⋇⋆✦⋆⋇
Entah sudah ke berapa kalinya Chenle diam-diam melirik Renjun. Sejak mereka berdua memasuki mobil, Renjun tidak pernah lagi membuka suara. Dia hanya fokus mengendarai mobilnya tanpa ekspresi di wajahnya, yang jujur saja sedikit menakuti Chenle.
Tidak tahan dengan atmosfer yang mencekik ini, Chenle memutuskan untuk memecahkan keheningan ini. Dia menoleh pada Renjun dan berkata dengan nada bersalah, "Ge, sorry tadi-"
Belum dia menyelesaikan kalimatnya, Renjun memotongnya dengan mata tetap menatap lurus ke depan. "Engga usah pake minta maaf segala. Salah gue juga yang ikut campur."
Chenle meringis. Berbanding terbalik dengan kata-katanya, dari nadanya jelas Renjun masih merasa tersinggung sampai sekarang.
Menopang pipinya dengan siku yang menumpu pada jendela mobil, Chenle berkata dengan nada tertekan,"Jujur saja aku tidak menyangka kalau temperamen Jeno mudah sekali meletus. Sampai saat ini, kami belum pernah berkomunikasi dengan benar."
Renjun melirik Chenle dari sudut matanya, merespon dengan nada sinis, "Dia selalu begitu, Bung. Lo nya aja yang abai."
Chenle menghela nafas nelangsa. Dia menatap pada langit di luar jendela seraya meratap. "Aku bingung, ge. Rasanya apapun metode pendekatan yang aku lakukan pada Jeno, pria itu selalu menolakku dengan agresif." Lalu tatapannya berpindah pada Renjun. "Atau dia ternyata homophobic makanya dia tidak menyukaiku? Jika benar begitu berarti aku telah melakukan kesalahan," rutuknya seraya menutupi wajahnya dengan tangannya.
Ketika mobil berhenti karena lampu merah, barulah Renjun bersedia untuk menatap Chenle dengan benar. Dia tertawa sarkas. "Lo ngga ada salah apa-apa, Bung. Karakter pria itu emang dari sananya bermasalah. Tidak ada orang di fakultas teknik kami yang ngga tahu sifatnya. Homophobic? Entahlah. Tetapi engga bisa dipungkiri semenjak gue dan Jaemin jadian, yang deketin Jeno tidak lagi sebatas perempuan. Hasilnya? Semuanya ditolak mentah-mentah olehnya. Apalagi terhadap laki-laki, Lee Jeno sialan itu tidak segan-segan untuk menggebuk mereka sampai mampus. Tetapi lucunya, seperti ngengat yang mengejar api, mereka engga ada kapok-kapoknya. Seperti lo."
Chenle melepaskan tangannya dan tersenyum sedih. "Berarti di mata Jeno aku mungkin tidak ada bedanya dengan mereka."
Renjun menatap Chenle kasihan. "Mungkin. Jadi saat lo memutuskan untuk berhenti ngejar dia, gue sangat mendukung."
Chenle berpikir dia salah dengar. Matanya membulat saat dia menoleh pada Renjun. Dia seketika panik bercampur bingung. "T-tunggu. Siapa yang bilang aku menyerah untuk mengejar Jeno?!"
Renjun kembali menjalankan mobilnya setelah lampu berubah menjadi hijau. Mendengarkan penyangkalan itu, Renjun menatap Chenle dengan aneh. "Ya lo lah, siapa lagi memangnya."
"Tentu saja tidak! Bagaimana kamu bisa berpikir seperti itu, ge?!" bantah Chenle dengan tegas sampai nadanya naik seoktaf.
Renjun memutar bola matanya. "Loh bukannya itu maksud lo makanya lo sampai ber saya-saya segala tadi? Gue pikir lo udah muak sama kelakuan Jeno dan mundur," ucap Renjun mengutarakan pikirannya.
Chenle tidak tahu apakah merasa sedih atau lucu saat mendengar penjelasan Renjun itu. Dia buru-buru membela diri. "Itu tidak benar, ge."
Renjun bingung. "Jadi kesambet apa lo sampai lo mendadak ngomong seformal itu ke Jeno?"
Chenle merasa pusing saat mengingat kembali kejadian di restoran tadi. Dia menyapu rambutnya ke belakang dan berkata dengan gusar, "Mau gimana lagi, ge. Cuma itu cara yang bisa aku pikirkan agar Jeno mau mendengarkanku sebelum situasinya tambah kacau."
KAMU SEDANG MEMBACA
CHEEKY BASTARD I CHENNO
Fanfiction❗cl!dom x jn!sub ⚠ bxb 🔞 °•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•° Mata Chenle menyipit. Tatapannya tajam dan lancang. Ia menatap Jeno secara terbuka tanpa menyembunyikan afeksinya. Ia bahkan secara terang-terangan memindai Jeno dari ujung kepala hingga ujung kaki...