Berjalan di tepi pantai
Tertiup angin berhembus
Sejuk kan hati damaikan diri
Melihat biru.Bersama telah dilewati
Bersama telah dijalani
Aku disini dan sendiri
Ingin neraih janji
Hidupku kan damaikan hatimu
Diriku kan selalu menjagamu
Izinkan ku selalu bersamamuTelah kuberikan semua
Telah kurasakan bersama
Sakit hati dan napas ini
Hanya untukmu
Hidupmu kan damaikan hatimu
Diriku kan selalu menjagamu
Izinkan ku selalu bersamamu
Kasihku padamuDesiran ombak yang memburu di laut, membuat suara damai menyelimuti seorang gadis, yang berada di atas batu karang didekat sana. Dengan tangan yang menggenggam sebuah pulpen, diary diatas pangkuan, dan pandangan yang menyipit, melihat langit biru diatasnya.
Angin yang berhembus seperti sengaja untuk membuat rambut hitam yang tergerainya tersapu-sapu, membuat Putih harus menepisnya berkali-kali.
Namun ketika ia berdiri dan akan pergi darisana, seseorang lebih dulu sudah berdiri dibelakangnya--dengan kedua tangan yang dimasukkan kedalam saku celana.
Hati ini selalu tertuju padanya, dan sangat sulit untuk dipercaya. Bila langit biru berganti menjadi sendu. Bila malam langit berganti menjadi rindu. Kemanapun ia pergi, semesta seperti membawa dia kembali padanya. Bukan cinta jika rasa ini selalu mengingatnya. Hatinya seperti sudah terpaku pada satu nama--Abu.
"Putih tunggu."
Gadis dengan drees biru langit bercorak itu terpaksa menghentikan langkahnya, ketika tangan Abu berhasil mencegatnya membuat ia kembali berbalik.
Angin yang berhembus berhasil membuat drees selutut yang dipakai, dan rambut yang tergerai tersapu-sapu dengan indah. Berulang kali Putih harus memalingkan wajahnya, ketika helaian rambutnya akan mengenai mata.
"Lo masih ada rasa sama gue?"
Hah
Kening gadis itu berkerut dalam, namun terhalangi dengan helaian rambutnya.
"Bukan salah gue kalo nyatanya cinta datangnya itu gak ngotak."
Hah
Putih semakin dibuat bingung dengan ucapan yang keluar dari cowok didepannya, yang samar-samar terbawa oleh suara deburan ombak laut.
"Maaf kalo di hati lo itu masih tertulis nama gue. Dan kayanya di hati gue juga udah tertulis nama lo. Meski gue tahu awalnya cuma pura-pura. Tapi lagi, jangan salahin gue. Karna ada yang bilang kalo cinta itu gak pernah salah." Ucapnya, begitu tenang dan santai.
Putih menarik pelan udara disekitar. Kepalanya menoleh tak menentu, berusaha untuk tidak melihat pada orang yang berada di dekatnya.
Apa yang Abu bilang?
"Gue gak mau ada hal yang terlewat. Dan kayanya bakal ada banyak hal yang akan kita lewati setiap harinya. Kalo kita bersama." Putih kembali menetapkan tatapannya pada Abu. "Sama lo, gue ngerti apa itu artinya cinta. Yang sekarang udah tumbuh disetiap saat. Mungkin sekarang gue udah tahu maknanya, dan gue bakal jaga cinta ini. Kita itu saling melengkapi. Lo baik dan gue jahat. Tapi sama lo, gue yakin gue juga bisa baik."
Kalimat yang Abu sampaikan seperti sebuah aliran listrik, yang berhasil membuat getaran kecil didalam hati Putih. Apa yang di sampaikannya benar-bener keterlaluan--hatinya terbawa perasaan sekarang.
"Gue emang salah. Awalnya gue emang mau mainin lo doang, cuma mau menuhin taruhan disaat gue sama temen-temen lagi gabut. Tapi sekarang udah enggak. Gue lagi gak gabut dan gue suka sama lo." Ucap Abu lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Antara Abu Putih Biru
Teen Fiction"Kamu pergi, kita putus!" "Kamu bercanda, kan? Tarik ucapan kamu." "AKU BILANG KITA PUTUS!" Hening. "Oke. Kita putus!" "Kamu serius? Kamu mau kita putus Abu?" "Itu kan yang kamu mau?" Dan harusnya ketika itu Abu mengerti, bahwa Putih hanya berniat...