BAB 38

21 1 0
                                    

Selin sudah sampai di rumahnya tepat jam lima sore karena waktunya habis untuk mengobrol dengan Papi Anggara.

"Assalamu'alaikum, Selin pulang," salam Selin dan di sahut oleh adik dan ayahnya.

"Kak Selin," panggil Rayhan dengan memeluk sang Kaka dan di Selin membalas pelukan Rayhan dengan hangat.

"Gimana sekolah nya nak?" Ujar sang Ayah menghampiri Selin melihatnya sangat kelelahan.

"Alhamdulilah yah, capek," sahutnya sambil melepas tas di punggungnya dan merebahkan diri di kursi.

"Yaudah gih, mandi , sholat terus istirahat, nanti kita makan bareng, ayah lagi masak buat kita," titah sang Ayah pada Selin.

Selin mengangguk dan pamit memasuki kamarnya, tak lupa dia mengunci pintu kamar, Selin duduk di pinggir tempat tidurnya, dia teringat dengan ucapan Papi Anggara tadi di cafe.

Flashback On

"Saya mau peringatin kamu, jangan dekat dengan anak saya lagi, dia akan bertunangan lalu menikah dengan pilihan saya yang lebih dari kamu, bibit, bebet, bobotnya jelas, tidak seperti kamu," ujarnya sambil menunjuk wajah Selin dengan telunjuknya.

"Harusnya Om membiarkan anak Om memilih pasangannya sendiri, jika Angga tidak dengan Selin, biar lah dia menemukan jodohnya sendiri, kasihan Om Angga sangat tertekan,"

"Tahu apa kamu soal anak saya, saya yang lebih tahu kemauan dia dan tujuan hidupnya, saya orang tuanya, paham kamu!" 

(Author)
Waduh si om ngegas banget, butuh refreshing nih kayanya.

Selin hanya diam tidak menyahuti kembali ucapan Gema.

"Sekarang kamu berapa, bilang sama saya, bukankah kamu mendekati anak saya karena uang?" Sambil menyilangkan tangannya di dada.

Selin mendongak menatap wajah Gema, dia terkejut dengan pemikirannya yang begitu buruk kepada Selin.

"Saya tidak mendekati Angga karena uang yang di miliki Angga Om, kalo boleh jujur saya nyaman dan sayang sama anak Om,"

"Lancang sekali kamu, mengucapkan kata-kata itu di depan saya,"
Gema menyodorkan amplop coklat kepada Selin, di buka oleh Selin dan isinya uang yang begitu banyak.

"Maksudnya Om?" Bingung Selin dengan ini semua.

"Ambil uang itu, dan jangan pernah dekati anak saya lagi, dari mulai sekarang," Gema berlalu menjauh dari Selin, setelah dia memberikan amplop itu kepada selin.

Flashback off

"Serendah itulah harga diri Selin, ya Allah Selin gak pernah berfikir sekalipun untuk memoroti seseorang, dan maafkan Selin yang sudah mencintai hamba mu begitu dalam, Selin akui ini tidak baik," gumam Selin sambil menatap amplop yang dia pegang.

Dia akan mengembalikan uang itu langsung ke rumah Anggara, dan dia akan menjauhi Anggara, dia tidak mau merusak kebahagiaan seorang Ayah dan anaknya.

"Angga maafin Selin, mungkin kita lebih baik menjauh, dan jalanin hidup kita layaknya seperti teman, tanpa harus melibatkan perasaan," gumamnya kembali dan dia berlalu keluar kamar untuk mandi setelah itu sholat dan makan bersama ayah dan Rayhan.

**
Di kediaman Anggara sudah berkumpul mereka semua di meja makan, terutama ada Dady Anastasya yang sudah berada di kediaman Diningrat.

"Sungguh kehormatan sekali, akhirnya kita bisa bertemu," ucap Dady Anastasya kepada Gema.

"Iya bro, udah lama sekali kita tidak bertemu, dan sekarang kita berkumpul kembali seperti tetanggan dulu," jawab gema degan riangnya.

Anggara hanya memasang wajah datar, tidak ada kehangatan sedikitpun, Anastasya ikut tertawa bersama mereka yang sedang mengobrol.

"Oh iya Gara, gimana sudah siap dengan acara yang akan kita buat?" Ucap Dady Daren kepada Anggara.

Anggara hanya tersenyum tidak menanggapi ucapan Daren.
Hanya Papih yang antusias dengan acara ini,  Mamih Lili tidak senang karena menantu yang dia mau hanya Selina.

Momy Anastasya sudah meninggal saat Anastasya berumur enam tahun karena sakit kanker yang dideritanya.

"Biasa, malu-malu dia, yaudah kita makan dulu yuk," ajak Gema pada semua orang.

Mereka makan dengan khidmat dan setelah itu mereka semua melanjutkan obrolannya di ruang keluarga.

Canda tawa menghiasi rumah kediaman Anggara, tapi tidak dengan Anggara dia akan membuka kedok Anastasya di depan semua orang.

"Pih, Gara mau ngasih sesuatu buat Papih soal bukti yang udah Gara dapat," ujar Anggara, membuat atensi Dady Daren dan Anastasya menatap ke arah Anggara.

"Bukti apa ?" tanya Daren yang bingung tidak  mengerti dengan ucapan Anggara.

"Bukti kelakuan busuk anak Om," ucap Anggara dengan santai.
Papi dan Mamih Anggara terkejut dengan ucapan Anggara.

"Jaga mulut kamu, Anggara!" tunjuk Daren pada Anggara yang duduk di seberang sana.

Anastasya sudah gemetar dan sudah berkeringat, karena kelakuannya yang akan terbongkar.
Anggara menyetel rekaman tersebut di tv Anggara yang besar.

Semua orang terkaget dengan apa yang mereka lihat, dan mereka semua menatap ke arah Anastasya yang sudah sangat pucat pasi.

"Ini gak seperti yang kalian lihat," ucap Anastasya pada mereka semua, Anggara sangat puas dengan wajah Anastasya.

"Tasya tolong jelaskan apa yang sudah kamu lakukan pada anak Tante?" ucap Mamih Anggara yang sudah menahan amarahnya pada Anastasya.

Anastasya geleng-geleng kepala, dan bersujud ke kaki Mami Lili, dan Mami Lili menghindari Anastasya.

"Om, maafin Tasya, Tasya ngelakuin ini karena Tasya pengen Gara jadi milik Tasya," 

"Harusnya kamu tidak melakukan itu, Gara tetap akan menikah dengan kamu, tapi jika keadaannya seperti ini saya ragu akan menikahkan kalian," ucap tegas Gema pada Tasya.

"Enggak Om, gak mau, Tasya mau menikah dengan Gara," keukeuh Anastasya pada papi Gema.

"Tasya, kamu bikin malu Dady," teriakan Daren menggema di ruangan itu.

"Dad, maafin Tasya Dad," Anastasya memeluk kaki Dadynya. 
Dady Daren dan Anastasya pergi menjauh dan memasuki kamar tempat Anastasya tidur.

Mereka semua diam menatap kepergian Anastasya yang menangis meraung.

"Gara mau minta janji papi kemarin," ujar Anggara dengan santai karena dia menang, papinya sudah tidak bisa lagi mengendalikan Anggara.

"Apa yang kamu mau?" jawab Gema.

"Gara mau, Selin yang akan menikah dengan Gara, Gara akan melanjutkan perusaahan Papih yang baru di rintis,"

"Selin anak miskin itu memilih uang papih di banding kamu," ujar Papih sambil menaikan satu kakinya di paha nya.

Mamih Lili dan Anggara terkejut dengan ucapan Papi gema.

"Maksud papi apa? Papi ketemu sama Selin gitu?" Anggara sudah mengepalkan tangannya kuat-kuat, sangat kesal dengan tingkah laku papihnya.

"Iya papi ketemu dia tadi siang, papi menwarkan uang, dan dia menerimanya," ucapnya dengan wajah tersenyum miring.

**
Selina  berada di depan gerbang rumah Anggara, dia akan memasuki dan memberikan uang yang di beri Gema tadi siang.

"Assalamu'alaikum, permisi," ucap salam Selina sambil mengetuk pintu rumah Anggara.

Semua orang yang berada di ruang TV mendengar ada seseorang yang mengetuk pintu.

Mamih Lili berdiri dan menghampiri pintu, saat di buka Mamih Lili kaget karena ada Selina di depan rumahnya.

"Assalamu'alaikum nyonya," ucap salam Selin pada mantan majikannya itu.

"Walaikumsalam, Selin ngapain ada disini?" Tanyanya.

"Emm, Selin mau ketemu sama tuan Gema boleh?" canggung Selin sambil menatap Mamih Lili.

Mamih Lili mengajak Selin untuk masuk dan menghampiri suami dan anaknya.

"Selin," gumam Anggara menatap Selin dengan terkejut.

Selin mengangguk dan tak lupa tersenyum ke semua orang yang ada di hadapannya.

SELINATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang