Di saat ciuman itu semakin dalam dan berubah panas, Seungcheol semakin menggodanya dengan membelai penis mungil itu naik turun, sesekali meremasnya kasar, membuat Jihoon hanya bisa merintih dan mendesah. Namun suaranya teredam oleh mulut pria ini, yang masih terus mengisap bibir serta lidahnya.Kepala penisnya terus meneteskan pre-cum hingga membuat celananya sedikit basah. Jihoon merasa ingin meledak di tangan pria ini, penisnya menjadi semakin dan semakin keras, rasanya benar-benar tidak nyaman, ia butuh pelepasan.
Namun, tiba-tiba Seungcheol menarik dirinya. Bibirnya meninggal bibir tipis anak laki-laki ini yang mulai membengkak, ia juga menarik tangannya dari selangkangannya. Jihoon merasa tidak puas dan kesal, tubuhnya sudah sangat menginginkannya, tapi tiba-tiba Seungcheol ingin menghentikan ini. Jihoon segera menahan pergelangan tangan pria itu, menariknya kembali untuk membelai penisnya yang sekarang menjadi sulit diatur.
Seungcheol mengangkat satu alisnya, tersenyum mengejek pada anak laki-laki yang menatapnya dengan tatapan memohon ini.
"Kenapa? Kau ingin kita melanjutkan ini?"
Dia bertanya seolah tidak bersalah. Mencoba menarik tangannya, namun anak ini menahannya, memohon.Jihoon menatapnya dengan sepasang mata berair, ia memohon agar pria ini tidak berhenti. Tubuhnya sudah panas, ia ingin pria ini untuk terus menyentuhnya, melanjutkan sampai selesai.
"Hyung......"
Ia memohon. Wajahnya sudah semerah tomat, bibirnya sudah bengkak sisa dari ciuman cheese cake oreo tadi.Jihoon menarik, membawa tangan itu untuk membelainya lagi. Tapi sembari tertawa mengejek, Seungcheol menarik tangannya hingga terlepas dari tangan anak ini. Ia berdiri dan menatap tubuh Jihoon yang duduk bersandar di sofa, tubuhnya lemas dan napasnya terengah-engah.
"Apa kau bisa menahannya sampai kita sampai di Vila?"
Seungcheol berkata sembari tertawa. Ia sangat suka melihat anak ini tidak berdaya, memohon seperti jalang kelaparan yang sangat menginginkan penis pria untuk memasukinya."Ahh... Hyung....."
Dengan tangan gemetar, Jihoon menyentuh celana bagian depannya, merasakan bahwa itu sudah benar-benar basah oleh pre-cum, penisnya sudah sangat keras dan terus berdenyut nyeri. Ia tidak tahan, jemari lentiknya sedikit meremas 'adik kecilnya', tangannya bergerak naik-turun untuk memberi pijatan.
"Kau bisa melanjutkannya di perjalanan, memberiku hiburan agar aku tidak mengantuk saat mengemudi nanti...."
Seungcheol menarik lengan anak ini untuk berdiri, menyeretnya ke kamar mengambil koper mereka. Jihoon terseok-seok, ia diseret untuk berjalan, kakinya kesulitan melangkah karena ia tidak memiliki tenaga, tubuhnya gemetar dan lemas. Jihoon seperti pecandu narkoba yang memprihatinkan.
Seungcheol menarik anak laki-laki itu seolah sedang menarik hewan peliharaan lucu untuk diajak pergi jalan-jalan. Suasana hatinya sangat bagus, ia terus tersenyum sepanjang jalan menuju lantai bawah. Di lorong sangat sepi, tidak ada siapapun yang lewat, lift juga kosong, hanya mereka berdua yang ada di dalam lift tersebut.
Jihoon terus menunduk menatap lantai, tangannya menarik ujung jaketnya untuk menutupi celana bagian depannya yang basah. Akan sangat memalukan jika dilihat orang, tapi untungnya jaket itu besar untuk ukuran tubuh Jihoon yang mungil, jadi itu mampu menutupi celananya yang basah dan menggembung.
Seungcheol sama sekali tidak meliriknya. Pria ini hanya menatap lurus ke depan, satu tanganya menggenggam tangan Jihoon erat, sementara satu tangan yang lain memegangi koper mereka. Mungkin karena ia sadar di dalam lift ini memiliki CCTV, jadi ia menjaga sikap layaknya pria terpelajar yang santun dan bermoral.
KAMU SEDANG MEMBACA
Just A Bank [JICHEOL FANFICTION] ✔️
FanfictionJihoon mendekati Seungcheol demi uang. Ia berada di sisi pria itu hanya untuk uang, memberikan tubuhnya untuk uang, bersama dengannya hanya demi uang. Ia tak pernah menggunakan hatinya ketika di tempat tidur bersama pria itu, semua yang Jihoon lakuk...