BAb 31

42 1 0
                                    

Pagi-pagi sekali Anggara sudah ada di ruangan Selin, dia benar-benar tidak sekolah. Sang Mami terus menelpon, dan mengirim chat menanyakan keberadaan Anggara, tapi Anggara mematikan handpone nya sementara waktu, sampai Selin berada di rumah, dia akan pulang ke rumahnya.

"Sini, sarapan dulu," Anggara mengambil mangkok bubur untuk Selin.

Selin memakannya dengan lahap sembari mengobrol dengan Anggara.

"Kamu kenapa gak sekolah?" tanya Selin yang penasaran.

"Kangen lo, kalo nunggu siang kelamaan," selanya berbohong pada Selin. Padahal mah Anggara kabur dari rumah.

Selin hanya menggelengkan kepalanya mendengar Anggara beralasan seperti itu.

"Sorry Lin, gue belum siap cerita ini. Nanti kalo udah ada waktunya pasti gue cerita," gumam Anggara dalam hati.

"Ayah berangkat dulu. Ray katanya mau disini, gak mau ikut Ayah, gak apa-apa kalo Ray di sini sama kalian?" tanya sang Ayah dengan nada tak enaknya.

"Gak masalah ko, Om, malah Anggara seneng ada Ray disini. Om kalo mau jualan, gak apa-apa jualan aja," ujar Anggara pada Pak Putra.

"Iya Ayah, biar Ray disini aja sama kita," balas Selin sambil tersenyum ke arah sang Ayah.

Pak Putra akhirnya pergi untuk berjualan, karena dirasa Ray aman bersama Anggara, jadi Pak Putra meminta tolong untuk menemani Ray.

**

Brian, Renda, Sandi dan Giana dia sudah berada di kamar ruang inap Selin.
Di ruangan tersebut Anggara sudah ada di samping dan menamani Selin, untuk mengecek semua fisik Selin hari ini.

"Baik, alhamdulilah Selin bisa pulang hari ini, jangan lupa istirahat, jangan kecapean, dan minum obat yang teratur," ucap Dokter Dena menjelaskan secara rinci.

Mereka yang mendengarkan sangat bahagia dan merasa bersyukur, akhirnya Selin bisa pulang dan beraktifitas kembali.

"Ren, Ren, masalah racun yang buat Selin kaya gini, pelakunya udah di tangkap belum?" bisik Brian pada Renda yang duduk di sofa bersama Rayhan.

"Belum, kata Selin biarin aja gak usah di cari, Selin juga udah maafin mungkin ini musibah buat dia, kata Selin gitu, makanya Anggara gak cari pelakunya," Renda membalas bisikan Brian tepat di telinganya.

"Kaka, Kaka ngapain bisik-bisik Ray ikutan dong," ucap Rayhan yang dari tadi menyimak Brian dan Renda.

"Ini urusan anak gede, bocil gak boleh ikutan," jawab Brian sambil menyentil jidat Rayhan.

Rayhan hanya memberikan wajah cemberut, menurut Brian dan Renda, Rayhan sangat menggemaskan sekali. Pipi Rayhan di kuwel-kuwel oleh mereka berdua sampai Rayhan meringis kesakitan. Selin Anggara, dan Giana melihat ke arah Rayhan yang diE jahili Brian dan Renda tertawa melihat wajah Rayhan, Apalagi Sandi menatap dengan tatapan datarnya ke arah mereka berdua.

Mereka bersiap-siap akan pulang, yang bertanya Pak Putra dimana, dia sedang berjualan keliling dan pulang sore hari, jadi Pak Putra meminta tolong kepada Anggara untuk membantu Selin pulang.

" Yasudah yuk, kita pulang, awas ada yang ketinggalan," ucap Anggara kepada teman-temannya. dirasa sudah beres dan tidak ada yang tertinggal, mereka semua pergi menuju parkiran, seperti biasa sandi yang membawa mobil, Renda akan membawa motor Anggara menuju rumah Selin.

" Ah, seger, akhirnya Selin bisa menghirup udara kota lagi, Selin kangen sekolah juga," Selin berucap melihat kendaraan di luar dari jendela mobil Sandi.

Anggara yang mendengar ucapan Selin, tersenyum hangat. Karena dia juga sama merindukan Selin yang seperti biasa selalu ceria.

Sesampainya di rumah Selin, mereka semua memasuki rumah Selin yang sangat sederhana.
Mereka mengobrol dan bercanda ria, sembari memesan makanan melalui aplikasi pesanan makanan.

Tak, lama terdengar ketokan pintu sangat kencang, Selin dan yang lainnya terkaget.
Mereka saling menatap satu sama lain, akhirnya Brian maju menghampiri suara ketukan itu.
Ceklekk, suara pintu di buka oleh brian.

" Mana Selin, suruh dia kesini, saya mau nagih hutang sama dia !" teriak lelaki paruh baya itu memanggil nama Selin.

Selin yang merasa namanya di panggil menghampiri orang tersebut.

"Bapak silahkan masuk dulu, malu di liatin tetangga Pak," ucapnya ramah karena memang benar tetangga Selin yang sedang berada di luar, melihat Pria tersebut marah-marah.

bisikan mulai terdengar di indera pendengaran mereka semua.

"Itu siapa ya, yang marah-marah sama Selin ?" ucap tetangga yang bernama Ibu Ningsih,

"Paling debkolektor nagih hutang ke keluarga pak Putra," jawab Ibu Murni si biang gosip sambil melirik-lirik ke arah rumah Selin.
Dan banyak lagi ucapan dan hinaan untuk keluarga selin.

Pria paruh baya itu memasuki rumah Selin dan duduk di ruang tamu bersama Anggara and the genk.

"Cepat mana bayar hutang kamu, sudah dua bulan tidak di bayar, saya diamkan kok, malah ngelunjak," ucap Pria tersebut.

"Maaf pak, saya belum ada uang, kemarin saya habis kena musibah, jadi gak bisa kerja pak, mohon beri saya waktu," Selin meminta keringan untuk hutang-hutangnya.

"Alasan saja, kemarin saya tagih ke Bapak kamu, dia juga jawab begitu, saya gak mau tahu, kamu harus bayar hutang sekarang juga," ucap penuh penekanan Pria tersebut.

Anggara yang tadi diam menyimak obrolan Selin, membuka suaranya dan meminta berapa hutang yang harus di bayar Selin dan Pak Putra. Pria itu memberikan nominalnya kepada Anggara, Brian dan yang lainnya terkaget dengan nominal hutang Pak Putra.

"Mampu bayar gak kamu? Jangan so, mau bayarin, kalo kamu saja masih minta orang tua," ucap pria paruh baya itu sinis kepada Anggara.

Anggara tidak banyak bicara, dia mengeluarkan handphonenya dan mengetik sesuatu.
Masuk lah suara dari handphone Pria tersebut. Dia tercengang dengan nominal yang di transfer Anggara.

"Saya sudah melunasinya, dengan bunga yang Anda tulis, sekarang Anda tidak berurusan lagi dengan Pak Putra dan Selin, jadi sekarang saya mau Anda pergi dari sini, dan jangan pernah balik lagi," Anggara mengucapkannya tanpa wajah bersahabat.

Pria paruh baya itu, langsung pergi tanpa berucap sepatah katapun, dan dia sangat bahagia mendapatkan uang dengan jumlah besar.

"Harusnya Angga gak, bantuin Selin terus, Selin gak mau ngerepotin terus Angga dan kalian," Selin berucap sangat sendu, dia sangat berhutang Budi dengan kebaikan Anggara.

"Kita sahabat, kita akan bantu sahabat kita yang lagi kesusahan, jadi lo jangan ngerasa berhutang budi sama gue, gue ikhlas bantuin lo," sembari mengelus kepala Selin yang tertutup jilbab.

"Nanti Selin akan bayar itu semua ke Angga, tapi kasih waktu buat Selin buat ngumpulin uangnya," Selin bernego dengan Anggara.

"Terserah lo, yang penting lo sekarang aman, mau gak di bayar juga gue ikhlas kok,"

Semuanya menanyakan untuk apa uang yang di pakai Selin segitu banyaknya, Selin menjawab membantu pengobatan  Almarhumah  Ibu nya dahulu.

SELINATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang