Biru Call ZenithKata orang-orang, cowok yang menjabat sebagai ketua OSIS di SMA Mentari ini mirip dengan Rizky Nazar. Percaya atau tidak, wajahnya bak pinang dibelah dua. Itu juga yang menjadikannya disukai oleh seluruh penghuni Mentari. Tidak hanya wajahnya saja yang mirip, bahkan suaranya pun hampir sama persis. Orang juga banyak bertanya, apakah Biru adalah kembarannya Rizky Nazar?
Jawabannya tentu saja tidak.
Biru hanya seorang remaja laki-laki biasa, yang kebetulan menjadi ketua OSIS dikarenakan banyak orang yang mencalonkannya, dan banyak pendukungnya--apalagi jika bukan karna wajahnya.
Mempunyai wajah yang mirip dengan seorang publik figur, membuat dirinya langsung terkenal ketika menginjak kaki di SMA Mentari. Para gadis-gadis langsung mengerumuninya, dan banyak menjatuhkan hati padanya.
Seharunya Biru senang akan kelebihan yang dipunyai, namun itu semua malah membuat dirinya selalu menjadi pusat perhatian, jika sedang berkeliaran disekolah. Dan ia tidak menyukainya. Karna yang paling disukai Biru hanyalah--
"Putih."
Remaja laki-laki itu berjalan dari gerbang rumahnya, dengan beberapa buku yang dibawa. Kakinya melangkah berjalan menyebrangi jalanan didepan rumahnya, menuju rumah disebrang. Pandangannya hanya terpaku pada seorang gadis, yang memakai kaos putih--tengah berdiri didepan gerbang rumahnya sendiri, dengan sebelah tangan yang melambai, serta senyum manisnya.
Tidak ada yang paling Biru sukai selain Putih. Gadis yang sudah menjadi tetangganya sejak tiga tahun yang lalu. Gadis yang membuat ia menjadi suka pada warna putih, dan lebih memilih meninggalkan warna kesukaannya--biru.
"Siap untuk belajar?"
"Tidak ada pilihan lain. Guru privat sudah datang." Jawab Putih, membuat Biru tertawa ringan dibuatnya.
"Ayo masuk." Ajak gadis yang memakai kaos putih polos, pada seorang remaja laki-laki yang memakai kaos berwarna biru.
Keduanya terlihat masuk kedalam rumah, dengan jalan berdampingan. Mulai duduk diatas karpet, dan menaruh buku yang Biru bawa diatas meja. Televisi disana menyala, sedikit menyita perhatian Biru untuk sejenak.
"Aku bikinin minum dulu."
Putih kembali bangkit dari duduknya, lalu melangkah pergi untuk membuatkan minum.
Sementara itu, Biru hanya membuka buku catatan yang dibawanya, sampai gadis pemilik rumah itu sudah kembali, dengan dua gelas minuman ditangan.
"Ayo diminum."
Biru hanya mengangguk, tapi memilih menunda dahulu minumannya dimeja.
"Kita mulai aja belajarnya." Ucap Biru.
"Oke." Sahut Putih, yang sudah membuka buku catatannya juga.
Biru mulai membuka sebuah buku paket milik putih. Tentang pelajaran matematika, karna Putih sedikit lemah akan mata pelajaran itu, dan membutuhkan seseorang untuk mengajarinya. Putih tidak akan menyarankan papanya untuk memilih Biru sebagai seseorang yang mengajarinya, kalau cowok itu tidak pintar.
Setelah menjelaskan bagaimana langkah-langkah yang harus dikerjakan, Biru menyuruh Putih untuk mengerjakan salah satu soal.
"Ini. Udah selesai."
Putih menggeser buku latihannya pada Biru. Mengamati raut wajah cowok itu, ketika memeriksa jawabannya.
"Biru."
"Hmm."
Putih sedikit diam sejenak, mengamati raut wajah sahabatnya itu dari samping.
"Abu tadi masuk kelas gak?"
"Gak." Jawab Biru, tanpa sedikitpun menoleh pada Putih.
"Berarti bolos lagi dong?"
"Iya."
Putih menutup bibirnya. Gadis itu terdiam untuk sebentar, hanya untuk memikirkan bagiamana cowok itu menyapanya, untuk kali pertama.
"Kenapa?" Tanya Biru, karna tidak mendapat suara lagi dari Putih
Kepalanya menoleh, untuk memperhatikan gadis yang bersamanya. Bukan ia tidak tahu, justru karna ia sangat tahu, bahwa sahabat gadisnya ini, diam-diam menyukai sosok Rayyanz Abu Zeal--anak dari guru BK, yang sering sekali tidak mengikuti pelajaran.
Putih mulai membalas tatapan Biru.
"Abu nyapa aku." Ucap Putih.
"Apa? Kapan?"
"Waktu diperpustakaan tadi, Abu nyamperin aku, dia ngajak kenalan."
Biru hanya diam. Menatap wajah Putih, dengan jantung yang sedikit mencelos. Menunggu bibir gadis itu kembali bercerita.
"Gak lama sih, Abu cuma ngajak ngobrol basa basi aja. Tapi dia tahu nama aku." Ucap Putih, dengan kedua mata yang berbinar, dan bibir yang melengkung indah.
"Terus?" Tanya Biru.
"Gitu aja sih. Setelah itu Abu pergi. Kita juga gak ngobrol terlalu lama. Abu cuma nanya aku anak kelas berapa, jurusan apa. Gak ada yang lain." Jawab Putih.
Biru menarik napasnya pelan.
"Lain kali, kalo Abu nyamperin, kamu pergi aja, gak usah ladenin. Abu bukan cowok baik-baik. Gak usah deket-deket sama dia." Ucap Biru pada Putih.
"Kenapa?" Ucap Putih bertanya.
"Aku kan udah bilang, Abu itu cowok gak bener. Dia anak berandalan. Anak motor. Gak usah deket-deket sama orang kaya dia. Aku tahu gimana Abu. Kita satu kelas, dan aku tahu gimana kelakuan dia. Kamu sendiri juga tahu kan, kalo Abu itu suka mainin cewek? Dan aku gak mau kamu jadi salah satu mainannya. Ngerti?"
"Aku kan nanyanya kenapa. Bukan nanya gimana kelakukan Abu, karna aku udah tahu. Tapi kenapa kamu selalu bilang untuk jangan deketin Abu?" Tanya Putih.
Dan Biru hanya bisa bungkam.
Mengapa ia selalu melarangnya. Mengapa ia selalu menjelaskan semua keburukannya. Dan mengapa ia selalu mengingatkan untuk jangan deket-deket dengannya. Karna hanya ada satu alasan dibalik itu semua. Tapi ia tidak mungkin untuk menyatakannya.
Jika ia menyukai Putih.
🔒
***
DIKETIK TANGGAL 27-FEBRUARI-2022
WRITTEN BY ATNISDISGRACE
KAMU SEDANG MEMBACA
Antara Abu Putih Biru
Teen Fiction"Kamu pergi, kita putus!" "Kamu bercanda, kan? Tarik ucapan kamu." "AKU BILANG KITA PUTUS!" Hening. "Oke. Kita putus!" "Kamu serius? Kamu mau kita putus Abu?" "Itu kan yang kamu mau?" Dan harusnya ketika itu Abu mengerti, bahwa Putih hanya berniat...