6: i wanna kill you, i wanna kiss you (new)

3.1K 352 3
                                    

⚠ : homophobic issue ; mentioning gay/homo terms

⋇⋆✦⋆⋇

"Eh eh. Dia kemari tuh," kata Jaemin dengan nada dilebih-lebihkan, tidak lupa terus menendang sepatu Jeno.

Saat Jeno tertangkap basah sedang melihat Chenle, dia segera membalikkan badannya. Dia sedang mempertimbangkan apakah dia harus meninggalkan tempat atau tetap tinggal, tetapi tingkah menyebalkan Jaemin mengganggu konsentrasinya dalam berpikir.

"Bangsat, diem lo!" umpat Jeno. Tidak lupa menendang balik sepatu Jaemin lebih kuat membuat Jaemin buru-buru menutup mulutnya.

"Ya. Habis reaksi lo lucu kalau bahas Chenle. Jelas banget gay panic nya," ujar Jaemin dengan tampang polos, mengedikkan bahu.

Kata-kata gay panic sudah menjadi kata terlarang bagi Jeno. Jeno menggertakkan giginya. "Lo memang anjing ya, Jaem. Beraninya lo ngibulin gue. Gue udah tau arti gay panic dan gue bukan homo, bangsat! Lo bilang itu sekali lagi, mati lo."

Jaemin meringis. Ups, tidak menyangka bahwa Jeno benar-benar berinisiatif untuk mencari tahu.

Tetapi dia tidak merasa bersalah. Jaemin membela diri. "Yakin ngga homo, kok kalau ada Chenle lo ketar-ketir kayak mau diminta jatah malam pertama, pffftttt."

Mata Jeno membelalak, merasa tidak percaya. Dia menatap Jaemin dengan sorot terkhianati.

Jeno berdiri. "Na Jaemin, lo bajingan sial-"

"Jeno..." panggilan Chenle menginterupsi pertengkaran mereka.

Jeno merinding ketika suara rendah dan serak milik Chenle masuk ke telinganya. Dia duduk kembali dan melanjutkan makannya, berpura-pura tuli.

Chenle telah berada di samping Jeno. Dengan senyum yang tersungging di bibirnya, Chenle memandang Jeno dengan tatapan memanjakan.

Di mengalihkan pandangannya ke Jaemin dan menyapa. "Hai Jaemin."

"Hai," jawab Jaemin sekedarnya. Walau dia terus-terusan menggoda Jeno perihal Chenle, kepada Chenle sendiri Jaemin tidak punya kesan yang terlalu baik padanya.

Seperti induk yang protektif terhadap bayinya.

Chenle tidak terusik sama sekali ketika menemukan dia tidak disambut dengan baik. Dia kembali menatap Jeno sembari berbicara dengan nada prihatin.

"Jeno, sudah lama sekali sejak terakhir kita bertemu. Aku merindukanmu."

Ucapan Chenle yang terlalu blak-blakblakan membuat Jeno tertangkap tidak siap. Manajemen ekspresinya langsung runtuh.

"Otak lo sakit ya?! Lo bodoh apa gimana sih. Udah gue bilang jangan muncul di depan gue lagi!" hardik Jeno. Jika bukan karena dia tidak mau menjadi tontonan, dia tidak akan ragu memberi bogeman lain pada wajah tebal Chenle itu.

Frustasi di wajah Jeno begitu kentara hingga Jaemin menjadi tidak tega karenanya. Jaemin bergabung dalam pembicaraan. "Oi, Chenle. Lo dengarkan apa yang dibilang Jeno? Silahkan pergi. Jangan ganggu."

Chenle menaikkan sebelah alisnya. Matanya mengerjap dengan polos, memiringkan kepalanya. "Maaf tapi aku kesini untuk bertemu gege-ku. Hanya kebetulan saja aku bertemu dengan kalian. Apa salah jika aku menyapa?"

Jeno mendengus. Dia tidak akan termakan oleh kata-kata Chenle itu. Dia pikir dia tidak tahu akal bulus nya?

"Lalu ngapain lo masih disini. Cari tempat lo sendiri," usir Jeno, dengan nada jengah.

Chenle membungkuk sedikit ke arah Jeno yang sontak membuat Jeno mundur sedikit ke belakang. Chenle terkekeh melihat reaksi berlebihan Jeno seolah Chenle akan memakannya hidup-hidup. Dia lalu mengarahkan mulutnya ke telinga Jeno dan berbisik, "Kalau begitu kamu harus berjanji untuk tidak mengabaikan teleponku." Kemudian sebelum Jeno memukulnya lagi, dia segera berdiri tegak.

CHEEKY BASTARD I CHENNOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang