Chapter ini terinspirasi oleh 운명 - OST Full House. I recommend you to listen it while reading this chapter🤍
°
Aku telah berkali-kali menipu diriku sendiri dan berkata bahwa ini bukanlah cinta.
Aku berharap kita hanyalah orang asing yang dipertemukan oleh takdir.
Karena setelah kau pergi, rasa sakit itu akan tertinggal di dalam hatiku.
Tapi bahkan walaupun aku telah mengetahui semua ini...
Aku masih tetap tamak.
Dan itu membuatku sangat sedih...
운명, the fate.
°
Sudah satu setengah tahun berlalu.
"Jeno, selamat ya!"
Suara Ryujin menyentak Jeno ke realita. Dia menerima buket yang disodorkan gadis itu.
"Ciee udah kompre nih yeee..." Haechan merangkul bahu Jeno dan meninju bisepnya.
Jeno tersenyum. "Thanks."
Jaemin mengangkat kameranya. "Jeno, ayo foto."
Ryujin dan Haechan menyingkir.
"Satu, dua, tiga..."
Jeno menatap linglung kamera Jaemin. Dia malah membayangkan bagaimana Chenle akan menyambutnya jika semuanya baik-baik saja.
Mungkin pria itu juga akan membawa buket bunga, menemaninya dari awal sampai selesai, lalu menyambutnya dengan senyum teduh dan bangganya.
—dan mungkin juga memberinya sebuah kecupan lembut di kening.
Jeno buru-buru membuyarkan pemikiran itu. Matanya mulai terasa panas, berancang-ancang untuk kembali basah.
Ini memalukan. Dia sudah berjanji pada dirinya sendiri untuk tidak lagi menangisi kepergian yang tidak akan pernah kembali.
"Kita harus rayain!" Suara antusias Haechan mengundang cibiran Ryujin.
"Bilang aja kamu mau minum-minum!" ujar Ryujin kesal dan mencubit lengan Haechan.
Haechan segera menghindar, memeluk Jeno seperti koala. "Udah lama juga. Kapan lagi ya kan Jeno?"
Jeno terdiam sejenak sebelum mengangguk.
Benar. Sudah lama sekali rasanya Jeno tidak lagi membebaskan dirinya. Sejak saat itu, dia menjadi lebih pendiam, memilih untuk tidak kemana-mana selain ke kampusnya dan apartemen Jaemin. Apalagi sejak dia mulai menyusun tugas akhir, Jeno lebih suka mengurung diri dan menjauh dari pergaulan.
KAMU SEDANG MEMBACA
CHEEKY BASTARD I CHENNO
Fanfiction❗cl!dom x jn!sub ⚠ bxb 🔞 °•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•° Mata Chenle menyipit. Tatapannya tajam dan lancang. Ia menatap Jeno secara terbuka tanpa menyembunyikan afeksinya. Ia bahkan secara terang-terangan memindai Jeno dari ujung kepala hingga ujung kaki...