Sandaran Hati #21

764 24 0
                                    

"Aku anak haram!"

Mendengar pengakuan sang hawa yang sedang mengucurkan air matanya dengan tersedu-sedu di hadapannya hatinya tercekat, jantungnya berhenti sejenak memompa darah ke seluruh tubuhnya. Bagaikan tersambar petir di siang hari yang terik, sebuah kalimat tercetus dari bibir Lia yang kini telah terbasahi oleh air matanya amat menyayat hati Zivo.

Zivo tercenung. Ia hanya dapat mematung dan terpaku menatap sang gadis yang mengisi hari-hari indahnya sedang menangis tersedu dan memukuli dadanya sendiri dengan kuat. Tersirat rasa sesak di dalam dadanya, membayangkan bencana yang telah terjadi.

Zivo tersadar. Tak seharusnya perempuan di hadapannya yang sedang terisak dalam diam tanpa ada sandaran bahu miliknya. Disaat itulah Ia merasa menjadi pria paling tolol. Pria macam apa yang membiarkan gadis yang ia sayangi bersedih hati tanpa dekapan seorang lelaki yang menyayanginya.

Tanpa aba-aba dari siapapun, setelah kesadaran Zivo pulih sempurna, tangan kekarnya menarik tubuh Lia mendekapnya dalam pelukan hangatnya hingga sesenggukan tangisnya mereda dan dapat bernapas lebih teratur tanpa tersengal-sengal.

"Udah siap cerita sekarang?" tanya Zivo masih dengan tangan mengelus lembut naik dan turun punggung Lia.
Lagi-lagi Lia hanya mengangguk pelan, lalu memulai bercerita panjang tanpa terlewatkan satu hal sedikit pun. Satu persatu intrik demi intrik kisah tragedi pertengahan harinya ia dongengkan kepada lelaki yang sedang mendengarkan dan mencermati setiap kata yang ia lontarkan dari bibir manisnya. Sesekali sang pria membantu menghapus benda cair murni yang dihasilkan oleh mata indahnya menodai wajah ayu Lia.

Lia menarik napas dan menghembuskannya perlahan, lalu mengakhiri semua kisah pahit dan kelamnya yang ia alami sore hari tadi.

"Lia benar-benar tidak menyangka kak Arga dan mama tega merahasiakan ini semua dari Lia," Lia mengakhiri ceritanya.

"Mungkin Arga dan tante Regina juga tidak menginginkan ini semua. Coba positive thinking aja, cantik," Zivo mencoba membuka pemikiran Lia.

"Nggak. Mereka pasti sudah merencanakan ini semua dari awal," Lia tetap keukeh dengan pendiriannya, membuka perdebatan kecil antara dia dan Zivo.

"No, i think you wrong. Let's make easy. Kalau mereka udah punya rencana nyakitin kamu mungkin udah dari jauh-jauh hari ngelakuin ini ke kamu," Zivo berusaha berpositive thinking.

Lia meremas rambutnya yang setengah basah dengan kuat yang belum sepenuhnya kering dengan kedua tangannya. Lia tak dapat berpikir jernih kali ini. Ia hanya bisa meratapi nasibnya.

"Lia nggak tahu. Lia benar-benar bingung," isak tangisnya kembali membuncah keluar mengiringi keputusasaannya.

Zivo pun kembali mendekap tubuh sang hawa yang larut dengan keputusasaannya.

"Kalau masih mau nangis, nangis aja sepuasnya kalau itu bisa membuat hatimu lega dan sedikit menghilangkan kesedihanmu," Zivo menenangkan Lia seraya menepuk bahu Lia pelan.

Mendengarkan perkataan Zivo, Lia semakin mengeratkan pelukannya. Ia bersandar di dada Zivo yang memiliki banyak ruang untuk menumpahkan keluh kesahnya dengan segala cucuran air matanya yang tumpah membasahi kaos polos Zivo.

Melihat Lia yang memukuli dadanya sendiri dengan semakin kuat dan intens, Zivo menggenggam telapak tangan Lia mencoba memberhentikan tindakan Lia untuk lebih menyakiti dirinya sendiri. Lia terkesiap dengan tindakan Zivo, ia menatap Zivo sekilas yang sedang tersenyum simpul kearahnya entah mengapa senyuman Zivo yang mengarah untuknya membuat hatinya menjadi lebih tenang lagi.

Zivo yang masih betah menggenggam tangan Lia menuntun tangan itu ke arah pinggangnya agar Lia dapat memeluknya lebih erat dan menghentikan kesibukannya memukul-mukul dadanya sendiri yang akan menyakiti raganya. Hal Zivo yang satu ini membuat Lia lebih terkejut lagi, ia mencoba merubah posisi tangannya, namun sebelum Lia berhasil memindahkan tangannya, Zivo mendongakkan dagu Lia dengan jari telunjuknya agar dapat menatapnya tepat di manik matanya dan Zivo menggelengkan kepalanya dalam diam pertanda ia tak mengizinkan apa yang dilakukan Lia.

LiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang