🔺Langkah kedua puluh

20 2 0
                                    

Penjilat.

. . .

Bumbu penyedap rasa akan hambar kalau tidak diolah dengan benar. Apa kalian pikir aku benar-benar mengatakan kalau aku seorang kepala polisi? Jujur saja, aku sendiri merasa tidak pantas akan jabatan yang telah dicopot setelah kasus menjengkelkan itu. Aku terseret dalam jerat hukum yang benar-benar mengerikan. Tentu akan kembali kukatakan tentang rasa kecewa yang hampir setiap detik hanya membawa pilu.

Daun kering yang mulai berjatuhan hanya akan mengotori pekarangan rumah dan berakhir berserakan di mana-mana kaena tertiup angin. Aku bingung pada pejalan kaki dengan bangga mengatakan kalau negara ini bebas polusi. Tunggu, tidak semua daerah sama, ada beberapa daerah yang memang masih asri, ada juga yang sudah tercemar oleh limbah.

Manusia tidak akan puas jika belum mendapat apa yang mereka ingin, terlebih orang yang haus akan kekuasaan dan orang yang suka menerima pujian. Miris. Ingin aku bertanya pada Mas Nandi, tapi kakak tertuaku itu terlalu monoton, hidupnya selalu kaku dan sama setiap hari. Dari bangun tidur sampai tidur lagi, Mas Nandi tetap melakukan hal yang sama. Membosankan rasanya, tapi aku tidak pernah protes, karena aku tahu setiap orang memiliki dunianya sendiri dengan kesibukan yang berbeda-beda.

Ada yang pernah mengatakan hal buruk tentang teman sekelas-ku, dulu. Namanya begitu populer, tapi senyang saat tersandung kasus tawuran dengan sekolah lain saat ujian akhir sudah dekat. Qais, namanya. Nama yang indah dengan karakter tegas seperti orang besar. Aku heran mengapa Qais menjadi berandalan di saat semua pelajar yang lain justru berusaha menimba ilmu dengan susah payah.

Bahkan saat aku bertanya padanya, pandangan mata elang itu justru menatapku dengan tajam. Cukup terkejut, tapi aku mendapat apa yang sebelumnya aku tidak bayangkan. Rasanya mustahil untuk berbicara dengan Qais karena statusnya yang berandal dan nama baiknya sudah tercoreng di mata publik. Begitu bangga aku mendengar alasannya, namun juga miris mendengarnya.

"Konflik keluarga itu paling bahaya buat anak-anak, Ger. Lo musuh gue, tapi lo harus tahu namanya broken home itu nggak semuanya bisa diterima dengan lapang sama semua anak." Aku mengangguk, mendengarkan apa yang ingin Qais katakan. Meski kami bermusuhan dalam bidang olahraga, aku tetap berteman baik dalam berbagi kisah.

"Lo tahu, kan, di luar sana banyak anak yang punya kasus kurang lebih karena konflik keluarga?" Aku mengangguk, aku tidak tahu harus merespon apa, karena yang aku tahu memang seperti itu kelihatannya.  "Mungkin lo akan mikir mereka berandalan, nggak tahu aturan, nggak tahu sopan santun. Tapi ketika Lo tahu alasan mereka kayak gitu, lo akan berpikir dua kali untuk menjudge mereka."

Kalimat Qais tidak salah, hanya aku yang mungkin tidak ada diposisi mereka. Pepatah bilang jangan menilai sesuatu dari penampilan, karena kamu bukan mereka. Bahkan kamu tidak ada diposisi mereka. Aku mengangguk seperti orang gila kalau mengingat pepatah tersebut. Kalian hanya perlu memahami, bukan mencampuri. Jujur, aku terkesan dengan  semua hal tentang Qais. Remaja berandalan di mata publik, tapi memiliki jiwa sosial yang tinggi. Dia juga sempat bercerita kalau dia bolos bukan karena dia malas masuk kelas, melainkan ingin membantu seseorang dengan cara bergotong royong.

Luar biasa sekali rasanya bisa mengenal rival dari sisi lain dengan caranya yang hangat. Aneh. Aku benar-benar heran tentang persepsi orang-orang yang belakangan mengganggu kesenangan orang lain. Qais bukan seorang remaja yang digambarkan oleh kebanyakan orang tentang perilakunya yang sudah jelek. Dia tidak peduli akan hal itu. Qais juga sudah mendapat peringatan sebanyak tiga kali karena kasus lain yang hampir membuatnya keluar dari sekolah. Padahal, Qais ingin membela seorang gadis yang hampir kehilangan kehormatannya. Jujur, sikapnya yang berandal itu telah menyelamatkan kehormatan orang lain yang paling berharga. Aku bangga, tapi aku menyesal mengatakan kalau Qais itu hebat.

GERHANA✅ (Sudah Terbit) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang