Kesialan 3

181 10 0
                                    

Kejadian seharian ini benar-benar membuat kepalaku pusing 7 keliling. Entah mimpi apa aku semalam sampai harus mengalami kejadian-kejadian menyebalkan dalam 1 hari. Bahkan di rumah bude pun aku mengalami kesialan. Bayangkan saja, aku tanpa sengaja menyenggol vas bunga kesayangan bude dan membuatnya hancur berantakan berkeping-keping. Dan yang lebih parahnya lagi, aku tersandung kakiku sendiri dan membuatku terjatuh tepat di selokan di depan rumah bude saat hendak pulang. Ya tuhan, agaknya aku harus mandi kembang 7 rupa untuk menghilangkan kesialan ini.

"kak"

aku menepuk pundak kak Diah yang sedang asyik dengan laptop didepannya. Dia terlihat sedang menonton film kartun favoritnya, naruto.

"apaan?" tanyanya acuh tak acuh. Aku duduk tepat di sampingnya dan mulai ikut menonton.

"kakak tau harga samsung galaxy s9 nggak?"

Kak Nena melirikku
"untuk apa? mau beli? punya uang emangnya?" tanyanya cuek.

Aku mendengus kesal dan mencubit bahu Kak Nena.

"Apa sih kak, serius nih" gerutuku kesal

"lah, kakak juga serius kali" belanya sambil mengelus bahunya yang tadi ku cubit.

"aku cuma nanya harganya doang kok"

"ya, setau kakak harganya 8 sampai 9 jutaan gitu"

jawaban kak Diah sontak membuat mataku terbelalak. Gila!! mau ngumpulin uang berapa tahun baru bisa gantiin handphone si Dani sang pembunuh berbaju SMA. Ya ampun, bisa-bisa besok jadi hari terakhir hidupku.

"lha, kenapa wajah lo kayak habis dengar vonis mati gitu?" tanya kak Diah bingung.

Iya kak, iya, memang dengar vonis kematian. Dan manusia bernama Dani yang jadi eksekutornya.

Aku menggigit bibir "nggak kok kak, nggak ada apa-apa"

Kak Diah memandangku tak percaya "yakin?"

aku mengangguk cepat. Kak Diah mengangkat bahu dan mulai fokus lagi pada filmnya. Aku menarik nafas dalam-dalam.

Oke Naomi. semoga lo besok sehat wal afiat di sekolah, batinku pasrah

***

Seharian ini aku mengendap-ngendap di sepanjang jam sekolah. Mataku terus was-was memandang sekeliling saat berjalan di koridor. Tujuannya sudah jelas, menghindari manusia bernama Dani.

"mi, ke kantin yuk?"

Arima menepuk bahuku pelan. Sebenarnya aku mau menerima ajakan Arima, tapi gimana coba kalau di kantin tiba-tiba aku bertemu ama si tukang jagal Dani?, bisa gawat entar.

"nggak deh ma, gue nggak lapar" jawabku berbohong. padahal nih ya, cacing di perutku udah berontak dari tadi minta di kasih jatah nutrisi.

"lo yakin nih? atau mau titip aja?" tanyanya lembut.

Yes!! gue berteriak kegirangan di dalam hati. Syukur deh aku punya teman sebaik dan sepengertian Arima. Ya tuhan, seandainya kalau aku ini laki-laki, aku pasti bakalan jadi orang pertama yang nyatain cinta ke Arima.

Aku mengangguk cepat "roti isi kacang merah ya ma 2 sama aqua 1" lanjutku sambil menyerahkan uang.

Arima tersenyum kecil "oke deh"

Dia lalu keluar kelas dan menghilang menuju kantin.

Aku menopang kepala di meja dan mulai merenungi nasibku yang menyedihkan ini.

"mi, ada yang nyariin" Panggil Rhea.

Aku mengangkat kepalaku "siapa?" tanyaku penasaran.

Entah perasaanku saja, tapi aku bisa melihat pandangannya seakan berkata 'tolong jangan keluar mi'

"dipanggil kak johana, katanya mau bicarain masalah klub jurnalistik" jawabnya dengan suara yang agak bergetar. Aku menghenyit bingung melihat tingkah Rhea yang rada aneh.

"Lo kok aneh gitu sih?"

Rhea langsung menggeleng "cepetan deh mi, kasian kak johana nungguin" ucapnya lalu buru-buru menarik tanganku.

Aku mengerutkan alis, tapi akhirnya mau tak mau aku mengikuti langkah Rhea menuju pintu kelas. Rhea lalu menepuk bahuku dan tersenyum pelan

"Maaf mi, besok-besok gue traktir bakso mang dadang" ucapnya yang semakin membuatku bingung. Aku merasa seakan-akan Rhea memandangku dengan tatapan 'ini hari terakhir lo hidup di bumi'.

Aku mengangkat bahu lagi dan berjalan menuju luar kelas. Mataku mulai mencari-cari sosok kak Johana.

"Hoi"

Tiba-tiba suara berat seseorang membuat tubuhku membeku. Aku mengenal suara ini. Ini suaranya,  orang yang sudah ku hindari seharian ini dengan skill bersembunyiku. Aku mendongak dan mendapati seringaian kak Dani disana

"Senang jumpa lo lagi" Ucapnya sambil melipat tangannya.

Aku menelan ludah tak mampu berkata-kata.

"ya ampun, kenapa lo natap gue serasa ngeliat setan?" tanyanya sinis.

Tanpa sadar aku mengangguk yang sontak membuat matanya melotot padaku

"lo ini ya, nggat tau diri banget. Udah ngerusaki Handphone orang malah ngatain orang setan" omelnya ketus.

"ma..maaf" ucapku pelan.
Rasanya otakku membeku saat ini, tak ada yang bisa kulakukan, bahkan bernafaspun susah.

Kak Dani mendengus "oke deh, gue gak mau basa basi, jadi gimana dengan pertanggung jawaban elo?"

aku menghernyit "pertanggung jawaban apa? emang gue ngapain?" tanyaku pura-pura tidak tahu.

Kak Dani menjitak kepalaku pelan. Ya ampun, gini aja dia udah berani main kekerasan.

"sakit tahu" keluhku.

Kak Dani menyeringai "itu biar otak lo bisa ngingat apa yang udah lo lakuin" ucapnya cuek.

Aku memanyunkan bibir "oke oke gue ingat, jadi gue harus gimana?"

"ya ganti lah"

"gue mana ada uang, itu handphone kan mahal"

"ya salah lo kan, ngapain coba lo ngerusakin handphone gue?"

"itu kan kecelakaan, mana gue tau bakalan kayak gitu"

"itu bukan kecelakaan tapi lo ceroboh namanya"

"kan gue udah minta maaf"

"maaf lo nggak bisa ngembaliin hape gue yang rusak"

Aku dan kak Dani sama-sama ngos-ngosan setelah berteriak saling membantah satu sama lain. Tanpa kami sadari sudah banyak anak-anak yang berkumpul menyaksikan perdebatan kami. Untung deh, setidaknya ada saksi mata kalau sampai kak Dani melenyapkan nyawaku saat ini.

Kak Dani menghela nafas lagi dan menyentuh pelipisnya, kelihatan frustasi.

"yaudah deh, males gue berdebat disini. Lo pulang sekolah jumpai gue diparkiran. Kabur berarti MATI"

Kak Dani membentuk gerakan memotong leher. Dia lalu memandang kerumunan orang disekitar kami

"bubar lo semua" perintahnya ketus yang membuat kerumunan langsung bubar. Mereka sudah pasti bakalan nuruti perintah kak Dani, secara dia sudah punya reputasi sebagai preman di sekolah ini. Aku mematung memandangi kak Dani yang sudah berjalan pergi meninggalkanku.

Ya tuhan, apa hari ini benar-benar jadi hari terahir gue?

tbc

The Devil and MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang