BAB 7 - Gangguan

60K 335 3
                                    

Edo pun menatap selangkangan Adelia yang masih tertutup kolor warna hitam dengan renda-renda di pinggirnya. Bagian kulit yang terlihat sangat putih dan mulus. Sementara bagian yang masih tertutup tampak tebal.

Sebelum membukanya, Edo coba menyentuhnya.

Ia merasakan ada belahan di sana di antara dua dinding daging yang tebal.

Meski sama sekali tidak pro, Adelia tetap melenguh karena sentuhan itu.

Hingga kemudian ia menarik kepala Edo agar lelaki itu mencium selangkangannya. Edo memejamkan mata saat wajahnya terbenam ke selangkangan Adelia. Aromanya wangi dan terasa hangat. Edo pun jadi bertanya-tanya inikah yang namanya nikmat surgawi itu?

Kenapa rasanya sangat candu sekali. Edo terus menghirup aroma itu kuat-kuat dan Adelia pun juga menikmatinya.

Rasanya sesi pemanasan itu pun sudah cukup dan Adelia ingin segera menduduki lelaki muda itu.

Tapi tiba-tiba saja...

Handphone Adelia bergetar kencang. Awalnya dia mengabaikannya, tapi kemudian handphone itu terus bergetar dan terasa mengganggu.

"Tunggu sebentar."

Adelia beranjak mengambil handphone-nya itu.

Nomor tak dikenal.

Dia pun langsung mengangkatnya. "Halo ...," nada suara Adelia terdengar sedikit gusar.

"Halo. Apa benar anda adalah Nona Adelia Chedid?"

Panggilan Nona itu membuat Adelia sedikit tergelak. Apa sosok pemilik suara berat di telepon itu sedang mengejeknya"

"Iya. Anda siapa?" Adelia balik bertanya.

"Saya adalah Jack. Jack Dawson ...!"

Deg.

Mata Adelia langsung membulat. "Jack Dawson?"

"Iya. Katanya anda mau mewawancarai saya untuk sebuah artikel ekslusif, apa itu benar?"

"Iya. Itu benar sekali," jawab Adelia.

"Kalau begitu saya akan mengirimkan sebuah alamat kepada anda dan kita bisa langsung melakukan wawancara itu sekarang juga," ucap Jack.

"S-SEKARANG ...!" pekik Adelia.

Edo yang masih bersimpuh dengan keadaan bertelanjang bulat itu pun juga terkejut.

"Kenapa? apa anda keberatan. Saya hanya bisa sekarang atau tidak selamanya," tukas Jack dengan nada santau.

Adelia yang hanya memakai celana dalam itu pun menatap panik. "Oke-oke! Saya akan mendatangi anda sekarang juga."

Tut...

Tut...

Jack Dawson memutuskan panggilan itu begitu saja, padahal Adelia masih ada yang mau dikatakannya.

"Cih, dasar tidak punya sopan santun." Adelia mengembuskan napas gusar. "Tapi aku harus bisa mewawancarainya untuk artikel ekslusif itu."

Tanpa buang-buang waktu, Adelia kembali berpakaian dengan tergesa-gesa. Ia juga sempat memperbaiki sedikit polesan make upnya. Adelia meraih tas dan juga memasang sepatunya.

"T-Tante ....!"

Panggilan itu membuat Adelia tersadar. Saking paniknya ia melupakan keberadaan Edo begitu saja.

"Astaga. Saya melupakan kamu," Adelia menepuk jidatnya sendiri.

Edo menatap bingung. "Tante mau ke mana dan bagaimana jadinya?"

"Saya punya urusan mendadak. Hari ini kita sudahi dulu sampai di sini okey. Besok Tante akan menghubungi kamu lagi, Sayang."

Belalai Edo yang tadi masih separuh tegang itu langsung mengerucut.

"Tapi...," Edo coba menahan Adelia.

"Apa Sayang?"

Edo meneguk ludah. "Aku ingin mencium Tante. Dari tadi kita belum berciuman sama sekali. Padahal aku sangat ingin mencoba hal yang satu itu."

Permintaan Edo membuat Adelia tergelak. Ia kemudian mendekatkan wajahnya. Edo pun bersiap menanti. Dia sudah sedikit bisa merasakan embusan napas Adelia yang hangat. Batangnya yang sudah layu perlahan bangun kembali.

Tapi ternyata tidak ada yang terjadi.

Edo membuka matanya. Ternyata Adelia sudah tidak ada di hadapannya lagi.

"Lain kali kita akan melakukannya. Sekarang saya pergi dulu. Okey! Ah iya. Kamu tekan saja angka sembilan di remote TV-nya. Kamu bisa beristirahat sebentar, lalu pergi dari kamar ini." Adelia langsung menghilang dibalik pintu setelah berkata demikian.

Deng.

Edo tertegun dengan wajah bodohnya.

Si belalai sakti kembali layu, padahal ujungnya sudah sedikit basah. Edo beranjak mendekati TV yang melekat ke dinding itu. Ia menekan angka sembilan sesuai dengan perintah Adelia.

Eh.

Bola matanya membulat.

Si batang yang layu pun perlahan tegak.

Edo menyeringai melihat film porno yang kini menyala di depannya. Lelaki malang itu pun kemudian harus bekerja seorang diri seraya menonton film porno di televisi. Tapi itu masih mending, daripada tidak jadi sama sekali.

 Tapi itu masih mending, daripada tidak jadi sama sekali

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jack Dawson

Spoiler: Next episode si Papa dalam cerita ini akan muncul.

Kalian siap untuk memasuki cerita ini lebih dalam?
Jangan lupa vote dan follow yah. Biar aku semangat update.
Big thanks...

Sophia K.

Bercinta Dengan Papa (Daddy Jack) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang