BAB 47

29 1 0
                                    

Anggara sedang berada di sekolahnya,  seperti sekolah pada umumnya. Mempunyai teman berbagai negara, namun dia memilih untuk menyendiri, hanya Sandi dan lainnya yang benar-benar dia anggap sebagai teman sekaligus sahabatnya.

Mereka semua tidak melupakan Anggara yang sedang di Inggris. Setiap kali mereka berkumpul, mereka mencoba untuk menghubungi Anggara, meskipun terkadang di Jakarta sudah malam, tapi mereka tidak pernah absen menanyai kabar Anggara.

"Hay bos, woy gimana bule disana aman?" tanya Brian.

"Bule Mulu loh, yang ditanyain, Lo mau?"

"Mau lah, bawa satu kesini yah, mau gue pajang tuh bule, masukin lemari kaca gue awetin tuh," ucapnya sambil bersemangat.

"Sialan Lo, Lo kira bule apaan anjir," Renda menggeplak kepala Brian dengan keras.

"Kebiasaan Lo semuaz berantem Mulu, kasian Sandi jagain kalian kalo kalian ribut Mulu," ucap Anggara di seberang sana.

"Sandi mah Baek orangnya sabar lagi, jadi aman lah dia mah."

Sandi yang dari tadi diam menyimak, menggeplak kepala Brian, sudah dua kali kepala dia kena geplakan sahabatnya.

"Kapan Lo balik?" tanya Sandi to the point.

"Bentar lagi urusan gue selesai." berucap dengan raut wajah datar.

"Bentar lagi Lulus, Lo yakin mau kamar Selin?"

"Hmm, gue gak mau lepasin dia lagi, dan gue udah punya penghasilan sendiri, gue bakal lamar dia,"

Mereka menganggukkan ucapan Anggara, mereka juga senang karena sahabatnya akan meminang pujaan hatinya yang selama ini dia perjuangkan dengan susah payah.

**
"Hallo jeng, gimana kabarnya, oh iya ini siapa?" sapa teman arisan Mami Lili.

"baik jeng, ini kenalin namanya Selin calon mantuku, cantikkan ?" sambil merangkul Selin kehadapan temannya.

"cantik sekali jeng anaknya, cocok nih, jadi keluarga Diningrat," jawabnya terkekeh dan tak lupa Mami Lili membawa tamunya ke ruang keluarga yang sudah sebagian berkumpul.

"Duh, Tante Selin malu," ucap Selin gugup dengan tamu Mami Lili yang menatapnya dari atas sampai bawah.

"udah santai aja mereka pada baik ko yuk duduk,"

Selin akhirnya pasrah dengan ucapan Mami Lili, dia duduk diantar Ibu-ibu yang terbilang, sangat mewah, gelang emas yang beruntun, kalung emas yang besar, tas mewah merk ternama, cincin berlian di selip di jari tengah, jari manis.

Selin berpikir, apa tidak berat mereka membawa emas tebal?
apa memang orang kaya seperti ini?
dilihatnya Mami Lili hanya memakai cincin berlian saja tidak lebih.

"Jeng, ini kue beli dimana? enak banget ini, saya kayanya mau pesan deh," ucap salah satu ibu-ibu berkalung emas seperti rantai.

"Oh iya jeng semua, ini kue buatan calon mantukku, dia membuat ini, rasanya gak kalah enak dari toko kue ternama kan?"

"bener jeng, ini enak banget, oh jadi kamu ya nak, yang bikin, emm boleh tidak ibu pesan 1000 pcs kue, dan ibu mau minta nomor kamu." ujarnya pada Selin yang diam membisu, kaget dengan ucapan Ibu tersebut.

"Hah gimana Bu? 1000 pcs," Selin menatap Mami Lili yang berada di samping, Mami Lili tersenyum dan mengangguk, mengartikan bahwa terima saja, itu rejeki kamu.

"Ah, enggak enak, enakan juga di toko kue yang saya suka beli," ucap ibu yang dari tadi hanya diam menyimak.

"Ini juga gak kalah enak ko, malah yang bikin seumuran anak saya yang masih sekolah, saya suka nih."

SELINATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang