⋇⋆✦⋆⋇
Jeno baru saja selesai merapikan barangnya ketika Chenle membuka pintu kamar dan masuk.
"Siap?" tanya Chenle memastikan dan dibalas anggukan oleh Jeno. "Kalau begitu aku ke meja administrasi dulu, kamu tunggu disini sebentar."
Sebenarnya Chenle bisa saja mampir ke meja administrasi sebelum kemari, namun karena penundaan tadi Chenle ingin melihat Jeno terlebih dahulu. Chenle bersiap membuka pintu ketika Jeno menghentikannya.
"Gue ikut."
Chenle tidak berpikir ada yang salah dengan itu jadi dia menyetujui. Dia berbalik untuk mengambil tas jinjing milik Jeno di atas kasur lalu memberi isyarat pada Jeno.
Ketika pegawai administrasi menunjukkan bill rumah sakit kepada Chenle, Chenle yang sudah menyodorkan kartunya didahului oleh Jeno.
Jeno sedari tadi berusaha menahan diri untuk menjaga wajah datar, menutupi rasa syoknya saat melihat biaya rumah sakit. Dia memang sudah bersiap-siap hati tetapi dia tidak menyangka biaya aslinya ternyata jauh melampaui perkiraan Jeno. Hatinya berdenyut kesakitan sekaligus takut dan ngeri menghadapi amukan abangnya jika notifikasi tagihan di sampaikan padanya.
Chenle menghentikan gerakan perawat yang hendak mengambil kartu kredit milik Jeno. "Sebentar sus," katanya pada perawat sebelum beralih pada Jeno. "Jeno, it's on me karena aku yang memintamu untuk dirawat disini."
Jeno mengerutkan keningnya, tidak setuju. "Yang sakit gue, yang dirawat gue, tentu gue yang bayar. Lo nggak berada dalam posisi berkewajiban untuk itu Zhong Chenle."
Ekspresi Jeno seolah dia tidak akan berkompromi, apapun alasan yang Chenle berikan. Chenle juga tidak ingin membuat keributan di depan umum jadi dia menyetujui.
"Baiklah jika itu mau kamu, Jeno." Lalu ia beralih ke perawat. "Sus, tolong pisahkan bill biaya rawat inap dengan biaya pengobatan. Biaya rawat inap itu pada saya," katanya sembari memberikan kartunya.
Perawat mungkin telah diberitahu oleh atasannya jadi dia tidak membantah.
Jeno masih keberatan. "Woi lo nggak denger apa yang gue bilang?"
Chenle kali ini juga bersikeras. "Nah biaya rawat inap adalah tanggung jawabku karena aku yang bersikeras memintamu untuk menduduki bangsal vvip. Tapi biaya pengobatan tetap kamu yang bayar seperti yang kamu bilang sebelumnya. It's fair i think?"
Jeno mendengus dan memalingkan muka, dengan ogah-ogahan setuju.
Chenle tersenyum kecil. Dia meremas pelan telapak tangan Jeno karena gemas sebelum melepaskannya kembali.
Jeno tersentak dan menoleh ke arah Chenle, membuka mulutnya tanpa suara, berkata 'ngambil kesempatan lo sialan'.
Chenle membalas dengan mengedipkan sebelah matanya.
Jeno mengerucutkan bibirnya malu ketika dia menemukan perawat sudah menonton mereka sedari tadi, sepertinya sedang menunggu mereka tanpa menginterupsi.
Berusaha terlihat tidak terusik sama sekali, Jeno juga menyodorkan kartunya. Ketika menerima struk, Jeno menghela nafas dalam hati. Memang biaya pengobatan tidak semahal itu, tapi tetap saja jika Bang Johnny tahu dia masuk rumah sakit karena kecelakaan saat balapan, dia masih akan disidang.
Sesampainya mobil di depan rumah Jeno, melihat Chenle hendak membuka seatbelt nya, Jeno menghentikannya.
"Ngapain?"
Chenle sedikit bingung tetapi tetap menjawab dengan jujur. "Aku akan bantu bawa tas kamu ke dalam."
"Gak usah," tolak Jeno tanpa hati nurani. "Yang dipakai penyangga kan cuma tangan kanan gue. Lo pulang sana."
KAMU SEDANG MEMBACA
CHEEKY BASTARD I CHENNO
Fanfiction❗cl!dom x jn!sub ⚠ bxb 🔞 °•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•° Mata Chenle menyipit. Tatapannya tajam dan lancang. Ia menatap Jeno secara terbuka tanpa menyembunyikan afeksinya. Ia bahkan secara terang-terangan memindai Jeno dari ujung kepala hingga ujung kaki...