aku langsung mendapat tatapan 'membunuh' kak Dani dan omelan sepuluh ribu kata yang dipenuhi ancaman 'kematian'.
"Jangan melamun" bisikan ketus kak Dani langsung membuyarkan lamunanku.
Aku sedikit tersontak kaget saat melihat kak Dani sudah berdiri disampingku.
"Iya, maaf" lanjutku malas.
Mataku tak sengaja menatap kalender dan langsung tersenyum saat menyadari sudah hampir 1 bulan aku kerja disini. Lucu aja waktu ingat betapa kagetnya aku saat melihat kak Dani punya toko 'girly' kayak gini. Walaupun belakangan aku tahu faktanya kalau ternyata toko ini awalnya punya mamanya yang hobby koleksi boneka.
"Nah lo, tadi melamun, sekarang senyum gak jelas. Lo sakit?"
Kak Dani langsung meletakkan tangannya di dahiku.Aku membelalakkan mata, mendadak terasa sulit bernafas.
"Rada anget sih" gumamnya dengan dahi berkerut."Mon, lo gantiin si Naomi ya. Biar dia istirahat" seru kak Dani saat melihat emon yang baru keluar dari ruang karyawan.
Emon langsung mengacungkan jempolnya.
"Tenaang biar gue gantiin, sono istirahat mi"Aku mengangguk senang dan langsung berlari kecil menuju ruang istirahat. Dengan santai aku membenarkan posisi bantal dan langsung merebahkan tubuhku di kasur kecil, jarang-jarang kan dapat istirahat gratis seperti ini?.
Sebenarnya aku rada nggak tega sih ngebohongi kak Dani gini. Dia aja noh yang nggak tau kalau suhu tubuhku memang rada panas daripada orang kebanyakan. Aku terkekeh pelan, merasa sedikit 'menang' karena berhasil ngibulin kak dani.
"Astaga omii, lo kenapa? Lo kerasukan?"
Sebuah goncangan tangan dibahuku sontak memaksaku untuk terduduk. Aku langsung melotot sebal ke arah emon
"Apaan sih mon, sakit tau" eluh ku sambil menepiskan tangannya.
Emon langsung cengar cengir.
"Ya maaf omi, lo sih senyum-senyum sendiri makanya gua kira lo kemasukan. Ya takut aja gua kalo lo bener-bener kesambet kan berabe. Lo bakal teriak-teriak, terus lempar-lempar barang, terus ngancurin toko, terus.."
Aku memutar bola mata jengah dan kembali merebahkan tubuhku. Ini nih, setelah 1 bulan aku semakin hapal seluk beluk dan kebobrokan pekerja disini.Raymond yang akrab di sapa emon adalah sepupu kak dani. Sebenarnya emon saat ini sudah kuliah sih, jurusan ekonomi di salah satu universitas swasta. Pernah aku coba memanggil emon dengan tambahan "abang, kakak, mas dll", alhasil emon malah nyerocos dan kesal. Dia bilang kalau di panggil "abang" mirip kayak panggilan tukang becak. Pas ditambahi embel "kakak", dia bilang mirip laki-laki girang (ponakannya tante girang). Pas ditambahi embel-embel "mas", dia bilang mirip kayak tukang bakso. Entahlah, entah dari planet dan dunia mana orang seperti emon ini berasal. Sebenarnya emon punya wajah yang gak kalah ganteng sih dari kak Dani. Tapi ya, karena keemberan mulutnya dan keanehan pola pikirnya, akhirnya kegantengan emon pudar dan hilang tak berbekas.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Devil and Me
Teen Fiction"lu budeg atau IQ lu jongkok sih?. lo kan gua suruh pajang boneka teddy bear. Kok lo malah majang boneka hiu ama dinosaurus sih? lo pikir ada yang mau masuk toko kalau pajangannya gitu?" "Lo bisa ngeliat gak sih? Yang nyari boneka anak cowok, lha lo...