||4|| Lampu Hijau

6 2 0
                                    


Anak inti ZZ seperti tengah mengawasi dua meja didepannya. Dimana ada seorang ketua OSIS Mentari yang sedang makan siang bersama sahabat perempuan, yang selalu menempel bagai lem bersamanya.

Setiap kali kedua mata Abu itu mengawasi, hanya cowok itu yang selalu berada didekatnya. Kemanapun. Seakan si ketua OSIS itu adalah bodyguardnya--yang selalu mengikuti kemanapun.

"Kayanya misi terancam gagal."

Kepala Abu menoleh sekilas pada Black, yang menyeletuk begitu saja, dengan sekaleng minuman soda ditangannya.

"Si ketua OSIS itu nempel terus sama Putih. Udah kaya setan." Tambah Sivon.

"Kayanya bakalan susah buat deketinnya. Jelas Biru bakal pasang badan buat ngelindungin sahabatnya dari ... Berandalan yang sialan suka gonta ganti cewek."

Abu justru terkekeh atas ucapan Allegro. Sudut matanya terus memperhatikan punggung seorang gadis yang duduk membelakangi.

"Kayanya cewek itu bukan incaran yang bagus." Sambung Allegro.

"Kenapa?"

"Susah buat dideketin. Apalagi Biru, si ketua OSIS yang selalu jadi sorotan utama dari semua guru, plus semua cewek seantero sekolah." Jawab Allegro, atas pertanyaan dari Sivon.

Abu menumpukan kedua tangannya diatas meja. Badannya semakin dicondongkan kedepan, dan semakin memperhatikan intens dua orang yang berada dua meja didepannya.

"Dia gak punya temen."

Ucapan Abu terdengar seperti pernyataan, atau mungkin bisa terdengar menjadi sebuah pertanyaan.

"Siapa, cewek itu?" Tanya Black, membuat Abu mengangguk sekilas.

"Kayanya sih punya. Tapi emang lebih sering sama si ketua OSIS." Jawab Allegro.

"Gue heran. Kemana-mana mereka barengan mulu. Pacaran kagak." Ucap Sivon, ikut memperhatikan dengan intens.

"Katanya sih kejebak friendzone."

Sontak beberapa pasang mata dimeja itu menoleh kompak pada Kenan (yang tumben ikut menyahuti), terkecuali kedua mata cowok yang duduk dibangku sudut, yang sedang sibuk dengan handphonenya sendiri.

"Dari yang gue denger, Biru itu suka sama sahabat ceweknya itu. Tapi banyak orang yang bilang, si sahabat ceweknya itu kaya gak tahu, ... atau mungkin pura-pura gak tahu." Jelas Kenan, dengan wajah yang menampilkan tampang seriusnya.

"Gue gak tahu kalo ternyata, cowok serius kaya lo itu, bisa dengerin gosip tentang mereka juga." Ucap Black, dengan wajah yang menampilkan cengiran khasnya. "Gue kira lo tipe cowok kaya Aksen. Pendiem, dan gak peduli sama sekitar."

"Gue masih punya telinga." Sahut Kenan. Jelas tidak terima dirinya dikatakan seperti itu.

"Udah udah." Ucap Abu, membuat teman-temannya itu diam, dan menatapnya. "Yang penting kita tahu, kalo kesimpulannya itu, cewek yang mau gue incer itu, gak suka sama si ketua OSIS. Dan gue juga yakin, kalo cewek itu lebih tertarik sama gue." Lanjutnya, dengan penuh percaya diri.

"Pepet terus aja. Seminggu langsung jadi. Abis itu kelar."

Sudut bibir Abu tertarik keatas, membuat seringai tipis. Lalu menimpali ucapan Sivon.

"Gue gak butuh waktu tujuh hari buat taklukin dia. Tiga hari dari sekarang. Dia udah jadi pacar gue."

"Mantep bos."

"Gila. Dipepet terus."

"Gak usah kasih kendor."

Dan tiba-tiba, ketua dari ZZ itu bangkit dari duduknya begitu saja, lalu beranjak darisana, membuat teman-temannya mengikuti arah langkahnya, terkecuali Aksen.

Antara Abu Putih BiruTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang