||18|| Puisi dan pukulan

4 1 0
                                    


Sekolah sedang tidak benar--bukan sekolahnya yang tidak benar, hanya saja Abu dan anak-anak ZZ yang tidak pernah benar--sekolah hanya sedang mengadakan sebuah acara bergengsi lomba puisi antara SMA. Menyebabkan KBM tidak berlangsung dan diliburkan.

Oleh sebab itu, disinilah mereka berada. Sebuah jalanan dengan berbagai kerusakan dimana-mana, dengan beberapa orang yang terkapar babak belur di aspal.

Abu berdiri dan mengelilingkan sudut matanya dengan tajam. Sebuah balok kayu terdapat ditangan kanannya, dan terdapat sedikit darah di sudut bibirnya.

"Kita menang lagi."

Satu tepukan begitu terasa di bahu Abu, dan ketika ia sedikit menoleh, terlihatlah Black berdiri disebelahnya, dengan seringai puas menatap anak-anak VV yang sebagian besarnya berhasil di tumbangkan.

Abu kembali menatap lurus pada seorang laki-laki jangkung, yang berjalan ke arahnya dengan ritme pelan dan terkesan di lama-lamakan. Cowok itu berdiri tepat dihadapannya.

Raut wajah benci bisa terlihat jelas disana. "Sampai kapanpun, lo tetep seorang pembunuh di mata gue." Decihnya, namun tidak membuat balok di tangan Abu melayang.

Abu jutsru menyerahkan balok kayu yang ada ditangannya pada cowok yang berada dihadapannya itu. "Lo bisa habisin gue sekarang, kalo lo mau." Ucapnya dengan sungguh-sungguh, namun itu membuat Alfa mendecih.

"Gue bukan pecundang yang habisin lawannya disaat dia nyerah. Gue mau habisin lo saat kita bener-bener lawan dengan--"

BRAK

--Alfa menjatuhkan balok kayu itu dengan kasar dan menghantam aspal jalanan dibawahnya.

"Kalo gitu lo gak akan pernah bisa habisin gue. Karna gimana pun strategi yang lo buat, buat habisin gue, pada akhirnya gue yang selalu menang." Ucap Abu begitu tajam.

Alfa kembali mendecih, namun kali ini diiringi dengan seringaiannya. "Kita liat kedepannya. Siapa yang pada akhirnya bakal mati disini." Balas Alfa tak kalah tajam.

🗑️

Lirikan mata yang selalu diarahkan untuk menelusuri setiap sudut ruangan, atau bahkan semua penjuru sekolah, tidak satupun membuahkan hasil. Ia belum melihat tanda-tanda kedatangannya.

"Dia gak bakal datang."

Biru berdiri tepat di sebelah Putih. Suasana aula sekolah begitu ramai dengan para peserta dan penonton yang menyaksikan. Di atas panggung terdapat seorang perempuan yang sedang membacakan puisinya.

"Abu udah janji bakal datang. Mungkin dia bakal datang sedikit telat. Tapi Abu pasti datang." Balas Putih dengan penuh keyakinan.

"Sebentar lagi giliran kamu." Biru melirik kebalakangnya, tepat pada seseorang perempuan yang baru saja menyelesaikan puisinya di atas panggung sana. "Sekarang waktunya." Sambungnya, kembali melihat pada Putih.

Abu pasti datang.

Diliriknya lagi pintu masuk aula--berharap cowok yang paling ditunggnya segera datang, melangkah ke arahnya untuk menyaksikan penampilannya--namun tanda-tanda kehadirannya terlihat seperti angan yang tidak akan sampai.

"KITA PANGGIL PESERTA SELANJUTNYA. ZANY PUTIH ZEALAND, DARI SMA MENTARI."

Suara dari MC yang membawakan acara, membuat Putih dan Biru menoleh bersamaan dengan serempak. Pandangan kedua remaja itu bertemu untuk sesaat, sebelum akhirnya Putih lebih dulu melangkah menuju panggung.

Antara Abu Putih BiruTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang