🔺Langkah kedua belas

21 2 0
                                    

Angsa Menari

. . .

Sekejap aku dapat melihat seseorang sedang menggesek kayu dan snar yang terus berulang hingga membuat melodi menyedihkan. Pelantun drama romantis akan terasa menyakitkan ketika sebuah instrumen kelam menjadi pengisi sountrack dalam acaranya. Lantas, apa bedanya denganku yang terus memutar piringan hitam dengan melodi yang sama?

Tirai abu-abu dengan jaring putih di baliknya terus tertiup karena angin yang masuk tanpa permisi mencoba menyampaikan pesan. Aku tahu kalau angin akan bersuara lewat bisiknya yang tak nyata. Bahkan, udara yang tak tergenggam saja mampu dirasa meski hanya dapat di hirup tak dapat disentuh. Begitu juga dengan air, terlihat mudah untuk digenggam, namun akan lolos perlahan-lahan melewati sela-sela jari.

Aku jadi ingat ketika danau di dekat kompleks perumahan masih ada, ada banyak penghuni di sana. Binatang liar yang tidak memiliki pemilik, menjadikan danau sebagai tempat mereka kembali.
Sangkar burung yang tebal di atas pohon menjadi tempat berlindung. Dan air danau sebagai sumber kehidupan abadi yang tak tersentuh sebelum akhirnya kejahatan alam merubah segalanya dengan limbah menakutkan.

Pabrik-pabrik dan bangunan lain yang berdiri begitu kokoh, kendaraan yang begitu mewah, tak pernah menyadari akan kehadiran penghuni lama sebelumnya. Ada banyak kehidupan alam yang senantiasa memberi kesejahteraan pada umat, seperti sawah yang terpajang luas hingga berhektar-hektar, atau perikanan yang hidup di danau, juga burung-burung kecil yang berakhir pergi meninggalkan gersang juga asap kendaraan yang berkeliaran bebas.

"Ger! Tumben jalan kaki, motor lo ke mana?"

Aku tersentak saat aku melihat senyum lebar Presda. Anak dari kelas seni, tempat aku berlatih. Kami sering menghabiskan waktu dengan mengobrol ringan atau membahas hal-hal lain tentang seni rupa berikut pameran baru yang diadakan setiap dua Minggu sekali.

"Motor gue di bengkel. Mas Nandi sibuk, Prasasti lagi coba ikut test Akmil, Amnan—ah, lo tahu  dia kayak gimana sama gue, kan?"

"Dasar. Aneh, gue heran sama kalian berempat. Kayak nggak punya rumah, padahal saudara. Kayak hidup tuh monoton aja, gitu? Apalagi sama si Nanan. Kalau ketemu bawaannya pasti gereget sendiri gue."

Aku menaikan kedua bahuku, benar. Mungkin orang akan beranggapan kami hanya memiliki hubungan, tapi jarang sekali memiliki waktu luang, walau sebentar. Meski itu hanya dengan obrolan kecil. Jika ada, itu tidak akan lengkap. Terkadang hanya aku dan Mas Nandi, atau Amnan dan Mas Nandi, kalau Prasasti— yang aku tahu, dia sangat jarang ada di rumah karena alasan kegiatan yang amat padat. Entah, aku sendiri masih penasaran.

"Sori. Gue nggak bermaksud buat singgung, tapi gue rasa kalian kayak jalan masing-masing. Gue cuma mau kasih tahu aja, sih, Ger. Kalau kita masih membutuhkan orang lain, apalagi keluarga. Terlebih, kayak lo, gini, maaf, bukan karena gue sok tahu atau gimana. Kalian, kan, udah nggak ada orang tua, seenggaknya bisa rukun, biar nggak jadi bahan  omongan orang di luar sana."

Aku menunduk sambil tersenyum. Aku juga menghentikan langkahku sebelum menjelaskan pada Presda tentang keluargaku yang sebenarnya. Aku memilih menunduk bukan karena aku malu, aku hanya tak ingin mereka tahu kalau semua permasalahan di rumah tidak harus diumbar ke siapa pun walau itu teman dekat.

Ada yang pernah mengatakan padaku tentang percaya dan yakin. Tapi aku belum mengerti apa maksud dari keduanya. Sejauh dari pemahamanku, kita boleh percaya pada apa yang kita yakini itu benar. Sedangkan yakin, hanya ucapan memberitahu kalau apa yang kita lakukan itu sungguh-sungguh. Ah, aku merasa bodoh jika aku mengingatnya kembali. Aku hanya tahu kalau mempercayai seseorang juga perlu keyakinan. Terkadang sudah percaya sepenuhnya, tapi akhirnya dikecewakan. Sudah yakin kalau apa yang dirasakan tepat, tapi justru sebaliknya. Sama seperti kehidupan. Kadang ada di atas, kadang ada di bawah. Kadang perlu sendiri, kadang butuh seseorang untuk menjadi sandaran.

GERHANA✅ (Sudah Terbit) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang