"Ayo masuk."
"Ini gak papa? Ada orang didalam gak?"
"Ada. Tenang aja."
Putih hanya mengangguk. Berjalan perlahan dibelakang Abu, memasuki rumah bertingkat tiga, dengan sebuah lapangan hijau yang luas didepan rumahnya, tepat saat memasuki gerbang.
"Ayah lagi tugas. Kalo ibu, kan lagi disekolah. Tapi disini ada Nara." Ucap Abu, ketika mereka berjalan masuk.
"Nara?"
"Adik gue."
Putih hanya mengangguk dan menggumam.
"Nara gak sekolah?" Tanya Putih, membuat Abu berhenti berjalan dan berbalik padanya.
Cowok itu menggeleng. "Nara home schooling." Jawabnya, kemudian melirik jam tangannya. "Mungkin sebentar lagi guru privatnya datang." Lanjutnya.
"ABANG."
Sepasang remaja disana, kompak menoleh pada arah seorang anak perempuan--yang berkisar 15 tahunan--berlari kecil menghampiri.
"Abang bawa siapa? Ini bukan pacar Abang, kan?" Tanyanya, dengan kedua mata yang menyipit dan jari yang menunjuk pada Putih.
"Sayangnya ini pacar Abang." Balas Abu kepada adiknya. "Kenalin, ini Nara." Ucapnya pada Putih.
"Hai. Aku Putih." Ucap Putih, dengan mengulurkan sebelah tangannya untuk mengajak Nara bersalaman.
Nara melirik Abu dengan tatapan tak suka. Kemudian gadis itu justru berjalan pergi begitu saja, membuat Putih termangu ditempat.
"Eh? Adik kamu--kenapa. Kayaknya gak suka ya, aku datang kesini." Ucap Putih, merasakan aura permusuhan dari Nara.
"Gak papa. Gak usah ditanggepin. Mau minum?" Tawarnya.
🗝️
Putih hanya diam berdiri didekat sofa, memperhatikan Nara yang tengah belajar bersama guru privatnya. Untuk sesaat, ia melihat kemiripan pada wajah Nara dengan Abu--terlihat lebih mirip dengan Bu Nadia.
Dilihatnya guru privatnya Nara yang masih terlihat muda. Mungkin berkisar usia antara 25-27, dengan garis wajah yang cantik walau dengan rambut yang digulung.
Putih mulai melangkah pergi darisana. Memilih untuk melihat-lihat isi ruangan didalam rumah yang bernuansa abu gelap. Kakinya membawa ia untuk melihat sebuah jajaran pigura yang berukuran besar-besar, berjajar disetiap tembok anak tangga menuju lantai dua.
Kata Abu tadi, ia dibolehkan untuk menelusuri setiap sudut rumahnya atau jika mau, kamarnya--cowok itu sangat memperbolehkan--namun Putih tentu tidak akan selancang itu berkeliaran didalam rumah orang.
"Itu foto kak Ratu."
"Hm?"
Putih sungguh terkejut dengan kehadiran Nara, yang tiba-tiba sudah berada dianak tangga bawahnya. Berdiri dengan kedua tangan yang terlipat, dan raut wajah yang datar.
"Loh. Nara? Bukannya tadi lagi belajar--"
"--aku gak bakal biarin kakak asing berkeliaran dirumah. Apalagi sampai berbuat macam-macam disini." Potong Nara mendahului, masih dengan wajah flatnya.
"Okay." Putih hanya dapat mengangguk mencoba memahami. "Lagian aku cuma mau liat-liat foto aja." Jelasnya.
"Mau lihat foto kak Ratu?"

KAMU SEDANG MEMBACA
Antara Abu Putih Biru
Teen Fiction"Kamu pergi, kita putus!" "Kamu bercanda, kan? Tarik ucapan kamu." "AKU BILANG KITA PUTUS!" Hening. "Oke. Kita putus!" "Kamu serius? Kamu mau kita putus Abu?" "Itu kan yang kamu mau?" Dan harusnya ketika itu Abu mengerti, bahwa Putih hanya berniat...