[8] super blood moon

14 5 0
                                    

chapter eight has already been uploaded!
hope u guys enjoy n like it :)

Rintik Hujan turun tanpa dipungkiri, sejak pagi Mentari sudah bersinar dengan sangat terik sampai serasa bisa membakar Kulit

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Rintik Hujan turun tanpa dipungkiri, sejak pagi Mentari sudah bersinar dengan sangat terik sampai serasa bisa membakar Kulit. Tak Heran, banyak orang yang percaya bahwa Matahari Bersinar dengan sangat Terik lebih dari biasanya, nantinya pasti akan Turun Hujan. Dan Shaerysse adalah salah satu dari sekian banyaknya orang yang percaya soal itu. Untungnya begitu Hujan turun dia sudah berada dirumah dan menikmati tontonannya.

Andaikan saja dia bisa menikmati hal seperti ini lebih sering, Rebahan dan Nonton.

Tapi sayangnya, setiap kali dia bermalas-malasan seperti saat ini, otaknya sering berputar memikirkan hal-hal yang random. Seperti sekarang, otak itu tiba-tiba saja mengingatkannya soal kejadian-kejadian yang melibatkan dirinya dan sang pujaan hati

Memang Shaerysse Payah. Bagaimana bisa dia tidak berkutik setiap kali dilibatkan dengan suatu kejadian bersama Denis? Bahkan untuk meminta maaf soal kejadian dia yang hampir menabrak dan tiba-tiba pergi setelah ditolong oleh Denis pun belum terealisasikan sampai detik ini saking gugupnya dia tiap kali bertemu Denis.

Pikiran random itu berhasil mengalihkan fokusnya dari film yang ditonton, kini Shaerysse berbaring terlentang sambil tidak berhenti berpikir bagaimana dia bisa meminta maaf dan berterima kasih kepada Denis

"Tumben jam segini udah balik" Suara Trystan tiba-tiba menggema di seluruh penjuru kamar Shaerysse, tidak tau kapan Lelaki itu masuk

Shaerysse menoleh, "Capek, pengen istirahat Kak"

"Biasanya jam segini masih keluyuran sama temen-temen" Ujar Trystan yang kini sudah duduk dan mengambil alih Laptop Shaerysse

"Aku pulang cepat Kakak heran, terus kalo aku pulangnya telat Kakak marah. Terus gimana dong?"

Trystan hanya terkekeh sambil jarinya menari diatas Touchpad laptop untuk sekiranya melihat film yang menarik perhatiannya

"Kak, aku tuh pengen minta maaf sama Kak Denis, terus mau Terima Kasih juga soalnya udah bawa aku pulang pas pingsan"

"Ya tinggal ngomong aja kalo ketemu" Jawab Trystan santai

"Kalo aku bisa juga udah dari lama aku lakuin, masalahnya aku tuh takut terus gugup gitu kalo ketemu Kak Denis jadinya aku gak bisa ngomong" Balas Shaerysse memelas

"Kok gitu? Katanya kamu suka sama dia, kenapa takut?" Lagi pertanyaan terlontar dari mulut sang Kakak yang kini fokusnya sudah terbagi dengan Film yang baru saja diputar di Laptop

"Karna aku suka dia makanya aku takut, apalagi kemaren aku hampir nabrak dia"

"Apaan sih gaje banget" Trystan terkekeh mendengar penuturan sang Adik

Shaerysse tidak puas dengan jawaban Trystan, pasalnya dia menceritakan hal ini dengan harapan Trystan bisa membantunya mencari jalan keluar, tapi nihil hasilnya Trystan hanya menjawab seadanya karna terlalu fokus dengan Film yang ditonton

Loveillé : Bitter PillTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang