||15|| Hear

4 1 3
                                    


Putih tahu betul, jika Callista adalah salah satu siswi yang dekat dengan anak dari guru BK. Ia tahu jika Abu memanglah suka sekali mempermainkan setiap siswi di sekolah--namun ia tidak pernah menyangka--bahwa dirinya juga termasuk salah satunya. Sulit dipercaya. Namun itu yang dikatakan Callista kepadanya.

Niatnya ingin pergi ke kelas Abu(kelas Biru juga) untuk menanyakan dan meluruskan apa yang dikatakan Callista, benar atau tidak. Namun nampaknya, ia tidak perlu repot-repot bertanya, karna yang berada di penglihatannya sudah cukup untuk menjawab semuanya.

"Gue, cewek yang deket sama Abu. Deket banget. Kita itu saling suka."

Dan seperti perkataan Callista tadi, seperti itu juga apa yang ia lihat sekarang. Abu dengan Callista. Mereka berdua terlihat begitu dekat. Duduk berdua di bangku paling belakang kelas, dengan tatapan yang saling tertuju satu sama lain. Senyum diwajah keduanya begitu kentara, kala Abu merapikan helaian rambut Callista.

Masih merasa jadi pacarnya Abu?

Seakan ada yang mengejek didalam pikirannya sendiri, Putih lebih memilih kembali berjalan pergi darisana.

🗝️

"Lo? Pacarnya Abu?"

Putih memperhatikan bagaimana wajah cowok, yang kini mengajaknya untuk pulang bersama.

"Mimpi!"

Senyum Abu terlihat begitu natural saat mengajaknya, dengan perkataan yang selalu diselingkuhi candaan.

"Abu gak pernah suka sama lo. Abu deketin lo cuma sekedar main-main. Dia nembak lo cuma buat menuhin tantangan dari taruhan yang temen-temennya mainin. Lo terlalu kepedean jadi cewek. Dan Abu cium lo di kantin, itu juga salah satu tantangan dari temen-temennya. Gak usah belagu. Bangga lo, hah?"

Sekarang ia harus menelan keras semua perkataan Callista yang selalu terngiang-ngiang di pikirannya. Bersikap tidak tahu apa-apa, saat cowok itu mengatakan--

"Hari ini lo keliatan beda. Cantik."

--namun Putih tidak terpengaruh. Ia hanya mengulas senyum tipis demi menanggapi perkatannya--yang sudah di pastikan berbohong.

"Tapi kayaknya enggak dulu deh. Soalnya aku sama Biru mau ketemu Abang aku dulu, di kampusnya." Ucap Putih, menolak ajakannya.

"Mau ketemu Abang lo dulu?"

Putih mengangguk.

"Yaudah deh. Gue juga kayanya emang gak bisa anter lo. Ada urusan dulu sama anak ZZ." Ucapnya, dan Putih hanya bisa bergumam.

"Kalo gitu aku mau samperin Biru dulu. Kamu gak marah, kan?" Ucap Putih, berlaga untuk menanyakannya dahulu.

"Yaudah. Samperin aja."

Putih hanya tersenyum tipis sekali lagi, sebelum dirinya berbalik dan pergi darisana. Abu tidak akan peduli jika ia ingin dekat dengan siapa saja, toh cowok itu hanya ingin memainkan perasaannya saja.

"ABU."

Namun sebelum dirinya benar-benar akan menghilang dibelokan koridor, suara seorang gadis lain mampu membuatnya berbalik. Menatap bagiamana gadis lain merangkul lengan cowok itu begitu saja. Bahkan Abu tak segan mencium puncak kepalanya.

"Callista?"

Putih hampir tersenyum miris, merasa kasihan pada dirinya sendiri, yang sudah mau di bohongi seperti ini. Benar apa kata Biru. Sepertinya, Abu memang tidak lebih dari seorang cowok brandal--yang suka sekali mempermainkan perempuan.

Antara Abu Putih BiruTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang