Piknik #27

502 17 0
                                    

          "Pagi, cantik. Wah, sushi," sapa Arga dengan mata yang berbinar-binar melihat makanan kesukaannya sedang diracik oleh Lia.
          "Pagi," jawab Lia dengan senyuman manisnya.
          "Tumben pagi-pagi gini Lia udah bikin sarapan. Bikin sushi lagi," tanya Arga.
          "Siapa bilang Lia bikin sarapan? Ini buat piknik tahu," Lia menaikkan alisnya sebelah kanan.
          "hayoo.  mau piknik sama siapa?" tanya Arga kepo.
          "Sama kak Zivo," jawab Lia lempeng.
          "Kalau sama Zivo pasti dating bukan piknik," goda Arga usil.
          Lia menaruh pisau yang ia pegang untuk memotong sushi buatannya, lalu mengalihkan pandangannya menatap Arga tajam yang seakan ingin memotong tubuh Arga menjadi beberapa potongan.
          "Please deh, kak.." kalimat Lia tak dapat sempurna karena terdengar bunyi bel rumahnya yang memotong pembicaraannya dengan Arga.
          Arga akan melangkahkan kakinya ingin membukakan pintu untuk sang tamu, namun tertahan dengan cekalan Lia di lengannya.
          "Biar Lia yang buka pintunya," ucap Lia seraya melepas cekalan pada Arga dan berlari menuju pintu depan rumahnya.
          Lia membuka pintu dan mendapati seseorang sedang berdiri dihadapannya yang wajahnya terhalangi oleh sebucket bunga lili putih yang indah dan termasuk bunga favorit Lia. Perlahan serangkaian bunga lili putih yang indah dan tersusun rapi diarahkan kepada Lia dan terlihat wajah tampan bak pangeran kuda putih yang sedang menyunggingkan senyum cerah yang memperlihatkan seseretan gigi putih bersihnya.
          "Happy birthday to you, my princess," ucapan selamat entah sudah keberapa kalinya dari lelaki dihadapan Lia sekarang.
          "Terima kasih," Lia menerima bunga kesukaannya dengan wajah yang bersemu merah bak kepiting rebus.
          "Sudah siap jalan?" ajak Zivo.
          "Siap. Tapi Lia ke kamar dulu buat ngambil tas. Kak Zivo temuin kak Arga aja di dapur," izin Lia yang segera berlari ke kamarnya.
          Di dalam kamar Lia tidak hanya mengambil tas selempang mungil yang berwarna sky blue senada dengan mini dressnya, tetapi ia pun duduk di depan meja riasnya untuk memoles wajahnya dengan make up tipis. Selesai menyapukan bedak tipis dan lipstik berwarna baby pink di bibir mungilnya, Lia menuruni tangga dan menemui Zivo dan Arga yang bercengkrama di dapur.
          "Ayo berangkat! Lia udah siap," ajak Lia lantang dan bersemangat.
          "Gue cabut dulu ya, bro," pamit Zivo kepada Arga.
          "Hati-hati di jalan. Jagain adik gue," seklumit pesan Arga.
          "Siap!" jawab Zivo yakin.
          Lia dan Zivo beranjak ke mobil Zivo dan menaruh bekal sushi dan nasi kepal hasil jerih payah jari-jari Lia dari subuh yang Zivo bawa ke dalam kursi penumpang. Kemudian mobil pun menembus jalanan beraspal ibukota yang cukup lengang, maklum hari ini weekend jadi tidak terlalu banyak kendaraan yang berlalu lalang untuk mengantarkan majikannya menjalani aktivitas sehari-harinya.
          Tak perlu waktu yang lama untuk mobil sport Zivo dapat memasuki tol Jagorawi yang itu berarti akan keluar dari lokasi ibukota. Lia yang sedari tadi diam dan hanya menikmati pemandangan diluar jendela jadi bertanya-tanya heran.
          "Kita mau piknik kemana, kak? Kok pake masuk ke tol Jagorawi segala," tanya Lia penasaran memecah keheningan yang menyelimuti suasana di dalam mobil sedari tadi.
          "Kemana aja, asal ada kamu disisiku," jawab Zivo ngasal sekaligus flirting membuat pipi Lia berubah kayak buah tomat segar. Lia malu.
          "Lia tanya serius, kak. Malah ngegombal," Lia menepuk lengan Zivo sebal.
          "Aku juga serius, kali. Udah tenang aja, kalau udah sampai nanti kamu juga tahu. Aku jamin tempat ini bukan tempat khusus orang dewasa," Zivo meyakinkan Lia, namun masih menyembunyikan tempat sebenarnya.
          Suka tidak suka Lia menerima jawaban Zivo yang masih abu-abu. Alhasil ia hanya dapat menghembuskan nafas kasar yang terdengar oleh Zivo disebelahya yang sedang berkonsentrasi menyetir.
          Zivo yang tahu Lia tidak puas dengan penjelasannya hanya menatap Lia sekilas dan membelai rambut Lia lembut berusaha menenangkan gadis mungilnya.
          Tiga jam sudah roda mobil Zivo menyusuri jalanan. Hingga sekarang mobilnya telah terparkir rapi di sebuah pelataran parkir sebuah kawasan perkebunan yang cukup luas.
          "Lia cantik, bangun," Zivo membangunkan Lia dari tidurnya dengan membelai pipi lembutnya.
          Lia yang tertidur pulas dibahu Zivo karena perjalanan yang cukup lama. Puncak! Ya disinilah Lia dan Zivo akan menghabiskan waktu piknik mereka berdua.
          Lia mengerjapkan mata lentiknya dari tidur lelapnya dan nafasnya tercekat seketika melihat wajah Zivo hanya berjarak hitungan senti saja didepannya.
          "Sudah sampai. Bangun, cantik," Zivo membelai bahu Lia pelan.
          "Ki-kita ada dimana?" tanya Lia gelagapan.
          "Kebun strawberry di puncak. Ayo, keluar," jawab Zivo tenang.
          Zivo membukakan pintu mobilnya untuk gadis pujaannya dan mulai memasuki pekarangan kebun strawberry yang cukup lepas yang dipenuhi tanaman strawberry yang sedang ranum dan siap untuk dipetik oleh pengunjung-pengunjung kebun.
          Dengan keranjang kecil Lia dan Zivo berlomba mengumpulkan strawberry yang paling banyak, hanya sekedar untuk kesenangan semata.
          "Yeayy.. Lia menang!" seru Lia jejingkrakan melihat timbangan hasil petikan strawberrynya lebih berat ketimbang timbangan Zivo.
          Saking girangnya kaki Lia tergelincir batu yang tidak sengaja ia injak dan membuat keseimbangan berdirinya limbung dan tubuhnya hampir terjatuh kalau saja Zivo tidak sigap menangkap pinggangnya.
          Waktu terasa berhenti sejenak. Lia terkesiap kaget karena lagi-lagi wajahnya dan wajah Zivo hanya berjarak tidak lebih dari 5 cm. Hingga hembusan hangatnya nafas Zivo yang menatapnya tepat di manik matanya amat terasa di permukaan mukanya.
          "Senang sih boleh, tapi hati-hati juga dong, cantik. Kamu lecet dikit, aku yang bakalan digorok sama abang kamu," Zivo tersadar duluan dan menegakkan tubuh Lia kembali.
          "Ma-maaf," Lia gugup.
          "Kalau gitu apa hukuman buat aku?" tanya Zivo sportiv.
          "Hemm.. apa ya?" Lia memainkan mimik mukanya.  "Gendong Lia di punggung kak Zivo sambil memutari kebun teh," Lia tersenyum penuh kemenangan dan menunjuk deretan kebun teh tak jauh dari kebun strawberry.
          "Kamu bisa modus juga ternyata," Zivo menyentil hidung mancung Lia.
          "Siapa juga yang modus? Kalau gitu Lia ganti aja hukumannya," Lia tidak terima.
          "Nggak usah," cetus Zivo.
          Zivo menarik tangan Lia hingga jatuh di punggungnya dan segera berlari kearah deretan kebun teh yang hijau segar terhampar luas diiringi teriakan keterkejutan gadis yang sedang mengalungkan tangannya di lehernya dan terus berteriak yang kali ini kegirangan.
          Zivo yang kelelahan mengelilingi kebun teh yang terasa tak ada ujungnya menyerah dengan hukumannya. Mereka pun menggelar selembar kain yang cukup lebar di bawah pohon mangga yang amat rindang dan menikmati bekal yang Lia buat tadi pagi. Mereka saling menyuapi satu sama lain hingga bekal yang Lia buat habis tak tersisa satu bulir nasi pun.
          Obrolan dan candaan ringan mewarnai acara makan siang mereka yang sekarang sedang memakan buah-buahan yang Lia kupas sebagai pencuci mulut.
          "Makasih buat pikniknya ya, kak," terima kasih Lia membuka obrolan di dalam mobil.
          "Belum saatnya kamu berterima kasih. Kita ke tujuan selanjutnya," ucap Zivo tenang yang sedang sibuk memandang kearah depan berkonsentrasi menyetir ditengah jalanan yang dipadati kendaraan bermotor.
          Lia seketika menatap Zivo dengan kening yang berkerut. "Maksudnya?" tanya Lia bingung.
           "Udah duduk anteng, nanti juga tahu kita bakalan kemana," jawab Zivo lempeng.
           Jawaban Zivo sama sekali tidak mengurangi kebingungan Lia dan yang ada ia semakin penasaran dengan sikap Zivo yang sok misterius. Namun Lia tetap tenang dan mengikuti apa saja kata lelaki yang sedari tadi membuat ia penasaran.

                           ^_______^

LiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang