prolog

990 74 5
                                    














Kim Namjoon memelototi kedua adik laki-lakinya yang duduk di sebrang meja, tak mempercayai pendengaran nya. "Ini lelucon? Kita sama sekali tidak butuh wanita di kota ini!".

Yoongi, adik tengahnya, mengalihkan pandangan dan mengusap bibir. Tapi adik bungsu mereka, Jungkook, yang paling mudah naik darah, melompat dari kursi.
"Ini bukan lelucon, hyung. Dan kau bertingkah seperti idiot!".

Namjoon menumpukan kedua tangan di meja dan berdiri. "Jaga mulutmu dik. Aku masih bisa memuntir telingamu kalau mau".
Dagu jungkook terangkat. "Coba saja".

Yoongi bangkit dan menempatkan diri diantara mereka dengan tangan terangkat. "Sudah jangan di teruskan. Ayo kita duduk dan mendiskusikan hal ini seperti pengusaha dan saudara".

Karena nada suara Yoongi yang menenangkan, kemarahan Namjoon agak reda, di gantikan sengatan perasaan bersalah. Yoongi sudah berperan sebagai wasit seumur hidup mereka. Namjoon menganggap itu sebagai satu-satunya alasan sampai mereka dapat membangun kembali kota asal mereka jeongseon, yang rata dengan tanah akibat tornado dahsyat sepuluh tahun lalu.

Berkat kemurahan Tuhan, tak ada korban jiwa. Tetapi karena kerusakan prasarana dikota pegunungan terpencil yang memang sedang sekarat itu, penduduknya meninggalkan properti mereka dan pindah ke tanah yang lebih aman dan makmur. Di antara mereka bertiga, hanya jungkook yang ada disana saat tornado menerjang. Setelah memastikan ibu mereka yang telah menjanda aman dengan saudarinya di ilsan, ia kembali ke angkatan bersenjata seperti kedua kakaknya. Masing-masing terpencar ke pelosok dunia dan menjalankan tugas bersama pasukan yang berbeda.

Saat bedinas di Angkatan udara menangani proyek penanggulangan bencana, Yoongi mengetahui ketertarikan pemerintah korea pada eksperimen 'kota hijau'. Jadi dia mengusulkan agar mereka mengajukan proposal untuk membangun kembali kota jeongseon berdasarkan industri dan daur ulang yang sedang tumbuh pesat.

"Yoon..". Kata Namjoon. "Tentu kau tidak mendukung ide konyol jungkook untuk membawa wanita kesini".
Yoongi terlihat sakit hati, lalu mengangkat bahu.
"Para pekerja makin gelisah hyung, mereka masih muda dan...."
"Gampang bergairah". Tambah jungkook.
"Benar". Yoongi mendesah. "Mereka ingin di temani kaum hawa, atau setidaknya menikmati pemandangan feminin".

"Ada Tracy di aula makan". Kilah Namjoon.
"Tracy memang wanita baik". Tukas Yoongi. "Tapi dia cukup tua untuk jadi nenek bagi sebagian besar dari mereka".

"Tapi dulu dia kolonel". Tambah jungkook masam. "Jadi bukan tipe nenek yang hangat dan lembut. Tempo hari dia memukulku dengan sendok kayu karena aku tidak bisa menghabiskan gumpalan yang dia sebut bubur gandum".

"Kita beruntung memilikinya disini". Kata Namjoon. "Kalau tidak, bagaimana lagi kita harus memberi makan pekerja?".

"Hyung, dia mengelola tempat itu seperti barak tentara dan makanannya menjijikan".
"Tapi..bisa dimakan". Tukas Namjoon membela Tracy. "Dan bagus juga membuat para pekerja disiplin".
"Tracy memang anugrah". Yoongi mengakui. "Tapi kau pasti mengerti mereka lebih tertarik melihat wanita-wanita muda yang masih lajang".

Namjoon mendengus. "Mereka kebanyakan orang militer, mereka sudah biasa tidak di temani wanita".
"Tentu, saat mereka di irak dan Afganistan". Sembur jungkook. "Tapi sekarang setelah kembali ke tanah korea, mereka ingin melihat wanita-wanita korea yang cantik".

"Kita hanya beberapa jam di busan". tukas Namjoon.
"Empat jam". Jungkook mengingatkan.
"Mereka sepertinya tidak keberatan bermobil kesana beramai-ramai pada akhir pekan".
Yoongi sengaja berdeham. "Tapi selalu saja beberapa dari mereka tidak kembali senin paginya. Entah karena dipenjara atau jatuh cinta".

My Beautiful doctor (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang