There's another side that you don't know, you don't know
Ada sesuatu yang lain, yang tidak kamu ketahui.
. . .
Malam sunyi telah berganti fajar. Tapi aku masih belum tahu apa yang Prasasti katakan. Dia hanya mengatakan kode seperti sandi Morse saja, rasanya aku tak yakin itu sandi sungguhan. Tapi detik setelahnya aku mendengar sebuah ledakan di sekitar bangunan tua dengan jarak yang cukup terjangkau dari tempat kami bersembunyi.
Aku memandang raut wajah Prasasti yang tampak serius meski dari samping, ada gelisah yang berhasil disembunyikannya agar aku tidak panik. Jika saja aku bergerak dalam bidang yang sama, mungkin saat ini aku ada diposisi Prasasti. Hanya saja, aku terlalu kesal dengan status anak jalanan yang diberikan oleh Mas Nandi.
"Ger, pergi ke belakang mobil itu. Jangan sampai mereka tahu keberadaan lo. Ingat, kasih kode ke gue, pastiin Amnan selamat. Kalau ada apa-apa lo yang gue penggal nanti."
Aku bisa mendengar perintah dari seorang komandan, dia ini benar-benar menyebalkan. Dalam keadaan genting saja masih bisa bergurau. Untung saja dia sudah menceritakan bagaimana dia bisa pulang setelah dua tahun tidak pulang karena tugas negara.
"Iya, iya, gue paham." Aku berjalan meski menggerutu kesal. Sementara Prasasti berdiri dengan persenjataan seadanya. Orang aneh sekalipun akan berpikir Prasasti jauh lebih aneh karena penampilannya yang tampak seperti berandal liar. Konstum dadakan yang dia kenakan jauh lebih mengerikan daripada perampok sungguhan.
Aku baru berjalan beberapa langkah dari persembunyian terdengar jerit seseorang dari tempat yang berbeda di sisi sebelah kiri ku. Aku menoleh, meski tak terlihat siapa pun di sana, tapi jerit itu semakin kencang seolah memanggil untuk meminta bantuan.
"Ger, jalan terus jangan lirik ke sana." Aku mengangguk, aku bisa mendengar suara kesal di balik earphone yang ada di telingaku. Di balik sana ada suara Prasasti yang terhubung melalui sambungan telepon.
"Jalan terus, gue pantau dari sini. Jangan berhenti, pokoknya jalan terus."
Aku mengikuti instruksi yang Prasasti katakan. Aku pun berhenti tepat di belakang mobil berwarna hitam. Aku ragu untuk memulai, tapi Prasasti menuntunku untuk tetap bergerak. Aku pun melihat ke sekitar, di sana benar-benar sepi tak ada siapa pun.
"Tunggu gue, jangan bergerak dari sana."
Aku kembali mengangguk, walau aku tidak mengerti apa yang sedang Prasasti rencanakan. Namun, sebuah peluru berhasil lolos dari persenjataan. Aku berteriak agar Prasasti menghindar, tapi semua terlambat.
Harusnya aku melangkah lebih cepat bukan berteriak, belum lama ini ingatanku berlalu seolah lepas kendali. Aku kembali duduk menyesap kopi hitam yang telah ku-pesan beberapa menit lalu.
"Kamu ngopi lagi, Ger?" tanya Mas Nandi saat aku tengah menikmati minumanku. Aku melirik dan memberi anggukan kecil padanya sebagai jawabanku.
"Lagi pingin, Mas." Mas Nandi hanya menghela napas, ia terus memegang rimot tv dan menggantinya secara acak. Aku yakin, Mas Nandi ingin mengatakan sesuatu padaku. Tapi waktu telah menghilangkan semua pertanyaannya karena lamunanku yang tak jelas.
"Kamu masih di sini, apa kamu tidak lelah, Ger?"
Perasaanku selalu kalah dengan ucapan Mas Nandi yang pedas. Tatap tajam dan wajah datarnya selalu membuatku berpikir dua kali untuk meyakinkan kalau dia benar-benar kakakku atau hanya saudara lain yang diangkat sebagai sulung dalam keluarga. Aneh sekali.
"Di rumah nggak ada orang, Amnan sekolah."
"Kamu tidak sedang kehilangan akal lagi, kan?"
Kali ini aku mengerutkan keningku untuk memastikan kalau ucapan Mas Nandi hanya suatu kebetulan dari piringan hitam yang patah. "Maksudnya gimana?"
![](https://img.wattpad.com/cover/283691858-288-k372466.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
GERHANA✅ (Sudah Terbit)
Misterio / SuspensoPernah bertanya tentang rasi bintang, atau benda-benda angkasa lainnya. Tapi Gerhana paling menarik. Datang tak menentu, terkadang hanya sebentar. Katanya, Gerhana hanya sebuah fenomena alam yang paling dinanti, tapi bagaimana jika kehadirannya just...