[16] that pill

9 0 0
                                    

chapter sixteen has already been uploaded! hope u enjoy n like it! :)

"Ternyata selama ini yang hampir ketabrak itu Jeffrey bukan Kak Denis" Ujar Shaerysse sembari tangannya sibuk menyisir rambut Trystan yang duduk dihadapannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Ternyata selama ini yang hampir ketabrak itu Jeffrey bukan Kak Denis" Ujar Shaerysse sembari tangannya sibuk menyisir rambut Trystan yang duduk dihadapannya

"Terus sekarang kamu jadi takut ketemu Jeffrey?" Tanya Trystan tanpa mengurangi fokusnya pada Game yang dia mainkan di ponselnya

Shaerysse diam saja, sebab tidak tau harus memberikan jawaban yang seperti apa pada Trystan.

Trystan mendongak memandang adiknya yang kini sudah berhenti dari aktivitas menyisir rambutnya itu

"Udahlah, berhenti disini. Jangan takut lagi, jangan menyangkut pautkan apa yang terjadi di hidup kamu sekarang dengan apa yang udah lewat"

Shaerysse menghembuskan nafasnya berat, benar apa yang dikatakan oleh sang Kakak. Namun, melupakan dan berhenti merasa takut bukanlah hal yang mudah, bukan hanya bagi Shaerysse, tetapi bagi kebanyakan orang.

"Tryshelle, kenapa sih harus terus terbelenggu dengan masa lalu?" Tanya Trystan bersamaan dengan tangannya menyelipkan rambut Shaerysse ke belakang telinganya


[  l o v e i l l é  ]


Langkah kaki Shaerysse kian dipercepat seiring dengan berjalannya waktu, detik demi detik dia lalui dengan perasaan tidak tenang. Terlambat. Apalagi memangnya yang bisa membuatnya lari di pagi hari dengan perasaan tidak tenang selain terlambat untuk masuk kelas.

Begitu sampai di pintu kelas, sejenak Shaerysse mengatur penampilannya serta mengatur napasnya. Kemudian membuka pintu kelas itu, namun nihil, tidak ada tanda-tanda diadakan pertemuan tatap muka di dalam kelas itu. Kosong, hanya diisi seorang lelaki dengan paras tinggi mengenakan Kemeja Hitam dengan Celana Jeans.

Degup jantungnya kian berpacu makin cepat ketika matanya bertabrakan dengan mata lelaki di hadapannya. Sekujur tubuhnya terasa mati rasa, namun di saat yang bersamaan Shaerysse merasa akan segera jatuh tergeletak di atas lantai dingin.

Sekitar semenit mereka hanya menghabiskan waktu saling memandang sampai lelaki itu mengambil selangkah maju mendekati Shaerysse. Sementara Shaerysse, ingin sekali ia berlari jauh dari hadapan lelaki itu, namun kakinya terasa sangat berat untuk dipindahkan.

Jujur saja, saat ini yang ada di benaknya hanya berharap seseorang bisa menyelamatkannya dari Jeffrey yang berjalan semakin mendekatinya. Dan tanpa bisa Shaerysse hindari, tangannya telah ditarik oleh Jeffrey yang kini berjalan keluar kelas.

Shaerysse tidak bisa berbuat apa-apa selain mengikuti Jeffrey. Mungkin berlebihan, tapi benar inilah yang Shaerysse rasakan.

Doa-doa tak berhenti ia panjatkan dari hatinya berharap ada bantuan dari surga yang Tuhan kirimkan baginya untuk keluar dari situasi ini, sampai dirasanya sebuah tangan menarik tangan kirinya yang berhasil menghentikkan langkahnya juga Jeffrey.

"Temenin aku makan dong Shae"

Sontak membuat Jeffrey juga Shaerysse menengok ke asal suara yang tiada lain dan bukan adalah Denis

"Lo gak liat Dia lagi sama gue sekarang?" Ujar Jeffrey

"Ayo kak" Imbuh Shaerysse seraya berusaha melepaskan cengkeraman tangan Jeffrey di pergelangan tangannya

"Lo juga gak liat Shaerysse keliatan gak nyaman sama lo? Cari waktu lain aja" Ucap Denis yang kemudian berjalan bersama Shaerysse menginggalkan Jeffrey

"Kenapa harus gue?" Ujar Jefrey yang berhasil menginterupsi langkah kaki keduanya

"Kenapa gak lo aja yang nyari waktu lain? Dari awal Shaerysse udah sama gue, bukan tentang dia nyaman atau gak" Ujar Jeffrey dan dengan cepat meraih tangan Shaerysse dan pergi dari hadapan Denis secepat kilat tanpa mengindahkan Suara teriakan Denis yang meneriaki namanya

Jeffrey menyeret Sharysse dan memaksanya untuk masuk ke dalam mobil Jeffrey. Shaerysse hanya diam saja, tangannya saling bertautan dan gemetar. Tidak tau mengapa, Jeffrey tidak habis pikir dengan kelakuan Shaerysse yang sangat aneh akhir-akhir ini.

"Seburuk itu gue?" Tanya Jeffrey memandang kearah Shaerysse yang masih menunduk

"Gue pikir lo bisa beda dari yang lain, gue pikir gue bisa mulai menaruh percaya ke lo. Tapi ternyata lo gak ada bedanya sama yang lain. Gue cuman monster menakutkan yang gak disukain semua orang"

"Tapi, lo udah terlalu banya tau tentang gue. Yang seharusnya gak lo tau. Makanya, Gue gak bisa biarin lo pergi dengan rahasia-rahasia itu"

"Soal obat yang lo makan kemaren, gue tau itu obat penenang. Gue yakin gak banyak yang tau soal obat itu, jadi gue simpulin gue juga tau sesuatu yang gak seharusnya gue tau dari lo"

Shaerysse masih saja menunduk tanpa menyahut dan masih merasa takut tentunya

"Gue bisa dipercaya" Ujar Jeffrey setelahnya mengambil air mineral dari Dashboard mobilnya, membukanya dan menyodorkannya kehadapan Shaerysse untuk diminum

Jeffrey kemudian menjalankan mobilnya keluar area kampus. Dan mengantar Shaerysse kembali ke rumahnya, tentunya atas arahan dari yang bersangkutan.

Setelah selesai mengantar Shaerysse, Jeffrey segera kembali ke Apartemennya.

Jeffrey berjalan keluar dari Kamar Mandinya masih dengan Handuk yang menggelantung dibahunya. Tangannya meraih sebuah botol obat yang didapatnya dari Shaerysse beberapa waktu lalu. Ketika akan mengonsumsi obat tersebut Shaerysse terlihat sangat terburu-buru sehingga langsung menuangkan begitu banya kaplet ke tangannya. Dia yakin Shaerysse sebelumnya sudah sering mengonsumsi itu. Walaupun menurut Shaerysse itua dalah obat Maag yang memang sering dia konsumsi, tapi tidak masuk akal bagi Jeffrey. Sewakti Jeffrey mengatakan bahwa itu obat Penenang di hadapan Shaerysse, dia tidak mengelak sama sekali.

Botolnya berwarna putih polos tanpa tulisan apapun, jadi Jeffrey tidak bisa memastikan dengan segera jenis obat apa yang dikonsumsi Shaerysse.

Namun dengan gigihnya, Jeffrey segera menghubungi kenalannya yang bisa membantunya memeriksa kejelasan obat tersebut.


[ l o v e i l l é ]

Begitu tiba di rumah, hal pertama yang dilakukan Shaerysse adalah mencari Obat dalam nakas dekat tempat tidurnya. Obat yang selalu dicadangkan bila terjadi sesuatu.

Setelah menegak dua kaplet obat itu, Shaerysse meregangkan tubuhnya dan menutup matanya sembari berbaring diatas tempat tidur. Tanpa terasa air matanya keluar dari ujung matanya.

Sampai terdengar ketukan yang disertai langkah kaki masuk, mendekati dan duduk disamping Shaerysse.

Trystan mulai mengelus kepala sang adik lembut, tak lupa menghapus air mata dari wajahnya.

"Takut?" Tanya Trystan begitu lembut

Shaerysse membalas dengan anggukan kepala, disertai air mata yang tak kunjung berhenti keluar

"Padahal kenyataan bukan hal yang menakutkan, Tryshelle"

"Tenang ya?" Ujar Trystan masih terus membelai kepala Shaerysse sembari menghapus tiap tetes air mata yang keluar dari matanya lembut

Diam sejenak, sampai Trystan mulai bersenandung pelan sebuah lagu yang sudah sejak lama sering disenandungkan keduanya bersama. Ketika merasa cemas, takut dan tidak tenang, Shaerysse hanya perlu mendengar senandungan dari Trystan dan tak jarang ikut bersenandung bersama untuk bisa kembali merasa tenang dan damai.



[  l o v e i l l é  :  b i t t e r  p i l l  ]

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 30, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Loveillé : Bitter PillTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang