24: every little thing about you leads me into desperation (new)

2.6K 291 48
                                    

⋇⋆✦⋆⋇

Chenle begitu tenggelam dalam pikirannya sehingga tidak sadar bahwa Renjun sudah berdiri di sampingnya.

"Nih," ucap Renjun saat menyodorkan rokok kepada Chenle.

Chenle berhenti dari aktifitas memainkan pemantiknya, menatap Renjun dengan tatapan bertanya.

Renjun terkekeh. "Daripada lo mainin, mending lo gunain juga buat nyebat."

Chenle menggelengkan kepalanya, menjelaskan, "Ini lighter pemberian gege-ku sebagai ejekan saat mendengar aku tidak merokok."

"Gue mungkin juga lakukan hal yang sama." Renjun tertawa. Kemudian dia meletakkan rokok di mulutnya dan mengisyaratkan Chenle untuk membantunya memberikan api.

Chenle tersenyum dan mendekatkan lighter ke ujung rokok dan menyalakan api.

"Thanks," ucap Renjun.

Chenle mengangguk dan kembali memainkan lighter-nya dengan membuka-tutup kepala pemantik. Bunyi renyah besi mengisi kesunyian di antara mereka bersama desiran angin pada ranting-ranting pohon

Mereka berdua saat ini berada di taman belakang, berdiri menyandar pada dinding. Lampu taman memanjangkan bayangan mereka.

Renjun menghembuskan nafas panjang yang disertai dengan kepula asap. "Kenapa lo malah berdiri murung disini daripada gabung di dalam."

"Pengap," jawab Chenle sekedarnya.

Renjun menyeringai. "Hm-hm." Setelah jeda beberapa detik, dia tiba-tiba menyeletuk. "Menurut gue apa yang lo lakuin itu sudah benar dan tepat."

Chenle tidak tahu ujung pangkal maksud ucapan Renjun. "Apanya?"

"Menyerah pada Jeno."

Aktivitas memainkan pemantik berhenti sekali lagi. Tapi kali ini Chenle memasukkannya ke kantong hoodie-nya.

Chenle menghela nafas. "Seingatku aku tidak pernah berkata seperti itu."

Renjun mengangguk. "You didn't, but your action did."

Tanpa dijelaskan, Chenle tahu apa yang dimaksud. "Aku hanya mencoba memberi Jeno ruang untuk berpikir," kata Chenle pelan.

"Di mata gue, lebih kepada lo yang udah mulai lelah menghadapi sifat tidak masuk akal Lee Jeno," ujar Renjun dengan pasti.

Chenle menurunkan matanya. "That's not true."

Renjun terkekeh. "Bagaimana bisa lo ngga lelah ketika harapan lo yang diangkat setinggi langit malah dihempas kuat ke tanah. Kekecewaan yang menumpuk sedikit demi sedikit ternyata sudah setinggi bukit. Dan lo dengan mata terbuka bilang kalau lo ngga capek sama sekali? Siapa yang lo coba bohongi, Dek," cibir Renjun.

"Ge, ini urusanku dan terserahku untuk menentukan bagaimana jalannya," balas Chenle dengan nada tidak bersemangat.

"Itu karena gue peduli sama lo!" ujar Renjun dengan nada naik. "Di luar sana banyak orang, laki-laki atau perempuan, yang bersedia jadi pacar lo. Lo punya pilihan untuk jatuh cinta dengan siapapun, tapi lo malah melekat dengan Lee Jeno yang ngga peduli sama lo sedikitpun!"

"Aku dapat merasakan bahwa Jeno tidak sepenuhnya menolakku." Chenle mencoba membela walaupun itu terdengar lemah.

Renjun melepaskan satu tawa remeh. "Heh. Selama dia tidak mengakui dan mengatakannya, firasatmu ngga akan pernah terbukti kebenarannya, Chenle. Sebuah hubungan bisa terbentuk karena adanya validasi. Do you see Jeno seems to make it true?"

CHEEKY BASTARD I CHENNOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang