chapter 6

357 67 10
                                    





Jihyo merasa seolah perutnya terasa habis di tendang. Ia mempererat cengkraman ponsel. "Kang taehyung akan bertunangan..".

Kepala jihyo pening, ia mencengkram pagar menara air untuk menahan tubuh.
"Jihyo, kau tidak apa-apa?"
Jihyo menjilat bibir berusaha bersuara. "Aku baik-baik saja, hanya saja aku tidak...maksudku, cepat sekali..."

"Cecunguk itu mungkin memberinya cincin yang kau kembalikan pada taehyung"
"Lempar"
"Apa?"
"Sebenarnya aku Melempar cincin itu pada taehyung".
Mina tertawa. "Itu baru temanku".

Jihyo juga tertawa, tapi tawanya getir. "Wah, aku benar-benar bisa memulai perkelahian dengan mereka".
"Jangan menyalahkan diri. Semua itu bisa terjadi kepada siapapun, lebih baik kau nikmati dan tinggal di pegunungan itu lebih lama, untuk menjernihkan pikiran".

"Heiii"

Kepala jihyo menoleh mendengar suara sayup-sayup jungkook.

"Kau baik-baik saja disana?"

"Sudah dulu". Ucap jihyo pada ponsel. "Terima kasih atas nasihatmu, mina".
"Sama-sama, hati-hati".

Jihyo memutuskan panggilan telpon dan kembali mengitari pelataran ke tangga dan melihat kebawah.
Jungkook melambai kepadanya. "Semua beres?"
"Ya". Seru jihyo. " aku akan segera turun".
"Santai saja". Ucap jungkook melalui corong tangan. "Dibawah sini aku bersenang-senang dengan serangga".

Jungkook memukul-mukul udara seperti kincir angin sampai akan terjatuh dari kruk.
Jihyo tersenyum dan hatinya jadi riang sedikit. Lalu ia mengingatkan diri bahwa kim jungkook hanya berusaha menebus kata-kata jahat tentang dirinya kemarin.

Jihyo mulai berjalan menuju tangga dan berbalik karena teringat kemeja kerja milik jungkook yg pria itu ceritakan saat terjatuh hari itu, jihyo pun mengambilnya dan melingkarkan kemeja itu di pinggang ramping nya.

Setelah sampai di ujung tangga, jihyo hendak melompat, namun ia sadar jika jaraknya berdiri dengan tanah lumayan jauh. Tapi mendadak sebuah lengan kokoh menahan tubuhnya dan membantunya turun. Jihyo berusaha melepaskan diri dari jungkook secepat mungkin, namun gesekan seluruh tubuh mereka tak terhindarkan.

"Hei, itu kemejaku". Seru jungkook.
"Kupikir juga begitu". Sahut jihyo sambil berusaha melepaskannya dari tubuh.
"Simpan saja. Kau pantas memakainya". Kata jungkook sambil mengibaskan tangan.
"Terlalu besar untukku".
"Kelihatan...menarik". Tukas jungkook sambil mengulurkan tangan untuk mengambil sekuntum bunga kecil di sela-sela rambut jihyo. "Diatas ber angin ya?"
"Ya" sahut jihyo, darahnya berdesir akibat sentuhan jungkook. "Bunga apa itu?"
"Laurel gunung". Jungkook menjawab sambil mengembalikannya kepada jihyo.

Bunga itu kelihatan seperti payung kecil di telapak tangan jihyo. "Cantik". bisik jihyo. "Seperti pemandangan diatas sana".

Jungkook mengangguk. "Mengagumkan bukan? Apakah sinyal yang kau dapat kuat?".
"Ya, aku berhasil menelpon dan memeriksa beberapa pesan".
"Semua baik-baik saja?"

Jihyo mendongak, bertanya-tanya apakah kenyataan bahwa ia telah mendapatkan pukulan emosional tampak jelas di wajahnya. "Semua beres". Dusta nya.

Mata jungkook menyipit sedikit, tapi ia tidak bertanya. "Siap untuk pulang?"
"Ya, aku ingin bicara pada montir tentang mobilku".
"Tentu". Jungkook menyetujui, lalu memimpin jalan kembali ke ATV.

"Kau sangat mahir menggunakan kruk". Komentar jihyo.
"Ini bukan pengalaman patah tulang pertamaku". Sahut jungkook sambil tertawa sedikit.

Jihyo mengatupkan bibir, menimbang-bimbang apakah harus bertanya lebih jauh. Ia takkan tinggal disini cukup lama untuk peduli pada rincian kehidupan jungkook. "Aku melihat bekas luka serpihan meriam saat memeriksa tungkaimu".

My Beautiful doctor (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang