Note: Chapter ini mundur ke hari-hari awal Seungcheol di tempat Jihoon.
Jihoon melepas kertas pengumuman lowongan kerja yang ditempel di pintu tokonya. Tiga hari Seungcheol tiba di tempatnya, Jihoon tidak bisa berjalan normal, ia tidak bisa duduk lama di depan komputer. Lima tahun keduanya memendam kerinduan, menahan hasrat dan keinginan, dan ketika semua itu akhirnya terlepas mereka berubah seperti hewan kelaparan. Seungcheol memasukinya sampai pagi datang, Jihoon tak berdaya, sekujur tubuhnya lemah dan lelah, ia ejakulasi berkali-kali sampai penis merah mudanya tidak bisa mengeluarkan apapun. Bahkan menggerakkan jari pun ia tak bisa, tubuhnya terlalu lelah, Jihoon jatuh tertidur ketika penis keras itu masih bergerak masuk dan keluar di dalam tubuhnya.Dalam tidurnya Jihoon samar-samar merasakan penis panas yang masih terus bergerak memompa, menumbuk lubang kecilnya. Ia berkata lelah dan mengantuk, tapi Seungcheol sama sekali tidak mau berhenti sama sekali, penis besarnya masih keras dan penuh energi walaupun sudah keluar di dalam Jihoon. Pria itu hanya mengecup kening dan kedua kelopak mata Jihoon, berbisik di depan wajah putih lelaki itu menyuruhnya untuk tidur, walau dia berkata begitu namun penisnya masih terus bergerak masuk-keluar. Jihoon tertidur saat penis Seungcheol masih berada di dalamnya.
Ketika ia bangun pagi hari, Jihoon menemukan tubuhnya sudah bersih dan memakai piama. Sekujur tubuhnya sakit, tubuh bagian bawahnya yang semalam dimasuki terasa sakit, pasti itu bengkak. Jihoon enggan bangun dari tempat tidur, ia meringkuk di bawah selimut. Sepertinya ia harus menutup toko. Bagaimana mungkin ia mengurus toko dengan kondisi seperti ini? Pinggangnya sakit seperti patah, dan lubangnya bengkak.
Aroma gurih telur goreng datang dari dapur, Seungcheol bangun pagi-pagi memasak bubur, sup dan telur goreng. Dia membawa meja kecil ke kamar, membantu kekasihnya duduk memakan sarapannya.
Hari itu Jihoon harus menutup toko karena ia tidak bisa bangun dari tempat tidur.
***
Seungcheol tidak menggunakan sarung tangan yang sudah Jihoon sediakan. Ia memotong tangkai mawar dan menyusunnya menjadi buket cantik. Beberapa hari ini ia bekerja keras belajar merangkai bunga, membuat buket bunga cantik, berlatih dan berlatih sampai ia bisa.
Hari yang sibuk, toko ramai pengunjung yang membeli bunga. Jihoon sibuk melayani pengunjung, membantu mereka memilih bunga yang cocok, menjelaskan satu persatu, ramah dan sopan.
Berkali-kali Seungcheol mengangkat kepalanya, mencuri pandang ke arah kekasihnya yang sedang sibuk berbicara dengan pembeli. Diam-diam Seungcheol terkekeh seperti remaja yang sedang kasmaran, semakin ia melihat semakin Jihoon-nya terlihat imut, dari hari ke hari dia terlihat semakin cantik dan menarik. Seungcheol jatuh cinta lagi dan lagi, hatinya berdegup kencang seperti pertama kali ia jatuh cinta. Seberapa banyak pun ia menatapnya, Jihoon menjadi lebih indah dan menggoda. Seungcheol diam-diam terkekeh dengan pipi bersemu merah.
Apakah karena nutrisi sperma yang rajin ia berikan setiap malam jadi dia terlihat lebih imut dan cantik?
Seungcheol menoleh, mencuri pandang ke arah kekasih kecilnya. Seolah merasakan pikiran jahat pria itu, secara kebetulan Jihoon menoleh, melemparkan tatapan tajam pada Seungcheol. Dengan matanya seolah dia berkata, "Jangan main-main, kerja yang benar!" Seungcheol langsung menutup rapat mulutnya yang tersenyum-senyum aneh seperti pria mesum, dia menunduk dan kembali sibuk merangkai bunga.
Choi Seungcheol, mantan wakil presdir dari sebuah perusahaan besar itu sekarang berubah menjadi pria penuh kasih sayang yang sangat menurut pada kekasihnya, dia patuh dan takut takut membuat lelaki kecil itu marah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Just A Bank [JICHEOL FANFICTION] ✔️
FanfictionJihoon mendekati Seungcheol demi uang. Ia berada di sisi pria itu hanya untuk uang, memberikan tubuhnya untuk uang, bersama dengannya hanya demi uang. Ia tak pernah menggunakan hatinya ketika di tempat tidur bersama pria itu, semua yang Jihoon lakuk...