Seungcheol sibuk memasak nasi, memanggang ikan sarden kalengan dan sosis, aroma bakaran tercium sangat harum dan menggugah selera. Sembari membalik sosis agar tidak gosong dia menambahkan kayu bakar ke dalam api, dia menggosok hidupnya yang gatal karena udara dingin, tanpa sadar warna hitam dari abu kayu bakar di sarung tangannya menempel di hidungnya, membuatnya tampak lucu. Jihoon memerhatikan semua gerakan pria itu, tak sedetik pun pandangannya pergi dari sosok tampan yang lebih tua darinya. Jihoon diam-diam tertawa melihat noda hitam di wajah pria itu, namun tawanya membawa sesak dan sakit di dalam hatinya. Entah berapa lama waktu yang tersisa ia bisa menikmati momen ini, momen kebersamaan dengan pria yang ia cintai.
Andai bisa, Jihoon ingin membekukan waktu, ingin waktu berhenti di detik ini agar ia bisa lebih lama bersama Seungcheol. Menghirup udara yang sama di tempat yang sama, melihatnya di hadapannya, mencium aromanya, menggenggam tangannya. Jihoon tidak ingin semua ini berakhir, dia tidak ingin perpisahan menjadi penutup dari cerita mereka. Semakin ia memikirkannya, semakin sakit pula hatinya terasa. Sesak, sakit, seolah-olah ada batu raksasa yang menindih dadanya, membuatnya jantungnya berdenyut nyeri.
Seungcheol mengangkat kepalanya untuk menatap kekasih kecilnya yang duduk di depan tenda. Tubuh mungil itu dibungkus selimut tebal yang hanya memperlihatkan wajah putihnya imut. Seungcheol tersenyum, membawa piring berisi telur ikan sarden panggang dan sosis, ia berjalan ke sisi anak itu, duduk di sebelahnya.
"Mau makan roti dulu? Sebentar lagi nasinya matang." tanya pria itu sembari menaruh piring di tangannya ke dekat Jihoon, namun anak itu menggelengkan kepala. Seungcheol terkekeh pelan, membelai pipi lembut anak itu lalu bangun, berjalan kembali ke depan api unggun menunggui nasi di dalam panci. Dengan telaten ia menjaga nyala api tetap stabil, menambah kayu bakar ketika nyalanya mulai mengecil.
Angin dingin berembus, Jihoon sedikit menggigil saat hawa dingin semakin menusuk tulang, ia mengeratkan selimut di tubuhnya hingga terlihat seperti dumpling putih menggemaskan.
"Masuk ke tenda, di luar sangat dingin. Aku akan membawa makanannya ke dalam nanti." kata Seungcheol yang khawatir anak itu akan terkena flu kalau tetap di luar.
Jihoon menggelengkan kepala. Walau di luar sangat dingin, namun ia tetap memaksakan diri duduk di sana memandangi kekasihnya memasak. Ia ingin memiliki lebih banyak waktu melihat wajah pria yang dicintainya. Jihoon tidak tahu berapa banyak waktu lagi yang ia miliki bersama pria itu, ia sangat takut kehilangan senyum dan sentuhan lembutnya, ketakutan setiap kali memikirkan wajah tampan itu suatu hari hanya akan menjadi ingatan terindah sekaligus menyakitkan. Dia adalah hadiah terindah yang pernah Tuhan kirimkan dalam hidupnya dengan cara yang berbeda.
Melihat kekasih kecilnya menatapnya sembari melamun membuat Seungcheol menggaruk kepala tersipu malu, ia jadi salah tingkah dengan tatapan anak itu. Anak itu menatapnya dengan tatapan yang dalam membuat pipi Seungcheol memanas. Ia kemudian tertawa seraya berkata, "Kenapa kau menatapku seperti itu? Apa ada sesuatu di wajahku?"
Jihoon menggelengkan kepala, dia berkata jujur, "Kau sangat tampan, Hyung."
Seungcheol tidak bisa menahan tawa, ia memalingkan wajahnya yang tersipu malu. Apa Jihoon terbawa suasana alam yang indah dan romantis sampai dia bisa mengatakan rayuan gombal seperti itu? Pikir Seungcheol. Ia tertawa seperti remaja yang sedang kasmaran, merasa bangga dan senang di dalam hati. Jihoon-nya sekarang menjadi lebih jujur dan sudah berani menunjukkan perasaannya. Seungcheol berjanji pada dirinya sendiri, di masa depan ia akan membawa anak ini mendaki gunung lagi seperti sekarang, mengenang kebersamaan mereka yang hangat dan penuh cinta.
***
Keduanya makan di depan api unggun. Jihoon tak sekali pun memalingkan wajahnya dari wajah pria di hadapannya. Dia terkikik, lalu tertawa terbahak-bahak, tawanya sangat keras sampai air mata keluar di sudut matanya. Seungcheol yang terus ditertawakan mulai kesal, mereka sedang makan dan anak itu terus tertawa, bagaimana kalau duri ikan sarden tersangkut di tenggorokannya? Dia bisa tersedak nanti.
KAMU SEDANG MEMBACA
Just A Bank [JICHEOL FANFICTION] ✔️
Hayran KurguJihoon mendekati Seungcheol demi uang. Ia berada di sisi pria itu hanya untuk uang, memberikan tubuhnya untuk uang, bersama dengannya hanya demi uang. Ia tak pernah menggunakan hatinya ketika di tempat tidur bersama pria itu, semua yang Jihoon lakuk...