"Aku di tempat Jimmy." Ucap Tama to the point setelah telfonnya terhubung dengan Maha.
"15 menit lagi aku tiba disana." Jawab Maha.
Tama menarik nafas panjang lantas turun dari mobilnya, jas dan dasinya telah ia lepas dan ia tinggal di mobil. Dengan wajah tanpa ekspresi, pria itu memasuki bar dan langsung disambut kedua bartender yang tengah sibuk menyiapan minuman seperti biasanya.
"Tumben sendirian?" Sapa Vinx sembari menyiapkan minuman.
"Maha masih di jalan." Jawab Tama singkat.
Tak berselang lama, Juan menyodorkan segelas minuman beralkohol, cairan itu tak berwarna, namun Tama tau betul apa itu.
"Seteguk minuman selamat datang." Ujar Juan, cairan itu langsung diteguk oleh Tama.
Sekejab tenggorokan pria itu terasa terbakar namun itu tak berselang lama hingga Tama kembali menyodorkan gelasnya pada Juan. Tanpa ragu, pria bertattoo itu segera menuangkan kembali minuman dari botol untuk Tama dan Tama kembali menghabiskannya dalam segali teguk.
Tak berselang lama Maha tiba, ia menyapa Vinx dan Juan, cucu keluarga Wasesa itu juga sempat menanyakan keberadaan Jimmy yang rupanya pria pemilik bar itu tengah berada di luar kota untuk suatu urusan.
"Ruang no.13 kosong, kesana aja, ntar minuman dianter kayak biasanya." Kata Vinx yang disambut anggukan oleh Maha.
Kedua pria itu lantas menuju ruang yang dimaksud, dalam ruangan itu terdapat sofa yang ditata setengah lingkaran dengan meja kaca di tengahnya, sebuah tv besar lengkap dengan set microphone turut ada dalam ruangan itu.
"Ada apa?" Tanya Maha membuka obrolan.
"Kirana mulai menghindariku, dia tak membalas pesanku sama sekali, saat aku ke rumahnya juga Ara bilang dia tidak di rumah padahal aku melihat sepatu yang biasa dikenakannya ada di rak dekat pintu masuknya." Jawab Tama.
Keduanya terdiam sejenak, seolah tengah tenggelam dalam pikiran masing-masing. Kemudian di menit berikutnya Maha meraih ponselnya, ia menyalakan benda itu dan membuka riwayat catatan panggilan.
"Sepertinya aku tau apa sebabnya." Ucap Tama sembali memperlihatkan ponselnya.
Benda persegi panjang itu menampilkan daftar catatan panggilan yang masuk ke ponsel milik Maha dan yang teratas adalah dari Bibi Tama, "Apakah ini seperti yang aku pikirkan?" Tanya Tama.
"Dia memintaku untuk menasihatimu, dia bilang Kirana tidak cocok denganmu, katanya sebagai temanmu harusnya aku bisa meyakinkanmu agar meninggalkan Kirana dan menerima Anandya." Jelas Maha.
"Selalu saja ikut campur!" Kali ini Tama memilih untuk tidak banyak komentar, sebab sejak dari rumah Kirana tadi ia sudah menduga bila hal ini pasti terjadi.
Nampan stainless yang diatasnya ada sebotol minuman beralkohol lengkap dengan 2 gelas kecil serta 2 gelas berisi cocktail datang bersamaan dengan masuknya Juan juga Vinx. Seperti biasa, kedua pria muda itu tak banyak bicara dan segera keluar dari ruangan sebab tamu di bawah juga sedang ramai.
"Lantas apa langkahmu setelah ini?" Tanya Maha setelah menyesap cocktail berwarna biru yang tersaji di hadapan mereka.
"Menemui Kirana." Jawab Tama.
Keduanya segera menghabiskan minuman yang tersaji dan tak lupa meninggalkan tip untuk Juan dan Vinx sebelum mereka meninggalkan tempat itu.
Keesokan harinya Tama sudah ada di depan hunian Kirana dan Ara, awalnya Kirana tidak berniat menemui cucu keluarga Aryasatya itu, namun ia tak punya pilihan dan terpaksa keluar.
KAMU SEDANG MEMBACA
A Piece Of Love [BTS SUGA] ✔
Fanfic(Trigger Warning ⚠️ : Kecelakaan) Pada akhirnya Adyatama Madani Aryasatya atau yang kerap disapa Tama mau tidak mau harus memimpin perusahaan yang dibangun oleh kakeknya, pasalnya ia menjadi satu-satunya pewaris dari keluarga Aryasatya. Dengan diban...