BAB 24

18 1 0
                                    

Hy guys I'm comeback. Maaf jika menghilang terlalu lama, karena otak ku sedang dibagi dengan yang lain. Tapi tidak perlu hariwang, kita selesaikan sampai tuntas. ^^

**
Sang Pelatih menelpon orang tua dari Selina. Memberitahukan bahwa anaknya sedang berada di rumah sakit.

Sebenarnya Selin tidak memperbolehkan mereka memberitahu keadaan Selin pada Ayahnya. Namun, keadaan Selin sangat genting. Jadi lebih baik mereka memberitahukan saja.

Ayah Selin sangat terkejut dengan pemberitahuan dari Pelatih Selin. Bahwa Selin sedang berada di rumah sakit.
Sang Ayah langsung berangkat menuju rumah sakit tersebut bersama dengan Ray.

Ayah Putra sampai di rumah sakit dan celingukan mencari ruangan Selin yang belum dia ketahui.

"Sus, Sus, saya mau tanya pasien atas nama Selina dimana yah?"

"Bapak lurus dari sini belok kiri, nanti ada kamar nomor 402 itu kamar pasien Selina pak,"

"Baik Sus terimakasih,"Ayah Putra berjalan tergesa-gesa sambil memegang tangan Ray, untuk bertemu dengan sang anak tercinta.

Sebelum Pak Putra datang. Selin sudah di pindahkan ke ruangan, di bantu pembayaran biaya rumah sakit oleh Anggara.

Anggara dan yang lainnya masih berada di luar ruangan. Karena Selin masih belum tersadar dari tidurnya.
Sampailah Pak Putra di depan ruangan Selin yang sudah banyak teman-teman yang menunggu Selin.

Pak Putra masuk ke dalam ruangan dan  syok dengan apa yang di lihatnya. Pak Putra merasa lututnya sangat lemas, dia dejapu dengan rumah sakit dan tempat tidurnya, karena pada saat itu istrinya yang ada di posisi Selin, dan sekarang Selin berada di rumah sakit. Ketakutan terjadi pada pada Putra.

"Selin," ucap Pak Putra lirih melihat anaknya yang terbaring di tempat tidur rumah sakit.

"Om, Om yang sabar insyallah Selin baik-baik aja," ucap Anggara menenangkan Pak Putra.

"Memang  apa yang terjadi dengan Selin nak Anggara?" tanya Pak Putra sambil mengelus kepala Selin.

"Selin keracunan Pak, dan kita lagi cari pelakunya," sela Anggara sambil menatap mata Pak Putra yang sudah banjir air mata.

Pak Putra kaget dengan penuturan dari Anggara. Mengapa bisa keracunan, siapa yang melakukan, dan apa motif pelaku untuk menyelakai Selin. Itulah suara hati dari Pak Putra yang bertanya-tanya tentang kejadian ini.

"Jadi sekarang bagaimana keadaan Selin nak,"  tanyanya lagi.

"Lambung Selin luka Om, jadi Selin harus di rawat sampai Selin sembuh total. Karena buat jalan saja pasti akan sakit," ucap Anggara panjang lebar menjelaskan keadaan Selin.

"Astagfirullohaladzim Selin nak, yang kuat, maaf kan Ayah tidak bisa menjagamu dengan benar." Pak Putra nangis tersedu-sedu melihat anak gadisnya belum sadarkan diri.

Hari semakin sore, Anggara dan yang lainnya belum pulang, dan Selin pun belum sadarkan diri. Pak Lutra yang melihat mereka kelelahan menyuruhnya untuk pulang, karena tahu mereka selesai bertanding.

"Kalian pulang saja, biar Ayah yang jaga Selin. Ayah tahu kalian pasti capek," ujar Pak Putra melihat ke arah teman Selin.

"Tapi Om," ucap mereka semua.

"Gak apa-apa Ayah akan menjaga Selin disini, kalian pulang lah, kasian orang tua kalian menunggu,"

Mereka semua menimang-nimang ucapan dari Pak Putra. Dan memang benar mereka sangat lelah dengan hari ini, dan mereka juga belum sempat makan ataupun pulang ke rumah terlebih dahulu. Jadi mereka memutuskan untuk pulang dan akan kembali lagi ke esokan harinya.

SELINATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang