Tonjokan #10

718 30 0
                                    

"Ke ulang tahun Zivo minggu depan gue jemput ya, Lia," pinta Ari seperti biasa to the point seraya mengalungkan tangannya ke leher Lia.

Mendengar permintaan Ari kepada Lia, seorang cowok langsung terbatuk-batuk setelah menenggak ice lemon teanya. Siapa lagi kalau bukan Zivo. Zivo sungguh tak menyangka Ari meminta Lia menemani Ari untuk ke pesta ulang tahun miliknya.  Berani-beraninya didepan Zivo Ari meminta Lia jadi pasangannya ke sweet seventeen party milik Zivo.

"Lo kenapa, bro?" respon Bayu melihat Zivo yabg tersedak.

Zivo hanya mengibas-ngibaskan tangannya sambil menyeruput sisa ice lemon tea miliknya hingga hanya menyisakan gelas dan sebuah sedotan.

"Gue nggak apa-apa," jawab Zivo sesaat setelah batuk-batuknya mereda.

"Gimana? Mau kan?" sekali lagi Ari memastikan kepada Lia.

"Nggak usah repot-repot deh, kak. Lia berangkatnya bareng sama kak Arga aja," tolak Lia halus.

"Ga, gue bolehkan menggantikan posisi lo jemput Lia?" pinta Ari, kali ini ia tujukan untuk Arga.

"Boleh aja. Semuanya terserah Lia," persetujuan Arga santai.

Pandangan mata Ari langsung tertuju pada Lia, mencerminkan permohonan yang teramat sangat serius dari dirinya.

"Oke, Lia mau," Lia menganggukan kepalanya seakan tahu maksud mendalam dari tatapan Ari.

Tanpa aba-aba, Ari menarik tubuh Lia ke dalam pelukan hangatnya, mengekspresikan kebahagiaannya.

"Terima kasih ya, cantik," Ari membelai lembut rambut Lia.

Setelah makan siang di kantin, Ari mengantarkan Lia ke kelasnya. Namun di tengah jalan saat sedang asyik menyusuri koridor-koridor sekolah yang masih ramai murid yang berlalu lalang, tiba-tiba Lia meringis kesakitan, ia meremas bagian perutnya.

"Lo nggak apa-apa, Li?" terasa kecemasan Ari yang teramat sangat dari raut wajahnya.

"Nggak apa-apa kok," Lia meneruskan langkah kaki dengan lunglai setelah berhenti sejenak.

"Tapi muka lo pucat banget. Perut lo yang sakit atau bagian mana? Kita ke UKS aja ya?" celoteh Ari khawatir.

"Nggak perlu, kak. Paling ini cuma gara-gara tadi nggak makan siang," tolak Lia mentah-mentah.

"Beneran nggak apa-apa," Ari memastikan. Lia hanya menjawab dengan anggukan lemah.

Ari memapah Lia hingga sampai ke kelas. Lia terlihat menahan sakit dibagian perutnya.

"Yakin nggak mau ke UKS? Lo sampai keringat dingin gini lho," Ari mengingatkan lagi dan tanpa risih dengan tangan kosong Ari mengelap keringat dingin Lia yang menetes di kening Lia.

"Nggak apa-apa, kak. Tenang aja," Lia mencoba menenangkan kekhawatiran Ari yang berlebihan.

"Ya udah gue ke kelas dulu ya," Ari pamit.

"Kak, jangan bilang sama kak Arga ya. Lia nggak mau kalau kakak khawatir," Lia mencegah Ari pergi sejenak.

Ari membentuk huruf 'o' dengan jari jempol dan telunjuknya. Tanpa kata-kata hanya belaian lembut yang ia layangkan ke rambut panjang semampai Lia. Senyuman hangat terukir diwajah gantengnya yang penuh karismatik.

                        ^________^

"Lia!" Panggil Zivo yang sedang berlari ke arah Lia yang baru saja keluar dari kelasnya.

"Tumben banget nih orang ke kelasnya, nyari Lia. Biasanya yang disamperin juga Sya," batin Lia.

"Lia, gue balik dulu ya. Udah ditunggu nyokap di gerbang sekolah," pamit Sya sambil cipika cipiki dengan Lia.

LiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang