Semburat jingga mewarnai langit tatkala sang surya akan menampakkan eksistensinya, suara kicauan burung saling bersahutan diiringi hembusan angin pagi yang menerpa dedaunan, membuat tetesan embun meluncur bebas menyapa rerumputan di tanah.
Sementara dalam kamar berukuran cukup besar tampak seorang pria berkulit putih tengah terlelap dengan nyaman dalam dekapan selimut tebal, nampaknya sosok itu masih asyik menjelajah dunia fana dan belum berniat untuk kembali.
Matahari semakin tinggi, sosok yang tadi tampak masih terlelap, kini telah beranjak dari tempat tidurnya, ia tengah berada di kamar mandi, sibuk menyikat gigi sembari memandangi gambar dirinya di cermin besar di atas wastafel.
Selesai menyikat gigi, ia segera menuju lemari pakaian, ah bukan hanya lemari tapi satu ruangan berukuran sedang berisi berbagai pakaian, sepatu serta aksesoris koleksinya, kali ini pilihannya jatuh pada sepasang jas dan celana dengan warna senada, ia memadu padankan itu dengan kemeja berwarna semi kuning dan dasi berwarna biru navy dengan motif merah padam.
Puas dengan pakaian yang ia pilih, pria muda itu lantas keluar dari kamarnya dan menuju meja makan untuk menyantap sarapannya. Dalam hunian 2 lantai itu dirinya hidup bersama seorang wanita paruh baya yang mengurus seluruh urusan rumah tangga mulai dari bersih-bersih hingga memasakkan hidangan, sebut saja wanita itu bu Asih.
"Sudah bangun mas, monggo silahkan, sarapannya sudah saya letakkan di atas meja." Sapa wanita paruh baya itu.
Sang pria muda mengangguk pelan lantas menuju meja makan. Disana ia mendapati nasi goreng lengkap dengan telur mata sapi kesukaanya, maka tanpa menunggu lebih lama ia segera menyantap makanan itu hingga suap terakhir.
Jam menunjukkan pukul 07.30, artinya sang pria harus segera berangkat ke kantor, ia juga sudah mendapat kiriman agenda rapat yang harus ia hadiri hari ini dari sekretarisnya. Dengan mengendarai Mercedez Benz CLS-Class berwarna hitam yang ia kendarai seorang diri, pria berkulit putih itu menapaki jalanan menuju Satya Corporation, perusahaan yang didirikan dan dibesarkan oleh keluarganya.
Setibanya di area kantor, ia segera memarkirkan mobilnya dan masuk dengan langkah yang sedikit terburu-buru. "Selamat pagi pak." Ucap seorang receptionist wanita dengan sopan sembari agak membungkukkan badan.
"Selamat pagi." Balasnya singkat tanpa menoleh ke arah yang memberi sapaan.
Pria itu terus berjalan hingga tiba di depan lift, sembari menunggu lift terbuka, ia tak henti-hentinya memandangi jam tangan Rolex yang melingkar di tangan kanannya. Meski wajahnya tampak tenang, namun pria itu sebetulnya ingin segera tiba di ruangannya dan mengecek email data yang masuk pagi ini.
Ting...
Suara denting itu menjadi pertanda bahwa lift telah tiba di lantai dasar, pria muda itu lantas masuk beserta beberapa pegawainya. 2 menit kemudian ia sudah tiba di lantai paling atas dari bangunan pencakar langit tersebut, tempat ruangannya berada. Ia segera melangkah keluar dan masuk ke ruang kerjanya.
Tak berselang lama, muncul seorang laki-laki yang lebih muda dari dia, perawakannya tinggi tegap dengan surai berwarna terang, pria itu datang dengan sebuah berkas berada di tangan kanannya.
"Firasatku mengatakan kau sudah tiba, rupanya benar saja." Ujar laki-laki itu ketika sudah berada di hadapan si pria berkulit putih.
"Apa yang kau bawa itu Maha?" Kata pria berkulit putih dengan cepat segera setelah laki-laki bernama Maha itu menyelesaikan kalimatnya.
Maha tak langsung menjawab, pria itu malah duduk di kursi yang berada di depan si pria berkulit putih dengan meja kayu besar yang memisahkan keduanya, "Tuan Adyatama Madani Aryasatya." Begitulah ucap pria bernama Maha itu saat membaca papan kayu kecil yang berada di atas meja.
KAMU SEDANG MEMBACA
A Piece Of Love [BTS SUGA] ✔
Fanfiction(Trigger Warning ⚠️ : Kecelakaan) Pada akhirnya Adyatama Madani Aryasatya atau yang kerap disapa Tama mau tidak mau harus memimpin perusahaan yang dibangun oleh kakeknya, pasalnya ia menjadi satu-satunya pewaris dari keluarga Aryasatya. Dengan diban...