"Gue mau bilang, soal siapa gadis yang kemarin, gue kemarin bukan lupa buat jemput lo, gue gak bisa jelasin detailnya, tapi yang jelas dia hanya sahabat masa kecil gue, yang kita aja baru ketemu lagi saat Lo terakhir di rumah sakit, Gue cinta dan sayang cuma sama Lo, gue mau bilang, jika nanti gue gak ada kabar, gue mohon Lo mau nunggu gue datang Lin," ucap Anggara memohon kepada Selina.
"Emang Angga mau kemana?" tanyanya yang bingung pada sikap Anggara.
"Gue bakal perjuangin cinta kita, sesulit apapun itu, Gue mohon Lo mau bertahan," Anggara mengelus jilbab Selin.
Selina hanya mengangguk mendengar penuturan Anggara, entah dia harus berekspresi seperti apa untuk menjawab permintaan Anggara.
Angga berfikir seperti ini karena dia harus antisipasi terlebih dahulu, sebelum mencari bukti bahwa dia dan Anastasya tidak pernah berhubungan apapun.
Anggara pamit pulang untuk mencari bukti. Sandi, Renda , dan Brian mereka menyusul kediaman rumah Anggara.
Mereka semua sampai saat Anggara memarkirkan motornya.
"Kita mulai dari kamar gue dulu," ujar Anggara dan di angguki mereka semua sambil mengekori Anggara.
"Nyokap, Bokap, Lo kemana?" tanya Sandi pada Anggara yang melihat rumahnya sepi.
Anggara mengedikkan bahunya tidak tahu. Mereka sampai di kamar Anggara, kamar Anggara sudah terlihat bersih karena pasti pembantu rumahnya yang membersihkan.
Mereka berfikir dan mencari cara bagaimana mendapatkan bukti itu, sedangkan tidak ada saksi yang melihat Anastasya dan Anggara di kamar.
"Kita harus cari apa supaya bukti itu dapat?" tanya Brian pada mereka semua.
Mereka hanya menghela nafas karena bukti yang mereka cari belum mereka dapatkan.
Mereka selonjoran tidur di kasur king size Anggara, sambil berfikir keras untuk menemukan bukti itu secepatnya.
Sandi menatap langit kamar Anggara dan lama kelamaan Sandi menatap atau persatu ruangan kamar Anggara, sampai ada satu barang yang membuatnya mengerutkan kening dan berdiri menghampiri barang tersebut.
Sandi memegang barang tersebut, mereka yang melihat gelagat aneh Sandi menghampiri Sandi dan mereka serempak mengucapkan.
"Cctv," mereka saling berucap dan saling menunjuk.
Mereka berempat bersorak gembira melihat ada bukti di dalam kamar Anggara."Gue baru inget, gue pasang cctv udah dari dulu, kenapa baru ingat, sumpah ini bakal jadi bukti buat orang tua gue,"
Anggara membuka laptopnya untuk melihat kejadian yang sebenarnya, mereka terkejut dengan apa yang terjadi, dan tidak menyangka Anastasya akan senekat melakukan perbuatan itu demi mendapatkan Anggara.
"Lo simpen bukti ini baik-baik, sekarang kita ikuti cara main Anastasya," ujar Sandi pada Anggara, dan di angguki mereka semua.
"Yaudah kita balik dulu, " ucap Renda dan di angguki Anggara.
Saat mereka turun ke bawah, mereka bertemu dengan orang tua Anggara dan Anastasya sepertinya mereka habis dari mall, membeli keperluan yang akan di adakan oleh Papi Gema yaitu menikahkan Anggara dengan Anastasya.
Mereka mengobrol sebentar sehabis itu, mereka pergi dari kediaman Anggara.
Saat Anggara ingin ke kamar lagi, suara Papi menyuruh Anggara untuk duduk kembali."Apalagi Pih?" tanya Anggara malas pada sang Papih.
"Papih udah buat keputusan, seminggu lagi Papi akan menikahkan kalian," ucap tegas sang Papi.
"Kalo Gara punya bukti bahwa Gara tidak bersalah, Papi harus mengabulkan permintaan Gara, apa Papi setuju?" jawab Anggara dengan santai.
Papi Gema menimbang ucapan Anggara, dan akhirnya dia akan menyetujui itu jika benar Anggara tidak bersalah.
Anastasya yang mendengar Anggara membicarakan bukti, dia panik dan menatap Anggara dari samping.
Anggara yang melihat gelagat Anastasya panik, tersenyum miring melihatnya."Kalo Gara punya bukti, mampus gue," gumam Anastasya di dalam hati, tapi dia akan bersikap biasa saja, karena dia yakin Anggara tidak punya bukti apapun.
"Oke Papih setuju, Papih kasih waktu sampai besok, kalo besok kamu gak kasih bukti itu, Papi tidak akan berubah pikiran lagi,"
"Emang Gara punya bukti nya ? Kalo iya Mamih seneng kalo anak mami gak melakukan hal itu," ucap sang Mamih terharu jika benar Anggara tidak berbuat seperti itu.
"Insyallah Mih doain Gara," jawab sang anak mengelus lengan Mamih dengan tersenyum.
Anggara pergi dari ruangan keluarga tersebut dan berlalu ke kamarnya.
Dia akan memberikan file ini ke Papi supaya dia tidak menikah dengan Anastasya.**
Besoknya Anggara menjemput Selin di rumahnya, Selin yang kaget Anggara sudah duduk di teras rumahnya."Angga ngapain disini," tanya Selin dengan lembut.
"Mau jemput lo lah, masa iya mau ngamen," selanya seraya terkekeh.
Selin di buat heran dengan tingkah Anggara, kemarin saja dia sangat acuh padanya tapi sekarang dia seperti Anggara yang dikenal Selin selama ini.
"Heh, ngapain bengong, ayok naik, gue kesini jemput lo," ucap Anggara membangunkan Selin yang sedang melamun.
Selin tersenyum dan menuruti ucapan Anggara, dia naik dengan duduk miring seperti biasanya.
Sesampainya di sekolah, bisikan lagi mulai terdengar.
"Gak usah di denger, tutup telinga yuk masuk," ajak Aggara dan di angguki Selin dengan wajah senangnya.
Anastasya menghalangi jalan Anggara dan Selin di koridor sekolah.
"Ngapain Lo bareng tunangan gue, gak malu hah, Lo rebut Anggara dari gue, jalang banget Lo, berkedok jilbab," teriak Anastasya sembari menampar pipi Selin sebelah kiri.
Siswa yang mendengar langsung berkerumun menghadap Anastasya, Selin dan Anggara.
"Misi gue mau lewat," ucap Brian di susul oleh Renda dan Sandi, mereka melihat kejadian itu.
"Ih Selin deketin Anggara mulu, udah tahu tunangan Anastasya, masih aja ganjen,"
"Iya bener, kayanya dia cuma mau morotin harta Anggara deh,"
"Bisa jadi sih, gak nyangka yah, kebanyakan orang miskin kaya gitu deh,"
Pekikan suara siswi yang menjelek-jelekkan Selin mulai terdengar, Selin acuh mendengarnya, karena memang Selin tidak ada niatan untuk merebut siapapun, apalagi merebut harta Anggara.
Selin memegang pipinya yang perih, dan sedikit berdarah karena tamparan Anastasya yang begitu kerasnya. Anggara terkejut dengan yang di lakukan Anastasya.
"Maksud Lo apa ngatain dan nampar Selin kaya gitu, Lo gak ada hak buat nyentuh Selin!" tunjuk Anggara ke wajah Anastasya.
"Dia mau rebut Lo dari gue Gara, seminggu lagi kita mau nikah," ucapan Anastasya mengalihkan Selin yang dari tadi diam.
"Nikah, maksudnya apa?" Selin menatap mata Anggara meminta penjelasan.
Baru saja kemarin Anggara menjelaskan bahwa mereka tidak ada hubungan apapun, dan sekarang di depan Selin, Anastasya bilang bahwa mereka akan menikah.
Selin menatap mata Anggara, meminta penjelasan nya tapi Anggara bungkam dengan ucapan Anastasya.
KAMU SEDANG MEMBACA
SELINA
Teen FictionMenceritakan seorang gadis cantik, pintar, dan ceria, dia yang tinggal bersama keluarga nya di sebuah kota kembang, dimana lagi kalau bukan Bandung kota kelahiran mereka, dia adalah " SELINA QINARA HUSNA", gadis yang mempunyai keluarga yang utuh dan...