"Benarkah?" Tanyanya antusias, namun raut antusias itu sekejap berubah, "Jangan berbohong hanya karena tidak ingin menyinggungku, kalau tidak enak bilang saja ya, nanti aku akan cari referensi resep lainnya."
Tama menatap Kirana keheranan, "Aku mengatakan yang sebenarnya, bahkan aku berniat membelinya kalau kamu punya stok."
Kirana kembali sumringah, "Ada stoknya, tapi tidak banyak."
"Berikan aku 10 toples." Ucap Tama.
Kali ini giliran Kirana yang kaget, "Aku tidak punya stok sebanyak itu, kalau mau pesan banyak, kabari dulu sejak jauh-jauh hari." Jawabnya.
"Berapa banyak stok yang kamu punya?" Tanya Tama.
Kirana berpikir sejenak, "Mungkin 3 toples kecil."
"Kalau begitu aku akan membeli semuanya dan tolong berikan aku red velvet cake dan cheese cake itu juga." Ujar Tama.
"Baik kapten." Gadis itu benar-benar bahagia saat mendengar Tama akan membeli banyak sekali kue dari tokonya, dengan cepat ia segera membungkus setiap kue yang dibeli oleh Tama dan memberikan bukti pembeliannya pada pria itu.
"Kenapa cepat sekali membungkusnya? Apakah aku akan diusir lagi seperti kemarin?" Kata Tama bertanya, sejujurnya maksud dari pertanyaan ini hanya untuk menggoda Kirana.
Kirana segera menggeleng cepat, "Tidak, tentu saja tidak, kamu boleh disini sampai bosan." Didetik berikutnya Kirana segera mengutuki perkataanya, ia mengumpat dalam hati dan menatap Tama dengan senyuman canggung.
Tama hanya tersenyum tipis melihat tingkah gadis yang amat dicintainya itu, ia segera mengambil dompet yang ada di kantongnya dan mengeluarkan beberapa lembar uang pecahan besar lalu memberikannya pada Kirana tanpa mengucap sepatah katapun.
Kirana menerima uang itu lantas menghitung jumlahnya, "Banyak sekali, ini kelebihan."
"Aku sengaja melebihkannya, gunakan uang itu untuk mengembangkan bisnismu." Kata Tama.
Kirana menggeleng cepat, "Tidak, tidak, aku tidak bisa menerima ini begitu saja."
"Lalu?" Tama mengangkat sebelah alisnya.
Kirana tak menjawab, ia pun bingung harus mengatakan apa. Lantas gadis itu memilih mengembalikan kelebihan uang dari Tama, ia juga memberikan kembalian atas kue-kue yang dibeli oleh Tama.
"Terima kasih." Ucap Tama setelah menerima uangnya.
"Harusnya aku yang berterima kasih, sepanjang aku berjualan disini, kamu yang paling banyak membeli kue buatanku." Tuturnya lirih yang dibalas anggukan oleh Tama.
Setelah obrolan canggung itu, Kirana lantas duduk, "Aku minta maaf atas yang kemarin."
"Lupakan saja, keadaan memang rumit." Hening sejenak, "Aku masih menunggu kalau kamu berubah pikiran." Sambungnya.
Mendengar hal itu tentu saja Kirana kaget, gadis itu lantas menunduk, "Jangan menungguku, kamu layak mendapatkan gadis yang jauh lebih baik dari diriku."
"Mungkin ada jutaan gadis yang jauh lebih baik darimu di bumi, tapi kalau hatiku memilihmu, bagaimana?" Lontaran perkataan Tama kali ini benar-benar membuat Kirana tak mampu membalas.
"Aku benar-benar minta maaf atas apa yang telah dilakukan bibi terhadapmu, tapi aku tidak akan membiarkan dia melakukan apapun terhadapmu, kamu boleh percaya boleh tidak dengan perkataanku, tapi aku berharap kita masih bisa bersama." Tama akhirnya mengungkapkan apa yang menjadi harapannya.
"Aku butuh waktu, berikan aku waktu untuk memikirkan ulang semuanya." Jawab Kirana.
"Aku mengerti, gunakan waktu untuk berpikir sebanyak yang kamu mau, aku akan menunggu." Tama menjeda perkataanya, "Tapi jangan jadikan ini beban, kamu boleh tetap dengan pendirianmu kemarin, aku akan berusaha menerima dan menghargai keputusanmu." Sambungnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
A Piece Of Love [BTS SUGA] ✔
Fiksi Penggemar(Trigger Warning ⚠️ : Kecelakaan) Pada akhirnya Adyatama Madani Aryasatya atau yang kerap disapa Tama mau tidak mau harus memimpin perusahaan yang dibangun oleh kakeknya, pasalnya ia menjadi satu-satunya pewaris dari keluarga Aryasatya. Dengan diban...