9: i'm stepping a dog's shit (revised)

2.7K 296 0
                                    

Adegan di chapter ini penuh dengan kata-kata kasar, umpatan, dan kiasan yang menyinggung.
Tolong bijak dalam membaca.

⋇⋆✦⋆⋇

Di toilet, Jeno membasuh wajahnya di depan wastafel. Dia melakukannya selama dua kali sebelum menegakkan badannya seraya menyapu rambutnya ke belakang. Dia hanya menatap pantulan dirinya kurang dari lima detik sebelum kembali menatap pada air yang masih mengalir dari keran.

Jeno lega karena tidak ada siapapun di toilet selain dirinya, sebab Jeno membutuhkan waktu sendiri untuk menenangkan emosinya.

Jeno tahu dia sangat salah akhir-akhir ini. Sekeras apapun dia berusaha menyangkal dalam hati, tidak dipungkiri bahwa penyebab kemarahannya adalah pria itu.

Zhong Chenle.

Jeno mengutuk keras saat nama itu muncul di kepalanya.

"...bangsat."

Jeno bingung mengapa dia se terpengaruh itu karena Zhong Chenle. Mengapa dia harus marah? Apa karena pria itu mendadak mengabaikannya? Tetapi bukankah itu bagus? Tetapi mengapa Jeno merasa tersinggung?

Jeno menundukkan kepalanya dan menutup matanya. Air jatuh mengenai bulu matanya dan tertahan disana.

Jeno berpikir keras.

Lalu matanya terbuka.

Tunggu. Mungkinkah perasaan tidak nyaman itu karena Jeno berpikir pria itu mempermainkannya?

Pasti itu...kan?!

Jeno menggertakkan giginya. Sorot penuh dendam pada netra gelapnya tercermin dengan jelas.

Jeno meludah pada wastafel dan mengutuk. "Wah, anjing!"

Jeno tertawa keras, tetapi tidak ada suka cita di dalamnya melainkan amarah dan kebencian.

"Zhong Chenle gede juga nyali lo untuk bermain-main sama gue. Apa dia pikir gue orang gampangan, sialan."

Dan dia berkata bahwa dia menyukai Jeno?

"Fuck!!!!"

Jeno mencengkram erat tepi wastafel. Urat nadinya perlahan timbul di permukaan kulitnya sementara otot-otot lengannya menegang karena menahan kekuatan. Bibirnya dia gigit kuat-kuat sampai meninggalkan jejak di bibirnya yang kering.

"Bangsat...." desis Jeno.

Dadanya terasa pengap. Emosi yang campur aduk itu membuat pergerakan nafas Jeno sedikit kencang. Mulutnya sedikit terbuka dalam upaya bernafas. Tetesan air menetes dari ujung hidungnya, jatuh ke wastafel.

"Huhhh..." Jeno menghembuskan nafas pelan.

Merasa telah sedikit tenang, Jeno kembali mencuci wajahnya untuk terakhir kalinya. Air dingin sedikit membantu tidak hanya mendinginkan wajahnya tetapi juga amarahnya. Berdiam untuk beberapa detik lagi, Jeno keluar dari toilet.

Jeno tidak terlalu memperhatikan sekitarnya saat dalam perjalanan menuju ruangan. Sesampainya di depan pintu dan tangannya terentang untuk memegang gagang pintu yang sedikit terbuka, suara seorang pria menginterupsinya.

Nadanya tidak ramah, kental akan ejekan.

"Wow, lihat siapa ini. Ternyata Lee Jeno. Gue pikir lo udah mati membusuk entah dimana."

Jeno menoleh ke samping untuk melihat siapa gerangan bajingan itu. Begitu dia mengenali orangnya, tidak ada ekspresi berarti di wajah Jeno.

Hanya seperkian detik, Jeno membuang mukanya. Tindakannya menjelaskan bahwa dia tidak berniat untuk berurusan dengan orang itu.

CHEEKY BASTARD I CHENNOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang