Unpredictable #26

590 21 2
                                    

          "Mohon perhatiannya semua!" seruan Arga di tengah-tengah kantin sekolah.
          Semua pasang mata murid-murid yang sedang menikmati makanannya masing-masing tertuju pada asal suara berat yang menyerukan kalimat perintah yang Arga serukan. Suasana kantin yang sedari tadi riuh rendah dengan kegiatan masing-masing dari siswa-siswi yang ada, kali ini menjadi hening menunggu apa yang akan Arga lakukan.
          "Sya, boleh lo berdiri sebentar?" pinta Arga seraya menarik tangan Sya lembut.
          "Kira-kira Arga mau ngapain ya?" tanya Zivo penasaran sambil menatap Lia dengan mata menyelidik.
          Seakan tahu Zivo curiga dengannya dan Lia juga tak menyukai tatapan Zivo yang ia rasa sedang menginterogasinya.
          "Kenapa kak Zivo ngelihatin Lia begitu banget sih?" tanya Lia balik sambil menyeruput chocolate milk shakenya.
          "Apa kamu tahu apa yang akan Arga lakukan? Apa ada yang kamu rahasiakan dari aku?" tanya Lia sambil menopang dagunya dan masih menatap kearah Lia.
          "Bukannya mau dirahasiain. Kalau sudah tahu semua bukan surprise dong namanya. Bentar lagi kak Zivo juga bakalan tahu apa yang akan kak Arga lakuin," jawab Lia tenang dengan senyum simpul yang membuat lesung pipinya menghiasi wajah ayunya.
          Zivo hanya dapat menganggukan kepala lalu mengalihkan pandangannya ke arah Arga yang sedang menggenggam tangan Sya erat yang berada didepannya.
          Arga secara tiba-tiba berlutut dihadapan gadis yang telah membuat hatinya berbunga-bunga, yang membuat ia merasa tenang dan nyaman ketika berada didekat perempuan yang sedang menutupi mulutnya yang menganga lebar dengan tangan kirinya yang bebas.
          "Kak Arga apa-apaan sih? Ngapain berlutut begini? Malu tahu dilihatin banyak orang," ucap Sya gelagapan dengan pipi yang bersemu merah. She's blushing.
          Arga mengecup punggung tangan Sya dengan lembut masih dalam suasana hening yang berhasil membuat gadis cantik dengan mimik muka cengo dihadapannya melebarkan kelopak matanya sempurna dan lebih salah tingkah lagi.
          Arga menghembuskan nafas perlahan dan memejamkan matanya sejenak untuk menata hatinya menerima keputusan yang paling terburuk dari perempuan yang semenjak beberapa waktu lalu membuat jantungnya berdebar dua kali lebih cepat saat pertemuan pertama kalinya.
          "Natasya Maharani Wibowo, will you be my girl?" suara gemetar amat ketara disetiap kata yang Arga luncurkan.
          Tak dapat dipungkiri Arga teramat sangat gugup saat menyatakan cinta untuk pertama kalinya kepada gadis tambatan hatinya. Terlebih saat menantikan jawaban dari Sya, rasanya jantungnya mau copot saking cepatnya detakkan jantungnya.
          "Kak Arga nembak gue? Gue nggak salah dengar, kan? Apa gue sedang bermimpi?" Pertanyaan-pertanyaan itu menyelubungi otak dan batinnya. Ia benar-benar tak siap dengan pernyataan cinta cowok yang masih betah berlutut di depan kaki jenjangnya. "Gue harus jawab apa?" tanya batinnya gundah.
          "Jadi ini maksud surprisenya?" tanya Zivo berbisik di daun telinga Lia.
          Lia hanya menjawab dengan anggukan mantap.
          Karena jengah melihat suasana yang begitu hening di sekitarnya, hanya terdengar bisikan dari murid-murid yang menyasikkan adegan yang dihadirkan oleh Arga dan Sya, Zivo berdiri dari posisi duduk tenangnya dan berkacak pinggang.
          "Udah terima ajalah, Sya," ucap Zivo enteng.
          "Terima! Terima! Terima!" Seru Lia heboh yang berdiri disamping Zivo sambil menepuk kedua telapak tangannya membuat hampir semua orang menyuarakan kata yang sama, tak lupa bertepuk tangan pula.
          Sya melotot hingga bola matanya hampir keluar melihat aksi Zivo dan Lia yang sangat kompak membuatnya lebih malu lagi di depan banyak orang. Terlebih dengan sorotan mata sayu yang seakan memohon milik lelaki yang membuat denyut jantungnya jadi tidak karuan sekarang.
          "Yes, i will," lirih Sya menjawab akhirnya.
          Arga bangun dari posisi berlututnya. Senyum sumringah menghiasi bibirnya. Ia membelai pipi gadis yang sedang tertunduk malu dihadapannya. Ia tegakkan dagunya agar ia dapat melihat wajah cantiknya yang diwarnai semuan merah muda dikedua sisi pipinya.
          "Bisa kamu ulangi jawaban kamu," pinta Arga seraya menyelipkan rambut panjang nan indah yang menutupi sebagian wajah ayu Sya.
          Tanpa sepengetahuan Arga, Sya menghela nafas perlahan. "Iya. Aku mau jadi kekasihmu," ujar Sya mantap.
          Tanpa perlu diperintah, Arga segera merengkuh tubuh mungil Sya dalam pelukannya seraya mengecup kening gadis miliknya dengan penuh rasa cinta. Didalam dekapan pria yang akan ia sayangi mulai sekarang, Sya tersenyum simpul dan membalas pelukannya dengan erat diiringi tepuk tangan yang meriah dari semua orang yang ada dan sesekali siulan nakal pun terdengar membuat suasana semakin riuh rendah seperti suasana kantin pada umumnya bahkan melebihi dari suasana dan kondisi kantin sekolah biasanya.

LiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang