Bagian 9

796 138 91
                                    

"Ayah?"

Jari kecil itu memainkan kancing piyama sang Ayah dengan tatapan matanya yang penuh tanda tanya. Mata bulat yang penuh binar itu belum menunjukkan tanda-tanda kantuknya, padahal ini sudah melewati jam di mana ia terbiasa tidur.

"Apa sayang?"

Mulut kecil itu berhenti menyedot susu yang Ayahnya buatkan di dalam botol dot. Atensinya kini sepenuhnya untuk sang Ayah.

"Kakak cantik emangnya mau jadi Mamanya Malk ya Yah?"

Chanyeol terdiam, entah bagaimana ia harus menjawab pertanyaan sang putra. Ia pun tidak tahu bagaimana perasaan Sehun sekarang, ia tahu jika tidak gampang untuk Sehun membuka hati, apalagi Sehun juga pasti trauma menjalin hubungan kembali. Dalam hati juga Chanyeol menanyakan apakah Mark juga merindukan ibu kandungnya, apakah anak sekecil itu sudah mengerti perpisahan antara Ayah dan ibunya?

"Umm.... Mark selalu doain ya, semoga Tuhan ngasih yang terbaik buat kita okay?"

"Okay Ayah." Mark memberikan dotnya yang sudah kosong kepada sang Ayah ,lalu beringsut mendekat ke pelukan Chanyeol. Chanyeol tersenyum kecil, ia menarik selimut untuk menutupi tubuh mereka berdua dan merengkuh tubuh kecil yang sudah tertidur pulas ke pelukannya.

°°°°°

Hari minggu ini dimanfaatkan oleh Chanyeol untuk membereskan rumah secara menyeluruh karena memang hari-hari biasa ia tak sempat membereskan rumahnya. Putranya kembali tertidur setelah tadi sempat merengek ingin dibuatkan susu. Setelah menyeduh dan menikmati kopi instan, ia memulai pekerjaannya dari membereskan mainan sang jagoan, tidak banyak karena sebagian telah berada di rumah orang tuanya, namun Chanyeol harus tetap merapikan mainan-mainan itu, berlanjut menyapu dan mengepel, tepat setelah ia mencuci pelnya ia melihat putranya telah terbangun dan kebingungan mencari dirinya.

Chanyeol menghampiri sang putra yang terlihat masih nampak linglung dan menggendongnya ke halaman depan untuk berjemur karena udara hari ini sedikit dingin. Mark kembali memejamkan matanya di pelukan sang ayah, Chanyeol terkekeh lalu mengusap surai sang putra dengan sayang. Chanyeol tak menyangka bahwa sang putra tumbuh secepat ini, apalagi lusa ia genap berusia 4 tahun.

Namun sedetik kemudian mata bulat itu kembali terbuka dan seketika berbinar memandang sang Ayah.

"Ayah, hali ini hali minggu?"

Chanyeol mengangguk menjawab pertanyaan sang putra.

"Ayah ngga kelja?"

"Engga sayang."

"Yeay!! mau jalan-jalan Ayah, boleh?"

Chanyeol berpikir sebentar, kemudian mengangguk meng-iyakan permintaan sang putra. Lagipula mereka jarang untuk pergi jalan-jalan di hari libur.

"Boleh tapi harus sarapan dulu, mau makan apa pagi ini?" tanya Chanyeol, walaupun tidak yakin jika sang putra ingin makan karena telah menghabiskan satu dot penuh susunya tadi.

"Beli bubul!" Serunya semangat, setelah selesai berjemur ia dan Mark kembali masuk ke dalam rumah untuk mengambil jaket milik Mark dan uang guna membeli bubur. Mereka akan jalan kaki karena memang penjual bubur itu terletak di ujung gang yang berjarak 300 meter dari rumah mereka. Mark dengan semangat berjalan kaki sambil menggenggam erat tangan sang ayah, tak lupa menyanyikan lagu anak-anak yang ia bisa. Baru berjalan 100 meter, ia sudah mengeluh lelah dan meminta sang ayah untuk menggendongnya, Chanyeol pun dengan senang hati menuruti permintaan Mark.

Mas DudaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang