Rapat selesai pada pukul 11.50, rombongan kolega asal Perancis itu satu persatu beranjak meninggalkan ruang rapat, tadinya Tama menawari mereka untuk makan siang bersama, namun rupanya mereka sudah punya agenda dengan pihak lain jadi Tama terpaksa turun sendiri untuk makan siang, Maha juga belum kelihatan batang hidungnya sejak pagi, 'Palingan kabur ke pameran seni lagi' batin Tama.
Setibanya di lantai dasar gedung perusahaan keluarganya, gadis yang bekerja di bagian receptionist segera mendatangi Tama dengan membawa tas kain warna hijau dari Kirana, "Pak Tama, ada titipan untuk anda." Ujar gadis itu sembari memberikan tasnya.
Tama menerima tas itu, "Terima kasih, dari siapa ini?" Tanyanya.
"Ah maaf pak, saya lupa menanyakan namanya, tapi dia yang mengantar ini tadi adalah seorang wanita yang memakai apron restoran Nature yang lokasinya tak jauh dari sini." Jelas sang receptionist.
Tanpa sadar Tama menyunggingkan senyum tipis, ia tau betul bekal ini dari siapa, "Baiklah, terima kasih." Ucapnya.
Tama segera kembali ke ruangannya dan menuju dapur, ia bergegas membuka tas kain itu dan menemukan sebuah catatan, 'Saya membuatkan anda makan siang, semoga anda suka, terima kasih sudah menyelamatkan saya kemarin. ~Kirana.'
'Ternyata benar dia.' Batin Tama.
Pria itu segera duduk dan mulai menyantap makanan yang diwadahi kotak bekal dengan penutup yang terbuat dari kayu, tak lupa satu set sendok, garpu dan sumpit yang juga terbuat dari kayu juga dibawakan oleh Kirana.
Sebetulnya menu makanan yang diberikan oleh Kirana bukanlah sebuah makanan yang istimewa, hanya menu bekal sederhana berisi nasi, daging ayam yang dibumbui khusus, telur dadar yang diiris memanjang seperti mie dan tumis sayur, ada beberapa potong buah juga, namun menurut Tama ini adalah hal yang istimewa.
"Sejak kapan?" Celetuk Maha yang langsung menyita perhatian Tama.
"Apanya?" Tama bertanya balik disela kegiatan makannya.
"Itu dari Kirana kan?" Tanya Maha, namun nada bicaranya amat mengintimidasi, lebih seperti orang yang marah akan sesuatu, sedangkan Tama yang bingung hanya menatap gelagat sahabatnya tanpa menjawab apapun.
Tiba-tiba ekspresi wajah Maha berubah jadi sumringah, "Ah aku sudah tau dari awal, kalian berdua memang akan memiliki hubungan yang panjang." Ujarnya.
"Kau ini kenapa? Tadi ekspresimu seperti marah, sekarang malah melempar pernyataan aneh seperti itu." Ucap Tama.
Maha memutar pandangannya jengah, "Bagaimana aku tidak marah, sekarang kau punya orang yang bersedia membuatkanmu bekal, bagaimana denganku? Lalu aku makan siang dengan siapa? Keterlaluan sekali!" Gerutu Maha.
Kali ini tawa Tama pecah mendengar celoteh sahabatnya, "Astaga, aku pikir kau kenapa, jangan bertingkah seolah aku ini satu-satunya temanmu ya, kantor ini berisi kurang lebih 500 orang dan kau masih bingung akan makan sing dengan siapa! Yang benar saja!" Ejek Tama.
"Tapi serius, bagaimana perkembangan hubungan kalian?" Tiba-tiba ekspresi cucu keluarga Wasesa itu menjadi serius.
"Ya berteman, apalagi memangnya?" Jawab Tama sekenanya.
Mendengar jawaban dari Tama, Maha lantas berkacak pinggang, "Ya ya, teruslah berteman sampai kau beruban nanti, sudahlah aku mau beli makan siang dulu." Ujarnya sembari beranjak meninggalkan sahabatnya, sementara Tama yang tidak mengerti arah pembicaraan Maha hanya bungkam dan memilih melanjutkan makannya.
Hari ini sungguh hari yang melelahkan untuk Tama, bahkan hingga jam menunjukkan pukul 18.30 pun ia belum bisa meninggalkan kantor, masih ada beberapa file yang harus ia pelajari untuk ditindak lanjuti besok, benar-benar menguras tenaga.
KAMU SEDANG MEMBACA
A Piece Of Love [BTS SUGA] ✔
Fanfiction(Trigger Warning ⚠️ : Kecelakaan) Pada akhirnya Adyatama Madani Aryasatya atau yang kerap disapa Tama mau tidak mau harus memimpin perusahaan yang dibangun oleh kakeknya, pasalnya ia menjadi satu-satunya pewaris dari keluarga Aryasatya. Dengan diban...