Sudah berbulan-bulan lamanya, saat Selin menemui keluarga Anggara, dan saat Anastasya pergi bersama Dadynya kembali ke negara tempat mereka tinggal, kini Anggara sudah tak terlihat di sekolahan, Selin dan lainnya sudah menginjak kelas XII, mereka fokus untuk ujian yang akan mereka hadapi ke depannya.
Selin bertanya-bertanya kepada Sandi, kemana Anggara, mengapa saat malam itu, Anggara tidak menghubungi Selin.
Sandi tidak pernah memberitahukan pada Selin di mana keberadaan Anggara selama ini.Selin sedang berada di taman belakang duduk termenung, memikirkan keberadaan Anggara, dia selalu mendoakannya di manapun berada, Anggara selalu baik-baik saja.
"Selin ngapain disini?" tanya Giana yang duduk di samping Selin.
"Giana udah ke kantin? Selin cuma lagi ngadem aja disini," sela Selin menatap Giana dengan senyuman.
"Hmm udah kok, Selin lagi rindu yah, sama Anggara," ucapnya menatap manik mata Selin.
"Hmm, Selin cuma pengen tahu kenapa Angga gak kasih kabar, terus Selin pengen tahu keadaannya kaya gimana, sekarang dia lagi di mana?" jawabnya dengan sendu.
"Pasti ada alasannya Anggara gak ngasih kabar ke Selin, Selin sabar doain aja yang terbaik," ujar Giana menenangkan Selin.
**
Waktu begitu cepat berlalu, dan Anggara sudah tidak ada kabar selama setahun belakangan ini.
Selina sudah menghubunginya namun yang dia dapat hanya suara operator yang nomor tersebut sudah tidak terpakai.
Jalan satu-satunya hanyalah Sandi dan yang lainnya, cuma mereka yang mengetahui kabar Anggara selama ini."Kalian gak mau cerita? udah satu tahun loh, Selin cuma pengen tahu kabarnya aja," tutur Selin yang sedang berada di kantin bersama Giana dan sahabat Anggara.
Brian dan Renda saling menyenggol, mereka bingung akan memberitahukan dari mana dulu, dan memang ini amanat dari Anggara untuk tidak memberitahukan nya, namun mereka juga kasian dengan Selin yang terus menanyai keberadaan Anggara.
"Emm, kita juga bingung Lin," ujar Brian yang sudah pucat pasi dan menatap Renda dan Sandi bergantian.
Selin masih setia mendengarkan dan menatap mereka satu persatu.
"Gara sekolah di luar negeri tinggal sama Oma dan Opanya," tutur Sandi yang dari tadi hanya diam tak membuka suaranya.
Selin dan Giana kaget dengan penuturan Sandi barusan.
Brian dan Renda menatap ke arah Sandi, mereka heran mengapa Sandi membongkar semuanya.
"Iya, Gara pindah sekolah semenjak kejadian di mana, Lo ke rumah dia malam itu, dia bertekad buat sekolah di luar negeri dan melanjutkan usaha Papinya,"
"Terus kenapa harus di sembunyikan kaya gini? emang Selin gak boleh tahu?" Selin merasa sedih dengan Anggara yang tega tidak memberitahukan , memang Selin sadar dia tidak seistimewa itu untuk hidup Anggara jadi biarlah, mungkin Anggara sudah menentukan kehidupan barunya.
"Nanti Lo juga pasti tahu, sekarang gue udah kasih tahu Lo, dan gue gak bisa ngasih lebih dari ini," ujarnya lagi sambil melangkah menjauh dari hadapan mereka semua.
Brian dan Renda saling menyenggol dan lalu pamit untuk menyusul Sandi.
"Giana," ucap Selin sambil menatap sahabatnya itu dengan sendu.
"Yang sabar, pasti nanti Selin tahu jawabannya." jawab Giana sambil menenangkan Selin.
**
"Angga, kenapa gak ngabarin Selin. Kalau Angga udah punya tujuan, apa Selin udah gak dianggap lagi teman sama Angga, Selin bingung harus sedih atau bahagia liat Angga sekarang." Selin menatap langit malam di dalam kamarnya.Di negara Anggara berada, dia sedang berusaha untuk memajukan perusahaan sang Papih yang masih dia rintis.
Kesibukannya membuat Anggara lupa dengan segala hal, karena dia bertekad jika dia bisa memajukan perusahaannya dia akan cepat kembali ke tanah air kelahirannya."Permisi Pak," ucap sekretarisnya yang sedang membawa map untuk diserahkan kepada Anggara.
"Masuk." jawabnya sambil masih menatap kertas dan layar laptop yang masih menyala.
Perawakan sekertaris Anggara, tinggi semampai, umur yang masih dua puluh dua tahun, dia berasal dari Indonesia yang sama seperti Anggara.
Anggara jadi aman jika berbahasa Indonesia dengan dia yang bernama Karina."Ini pak, ada berkas yang harus di tandatangani, dan sebentar lagi bapak akan ada jadwal meeting." tuturnya sambil menyerahkan map tersebut.
"Hmm, silahkan kamu boleh pergi," ucap Anggara kepada Karina tanpa menoleh sedikitpun.
Selama di negara kangguru tersebut Anggara tidak pernah mencoba untuk mendekati wanita manapun, yang ada wanita yang selalu ingin mendekati Anggara, namun, Anggara tidak tergoda sedikitpun akan hal itu.
Karina hanya menatap Anggara sambil berjalan menjauh, sebelum dia menutup pintu.
"sesusah itu membuat Lo tertarik sama gue," gumam Karina menatap Anggara dari jauh.Anggara meeting dengan kliennya bisa di bilang Anggara mahir dalam hal berbisnis, meskipun dulu dia di tawari untuk berbisnis tidak mau.
"Semoga kerja sama kita berjalan dengan lancar," ucap Anggara menjabat tangan kliennya.
Setelah meeting Anggara pulang ke rumah Oma dan Opanya, dia tidak tinggal di apartemen atau sebagainya, karena Oma dan Opa nya yang over protektik terhadap dirinya.
"Assalamu'alaikum," ucap salam kepada kedua Oma dan Opanya yang sedang berada di meja makan, menunggu kepulangan Anggara.
"Walaikumsalam, sini capek yah," jawab sang Oma melihat cucunya yang terbilang masih muda harus bekerja di perusahaan.
Anggara duduk bersama mereka, sambil menikmati makan malam yang tidak pernah terlewatkan.
"Kapan kamu akan pulang? kamu tidak rindu dengan kedua orang tuamu?" tanya sang opa yang masih melahap makanannya.
"Nanti belum saatnya, kalau Gara udah lulus disini, dan bisa naikin nama perusahan yang Gara pegang, Gara akan pulang." sela Anggara yang menatap kosong piring yang masih terisi nasi dan lauk pauknya.
Oma dan Opa menganggukkan kepalanya, mereka tahu dengan permasalahan yang terjadi antara Bapak dan anak ini, yang sama-sama terlalu keras.
KAMU SEDANG MEMBACA
SELINA
Teen FictionMenceritakan seorang gadis cantik, pintar, dan ceria, dia yang tinggal bersama keluarga nya di sebuah kota kembang, dimana lagi kalau bukan Bandung kota kelahiran mereka, dia adalah " SELINA QINARA HUSNA", gadis yang mempunyai keluarga yang utuh dan...