Jihoon tertidur setelah lelah menangis. Matanya sudah bengkak karena terlalu banyak menangis. Ia tertidur dalam dekapan hangat Seungcheol, kedua lengan kekar pria itu membungkus tubuhnya dengan erat. Seungcheol masih belum tidur, ia memandangi wajah putih anak itu yang tertidur dalam pelukannya. Anak itu tampak kelelahan setelah manangis sampai kedua matanya bengkak, bahkan dalam tidurnya wajah itu terlihat sedih. Seungcheol merasakan dadanya sesak.Ia membelai pipi lembut itu, mengusap sisa air mata di bawah matanya yang terpejam. Merasakan sentuhan di wajahnya, Jihoon bergerak sedikit namun tidak terbangun. Seungcheol mendekatkan wajahnya, mencium lembut bibir pucat anak itu. Ia ingin mengabadikan wajah anak lelaki ini dalam ingatannya, mengabadikan aroma tubuhnya yang lembut, suara napasnya ketika tidur, rasa lembut ketika ia memeluknya. Seungcheol ingin menyimpannya dalam ingatan dan hatinya. Mungkin nanti, hari-harinya akan dipenuhi dengan merindukan anak ini.
Malam berakhir begitu cepat, langit gelap belahan berubah terang. Pagi ini sinar matahari tertutup awan kelabu, seolah mewakili perasaan sedih dua orang itu. Kabut putih menyelimuti gunung dengan hawa dingin menusuk tulang. Hari ini cuaca buruk, sepertinya akan turun hujan deras.
Jihoon hanya duduk melamun di atas batu, tatapan kosongnya menatap ke kejauhan. Menatap langit kelabu yang menggantung di atas sana.
Seungcheol membersihkan sisa api unggun, ia mulai membongkar tenda, melipatnya kembali dengan rapi. Sesekali ia melirik anak lelaki yang duduk di atas batu, anak itu tetap diam sejak dia bangun, tak mengucapkan sepatah kata pun.
Walaupun matahari semakin tinggi, namun awan tebal menghalangi cahaya hangatnya, kabut membawa udara dingin yang menusuk. Tetesan embun menggantung di dedaunan, itu tampak redup tanpa cahaya matahari. Seungcheol selesai mengemasi barang-barang, ransel yang ia bawa lebih besar dan lebih berat ketimbang milik Jihoon karena semua barang-barang berat seperti tenda dan alat memasak ada di dalam ranselnya. Ia mengangkat ranselnya, mengenakannya di punggungnya. Menarik napas berat, kakinya melangkah mendekati batu besar tempat anak itu duduk.
Rombongan lain terlihat sudah bersiap untuk meninggalkan gunung. Mereka harus segera kembali sebelum cuaca menjadi semakin buruk.
"Jihoon-ah..." Panggil Seungcheol pelan.
"Hyung, bisakah kita di sini 30 menit lagi?" Anak itu mengangkat kepalanya, menatap pria di sampingnya dengan tatapan memohon. Wajah putih itu tampak lebih pucat dari biasanya, bibir lembap yang biasanya terlihat segar dengan warna merah muda sekarang kering tanpa warna. Kedua matanya tampak lelah, tatapannya kosong seolah dia hanya raga kosong yang putus asa.
Seungcheol merasakan dadanya berdenyut sakit.
"Hm." Seolah gumpalan menyakitkan menyumbat tenggorokannya, ia tidak bisa mengucapkan apa-apa selain hanya menjawab dengan bergumam. Kakinya melangkah mendekat, duduk di samping anak lelaki itu yang duduk di sana dengan tatapan kosong.
Mereka hanya duduk di sana tanpa sepatah kata pun, tenggelam dalam pikiran masing-masing.
Jihoon menundukkan kepala, meraih tangan pria di sampingnya, mengaitkan jari-jari rampingnya pada jari pria itu. Jari-jari keduanya terjalin, Jihoon menggenggam erat telapak tangan yang lebih besar tersebut. Bibir pucatnya terangkat, tersenyum lembut memandangi tangan dalam genggamannya. Akankah ia bisa menggenggam tangan ini di masa depan? Apakah suatu hari mereka bisa duduk bersama seperti ini tanpa beban ataupun hati yang berat seperti sekarang? Jihoon berharap alam semesta tidak terlalu kejam padanya.
Dalam hidupnya ia tidak ingin apa-apa lagi, ia bukan lagi anak remaja yang mengejar uang dan status sosial, satu-satunya yang ia inginkan adalah kesempatan memiliki pria di sampingnya. Memilikinya, mencintainya, menghabiskan sisa hidup bersama dengannya dalam kedamaian dan ketenangan. Jihoon berharap keinginannya ini tidak terlalu berlebihan bagi alam semesta.
KAMU SEDANG MEMBACA
Just A Bank [JICHEOL FANFICTION] ✔️
FanficJihoon mendekati Seungcheol demi uang. Ia berada di sisi pria itu hanya untuk uang, memberikan tubuhnya untuk uang, bersama dengannya hanya demi uang. Ia tak pernah menggunakan hatinya ketika di tempat tidur bersama pria itu, semua yang Jihoon lakuk...