2 minggu setelah proposal pengajuan itu diterima oleh Tama beserta seluruh data hasil kunjungan tim FnB, maka Tama memutuskan ada 5 usaha kecil dan menengah yang akan di danai oleh perusahaanya, pendanaan ini berupa hutang tanpa bunga dengan tempo yang panjang dan sistem pembayaran yang sama sekali tidak memberatkan pengusaha.
Pemberian bantuan dana itu akan diberikan secara simbolis besok malam di aula hotel Diamond Shape, pada pukul 19.30. Seluruh tim FnB sejak kemarin sudah sibuk mempersiapkan acara itu sebab selain tim manajemen kantor cabang yang datang namun juga beberapa tamu dari kantor pusat seperti Tama dan Maha.
Sedangkan Tama dan Maha saat ini tengah duduk di kantin kantor sembari menyantap makan siang mereka. Jarang sekali kedua orang itu berkenan makan di kantin kantor karena terakhir kali mereka makan disana, entah kenapa suasana jadi canggung, padahal kedua pria itu sudah berusaha ramah pada seluruh karyawannya.
Kali ini suasana tak secanggung dulu, beberapa karyawan bahkan menyapa Maha dan Tama dengan ramah. "Acara besok malam gimana?"
"Persiapan sudah 90%, aman lah." Jawab Tama disela kegiatan mengunyahnya.
"Toko kue-nya Kirana jadi ikut dalam daftar pendanaan, kan?" Tanya Maha memastikan.
"Jadilah, itu yang paling penting." Ujar Tama.
Maha tertawa mendengar jawaban dari Tama, "Terus? Rencana yang kau siapkan juga akan kau lakukan?"
"Oh tentu saja." Jawabnya penuh keyakinan, "Tapi kalau tidak sesuai harapan bagaimana?" Mendadak ia dihantui keraguan.
Maha menatap Tama, "Semua pasti sesuai harapan, aku yakin itu dan kau juga harus yakin."
Setelah menyelesaikan makannya, mereka segera kembali ke ruangan masing-masing untuk melanjutkan pekerjaan mereka, hari ini ada banyak hal yang harus mereka bereskan.
Matahari telah kembali ke peraduannya saat Tama tiba di lantai dasar kantornya, ia kembali disapa beberapa karyawannya yang ia balas senyuman dan anggukan pelan menuju tempat parkir untuk mengambil mobilnya dan pulang.
Keesokan harinya, aktifitas di gedung Satya Corp. berjalan seperti biasa, Tama menghadiri beberapa rapat dan ia juga berkunjung ke beberapa divisi untuk sekadar memantau pekerjaan karyawannya.
"Oit? Aku mencarimu dari tadi, ditelfon juga tidak dijawab!" Celetuk Maha begitu berpapasan dengan sahabatnya.
"Ada apa? Aku hanya berkeliling untuk melihat aktivitas para staf, hari ini sudah tidak ada rapat yang perlu aku hadiri, berkas-berkas di meja kerjaku juga sudah aku periksa semua." Jawab Tama.
Maha mengangkat sebelah alisnya, "Rajin betul kau hari ini?"
"Hhh, kalau tidak ada yang penting, sebaiknya kau segera pulang dan bersiap-siap untuk acara nanti malam." Tutur Tama.
"Pekerjaanku sudah selesai sih." Maha terdiam sebengar, "Bagaimana denganmu? Kau sudah benar-benar mempersiapkan segala sesuatu untuk nanti malam?" Tanya Maha memastikan.
Tama mengangguk, "Everything is ready, sir."
Keduanya lantas turun dan pulang bersama, mereka memutuskan pulang lebih awal sebab 'Diamond Shape' Hotel tempatnya agak jauh dari kantor pusat, membutuhkan sekitar 1 jam lebih perjalanan hingga tiba disana dengan kendaraan pribadi.
Jam menunjukkan pukul 18.00 saat kendaraan yang ditumpangi oleh Tama dan Maha memasuki lobby hotel, mereka sengaja datang lebih awal sebab mereka harus mengecek kesiapan aula yang akan digunakan untuk acara.
"Selamat datang pak Adyatama." Sapa salah seorang laki-laki dengan pakaian formal, laki-laki itu lantas memberikan sebuah kertas yang terjepit di papan alas pada Tama.
KAMU SEDANG MEMBACA
A Piece Of Love [BTS SUGA] ✔
Fanfic(Trigger Warning ⚠️ : Kecelakaan) Pada akhirnya Adyatama Madani Aryasatya atau yang kerap disapa Tama mau tidak mau harus memimpin perusahaan yang dibangun oleh kakeknya, pasalnya ia menjadi satu-satunya pewaris dari keluarga Aryasatya. Dengan diban...