Abadi Yang Sesungguhnya.
. . .
Kalau kamu memulai semua langkahmu dengan menutup mata sambil menghirup udara segar, mungkin hari ini tak akan terjadi. Aku masih ingat kalimat itu. Aku masih mengingat setiap napas yang tercekik hampir melepaskan ruhnya. Aku pikir, gerhana akan tetap hidup setelah menjalani hukuman. Nyatanya, gerhana telah pergi jauh dan tak akan kembali.
Aku berpijak melalui sajak, menikmati udara segar sebelum padam menghampiri. Keberadaan-ku benar-benar ditolak oleh semua pihak. Lantas, untuk apa aku bertahan? Pikiranku terlalu suram saat aku mempertanyakannya. Namun, aku sadar semua hal yang kupikr benar adalah sesuatu yang membuat orang lain terluka.
Gerhana telah menghilang, jikalau hadir nanti, mungkin hanya sebentar. Tidak akan pernah menetap. Kalian pernah bertanya padaku, kan, tentang statusku yang sebenarnya? Aku akan ceritakan meski tidak lengkap, di sini, hanya ada aku dengan kisahku yang sulit ku-pahami seorang diri.
Kisahku tidak seindah Cinderella atau pangeran katak. Tapi aku akan tetap membawakannya untuk kalian yang ingin atau sekadar tahu, tapi tidak berniat untuk menyelami kisah yang tidak penting ini. Aku kenalkan pada salah satu teman sekamarku, Kamil Pramubakti. Dia teman sekamarku, dalam ruangan gelap tanpa cahaya, tanpa alas, dan tanpa identitas yang jelas.
Kalian tahu sudah berapa lama aku di sini? Ah, aku juga lupa, sudah berapa lama aku di sini bersama Kamil. Menjalani kewajiban seorang pasien teladan dengan status menjijikan dikalangan masyarakat. Aku beroperasi sebagai Intel di sebuah perusahaan, usai lulus masa pendidikan. Aku terlibat dalam sebuah kasus berat. Mungkin jika dikatakan jauh lebih jelas, aku seorang Intel yang sedang mengawasi sebuah kasus perdagangan gelap dekat perbatasan. Iya, aku seorang kepala polisi yang dituduh sebagai pelaku kelas berat. Jabatan-ku dicabut saat itu juga.
Kalian ingat tentang ucapan Amnan yang mengatakan kalau rumah Pak RT dicuri? Itu ulah Johan, laki-laki penghianat yang menusukku dari belakang. Aku pikir, kalimat serumpun dengan status sahabat tidak akan mengecewakan. Nyatanya, peribahasa musuh dalam selimut itu memang nyata.
Aku diam, karena situasinya sedang panas. Status baruku membuat semuanya berubah dengan cepat. Usiaku masih begitu muda untuk mengenal namanya kriminal, dan aku pelaku yang ikut terjerat dalam kasus menyedihkan itu.
Ingatanku berputar kembali ke masa itu, masa di mana semua orang berkumpul mengelilingiku dan tiga orang jasad di hadapanku. Tidak lagi untukku tutupi, kepergian Prasasti yang sebenarnya adalah kesalahan yang fatal. Itu nyata, aku kembali merutuk diriku untuk setiap hal yang kuingat. Aku benci diriku yang kotor dengan jerat hukum yang menyiksa.
Sial!
Aku tidak bisa mengingat keputusan hakim, tapi aku melakukan apa yang menurutku benar. Aku terpaksa mengangkat senjata untuk menyelamatkan nyawa orang lain dari kejahatan yang sudah direncanakan oleh Johan selama ini.
"Bodoh!"
"Memang, aku sudah katakan sebelumnya. Ambil keputusan yang tepat, bukan?"
Iya, aku mengingat ucapan Mas Nandi kala itu. Bahkan Mas Nandi berkata cukup serius saat menjengukku.
"Terus kalau sudah begini, kamu mau lari ke mana? Jika aku tidak datang ke sini, tolong ingat setidaknya untuk yang terakhir. Datanglah ke rumah temui aku."
Aku memang datang ke sana, dengan beberapa pengawal berseragam cokelat dan gelang khas kamarku yang masih merekat di kedua pergelangan tanganku.
Lanandi Atmaja Prasasti. Aku tidak buta saat membaca tulisan tebal di papan putih dengan bunga tujuh warna yang menutupi tanah basah. Aku pun berjongkok mencoba menenangkan Amnan yang masih bersimpuh di hadapan pusara Mas Nandi. Anak itu terlihat suram, kantung mata yang menghitam tidak lupa kedua mata yang bengkak karena menangis terlalu lama.

KAMU SEDANG MEMBACA
GERHANA✅ (Sudah Terbit)
Mystery / ThrillerPernah bertanya tentang rasi bintang, atau benda-benda angkasa lainnya. Tapi Gerhana paling menarik. Datang tak menentu, terkadang hanya sebentar. Katanya, Gerhana hanya sebuah fenomena alam yang paling dinanti, tapi bagaimana jika kehadirannya just...