Tama menelan ludahnya sebelum memutuskan untuk memanggil kembali sahabatnya,
Tut...
Tut...
Tut...'Hah, baguslah kau masih hidup!' Adalah baris kalimat yang disampaikan oleh Maha ketika pria itu menjawab panggilan dari Tama.
"Umm, aku lupa memberitahumu kalau hari ini aku harus ke Perancis." Jawab Tama gugup.
Maha mendecih dari seberang, 'Tolonglah tuan Aryasatya, lain kali kalau kau mau melakukan perjalanan ke luar negeri, setidaknya beritahu aku beberapa jam sebelum kau pergi, agar aku bisa melihat jadwal rapatmu dan bisa menunjuk atau memilih siapa yang akan menangani rapatmu, aku tidak selalu bisa menggantikanmu dalam rapat, aku juga punya hal lain yang harus diselesaikan!' Protes Maha.
Tama menghembuskan nafasnya dengan berat, "Baik-baik maafkan aku, jangan mengomel lagi, aku tau kau bisa menangani semua dengan baik, aku percaya padamu." Tuturnya.
"Ini bukan masalah percaya atau tidak, ah tapi hari ini kulihat agendamu tidak terlalu padat jadi aku bisa menangani semua, oh iya, kau tau apa, hari ini gadis pramusaji yang tempo hari menumpahkan minuman di pakaianmu datang mengantar umm... apa ya ini disebutnya, cake permintaan maaf or whatever, harus kuapakan makanan ini?" Kata Maha.
Tama tertegun sejenak, 'Kirana? gadis itu mengantarkan cake? Bagaimana dia bisa tau, aku...' Batin Tama.
'Sudah kuduga, memang ada yang tidak beres denganmu dan gadis pramusaji itu!' Celetuk Maha.
Tama berdecih, "Pikiranmu yang sepertinya tidak beres, taruh saja di kulkas dapur ruanganku." Jawabnya.
'Padahal aku berpikir untuk memakannya, sepertinya enak, tapi baiklah kalau kau berkata begitu tuan Aryasatya.' Tukas Maha.
"Awas kalau kau berani menyentuh cake itu!" Ujar Tama memperingatkan sahabatnya.
'Woah apa ini, kau berani mengancamku tuan Aryasatya? Ck ck ini buruk, sungguh buruk!' Tutur Maha.
Tama mendengus kesal, "Sudahlah, aku sedang tidak ingin bertengkar denganmu, turuti saja apa yang kukatakan tadi, aku tutup dulu telfonnya." Tukas Tama yang segera memutus sambungan telepon dengan sahabatnya.
Tak lama berselang seseorang terdengar mengetuk pintu kamar Tama, pria itu segera bangkit dan berjalan menuju pintu kemudian menarik gagang besi papan kayu itu, rupanya tantenya yang datang dengan 2 orang asistennya, raut muka Tama mendadak masam karena ia tau pasti ada hal diluar urusan kantor yang ingin dibicarakan oleh wanita paruh baya itu dengan dirinya.
"Rapikan pakaianmu dan ikut tante." Adalah baris kata yang diucapkan wanita itu dengan nada angkuhnya.
Tama bergeming, "Tante akan mengajakku kemana? Aku ingin istirahat sebentar, lalu pulang."
Wanita itu menatap Tama lekat-lekat, "Menurut saja, tante akan membawamu bertemu dengan seseorang."
"Urusan kantor? Bukannya janji kita hari ini hanya membereskan design jam tangan saja?" Tanya Tama.
Alih-alih menjawab, wanita itu justru meninggalkan Tama, "Selalu banyak bertanya!" Gumannya yang masih bisa didengar oleh Tama.
Tama menghembuskan nafasnya kesal, ia lantas mengambil jas yang tadi ia letakkan di tepi ranjang, dasi yang tadi mengalung di lehernya pun ia lemparkan begitu saja, sebab ia tak ingin tampil terlalu formal kali ini, ia yakin yang akan ia dan tantenya temui bukanlah kolega perusahan Satya Corp.
Dengan setengah berlari, Tama bergegas mengejar tantenya, mereka lantas masuk ke dalam lift yang membawa mereka ke rooftop hotel di lantai 20. Setibanya disana mereka disambut oleh restoran mewah bertema outdoor yang menyajikan pemandangan kota Paris yang luar biasa indah, Tama sempat kagum dan tertegun sejenak sebelum matanya menangkap pemandangan seseorang yang tidak asing tengah melambai ke arah Tama dan tantenya.
KAMU SEDANG MEMBACA
A Piece Of Love [BTS SUGA] ✔
Fiksi Penggemar(Trigger Warning ⚠️ : Kecelakaan) Pada akhirnya Adyatama Madani Aryasatya atau yang kerap disapa Tama mau tidak mau harus memimpin perusahaan yang dibangun oleh kakeknya, pasalnya ia menjadi satu-satunya pewaris dari keluarga Aryasatya. Dengan diban...